29

1.4K 136 5
                                    

Mata Mira memandang kosong pada tanah kering di hadapannya. Sesekali tubuhnya bergerak dan membuat ayunan yang didudukinya bergerak, menerbangkan tubuhnya walau tidak seberapa tinggi. Gadis itu sudah sejak sore tadi duduk di atas ayunan di sebuah taman. Rupanya ketidak hadiran Gama sangat-sangat berpengaruh banyak pada dirinya. Salah satunya memunculakannya sebuah kebiasaan baru untuk Mira. Setiap pulang bekerja dari minimarket, baik shift pagi ataupun malam ia akan mampir ke taman dan duduk di sini dan memandang ke arah sekitar dengan sedih.

Menyedihkan.

Tawa miris terbit di bibir Mira bersamaan dengan air yang menggenang serupa embun yang menyelimuti dedaunan di pagi hari. Ia begitu sedih karena ketiadaan Gama, lantas apa laki-laki itu merasakan hal yang sama? Atau justru ia malah baik-baik saja?

"Hey, lihat. Ada manusia energi hijau."

"Bodoh! Jangan bicara terlalu keras, dia akan mendengarnya."

Kedua alis Mira mengernyit saat mendengar dua suara asing di belakangnya. Kedua suara itu semakin keras membicarakannya dan apa mereka bilang tadi? Energi hijau? Memangnya dia ini tumbuhan apa?

Karena penasaran dengan dua suara yang Mira duga kuat laki-laki yang ada di belakangnya, dengan gerakan super hati-hati ia memalingkan wajah ke belakang. Apa yang didapatinya kemudian hanyalah jungkat-jungkit yang sedang kosong. Lagi-lagi Mira dibuat mengernyit, kali ini dengan rasa takut yang menyelimuti dirinya.

Ini aneh, jelas-jelas Mira tadi mendengar suara dua orang dibelakang dan saat menoleh Mira malah tidak mendapati apa-apa. Apa jangan-jangan tadi itu ... Mira menggelengkan dan memukul kepalanya guna menyadarkan dirinya. Ternyata lelah karena bekerja bisa membuat dirinya berhalusinasi.

"Lebih baik gue pulang," ucapnya lirih lalu bangkit dari ayunan.

"Eh! Dia mau pergi."

Langkah Mira lagi-lagi terhenti saat gendang telinganya dengan jelas dapat mendengar suara yang beberapa saat lalu didengarnya. Sesaat gadis itu merasa bimbang apakah dirinya harus terus melanjutkan langkah tanpa melihat ke belakang, atau justru harus mengecek siapa yang ada di belakangnya, tapi sesaat kemudian Mira memutuskan untuk terus berjalan.

"Hey! Jangan pergi!"

Dan dengan seruan itu spontan Mira langsung menoleh dan mendapati dua pria berpakaian serba hitam yang duduk di dua ayunan berbeda. Sesaat ia merasa perlu untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah di hadapannya hingga membuatnya tanpa sadar sedikit membuka mulutnya. Namun, itu tidak lama karena Mira segera dibuat tersadar saat dua orang itu berjalan ke arahnya dengan langkah serupa model yang sedang melakukan peragaan busana.

"Ini pertamakalinya aku bertemu makhluk berenergi hijau," ucap salah satunya yang justru langsung disahuti dengan decakan kesal oleh yang lain.

"Kau ini bagaimana! Kau dulu pernah bertemu Edward saat dia masih memiliki energi istimewa ini bukan?"

"Ya ampun, aku hampir lupa jika anak itu masih ada di dunia ini."

Dan, untuk pertamakalinya Mira baru tahu bagaimana rasanya dikacangin. Parahnya, ia dikacangin setelah dua orang itu memanggilnya dan berjalan ke arahnya.

Sungguh terlalu.

"Maaf, saya permisi dulu."

"Eh ... jangan pergi dulu."

Langkah Mira tertahan dan kembali menghadapkan tubuhnya ke arah dua pria aneh tapi tampan itu. Sebenarnya ia sempat mengira dua orang itu adalah seorang model atau sejenisnya, tapi berhubung mereka tampak biasa saja bertemu dengannya dan tidak tampak seperti seorang publik figur yang menyamar. Jadi kemungkinan tidak.

HIRAETHOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz