27

1.5K 142 8
                                    

Sehari pasca Senja dan Jingga keluar dari dimensi aneh yang disebut dimensi sihir itu, keduanya langsung menghabiskan waktu seharian untuk tidur di kasur mereka. Tadinya mereka ingin membantu sang kakak yang terlihat terburu-buru dengan sesuatu besar yang mungkin terjadi ke depannya, namun saat mendapat perintah dari Leo untuk mengistirahatkan diri, mereka menerimanya dengan senang hati tanpa perlawanan sedikitpun.

Jadilah saat ini keduanya tidur berdampingan di kasur milik Leo dengan tubuh yang saling memunggungi. Tadinya tidur mereka nyenyak-nyenyak saja hingga sebuh benda berbulu menyelinap di balik selimut mereka dan membuat keduanya sama-sama melompat dari ranjang.

"Barusan ada bulu-bulu yang nyenggol kaki gue!!!" Jingga berteriak dengan panik dengan tubuh yang masih menggelinjang geli.

"Lo masih meding, barusan malah ada yang masuk ke kaus gue!!!" Senja tidak kalah histeris, ia bahkan sampai harus repot-repot memeriksa kausnya untuk memastikan, tapi hasilnya nihil dan tidak ada apa-apa.

Sesuatu yang entah apa itu tiba-tiba bergerak di balik selimut yang mereka gunakan dan membuat mereka menjerit melihatnya. Mata mereka saling beradu seperti tengah berdiskusi apa yang merayap di dalam sana.

"Hamster?"

Jingga menggeleng. "Kayaknya bukan. Agak gedean soalnya."

"Benar juga. " Senja mengangguk setuju dan menatap lagi ke arah benda yang tengah merayap di bawah selimut. "Masa tikus, sih?"

Tatapan Jingga berubah horor. Tidak kuat membayangkan bagaimana makhluk yang tinggal di tempat kotor itu masuk ke kamar kakaknya dan menyenggol kakinya. "Nggak!! Nggak mungkin!!"

"Elah ... lebay amat. Ya udah, kita buka bareng-bareng."

Jingga membalas dengan anggukan kuat dengan tangan yang kemudian meraih salah satu sisi selimut. Keduanya saling berpandangan sesaat laku kemudian bersama-sama menarik selimut diiringi dengan teriakan penuh semangat.

"Satu ... Dua ... Tiga!"

Tangan mereka berdua dengan cepat menyibak selimut dan....

"AAA!!! Aa! A! A ...?"

Kedua alis mereka berkerut dan menatap sesuatu yang mereka kira itu tikus ternyata adalah Ninja yang justru memandang mereka dengan wajah polosnya. Sesaat kemudian wajah bingung Senja dan Jingga berubah nyalang dan menatap ke segala arah untuk mencari tuan si pemilik monyet genit yang masuk ke dalam kaus Senja saat tidur.

"Heh?! Keluar lo! Gue tahu lo sembunyi di suatu tempat!!" teriak Senja dengan mata yang berputar ke segala arah bak seorang polisi yang tengah mendesak seorang buronan.

"Cepet keluar!!" teriak Jingga menambahi.

Sesaat tidak ada respon apapun dari Apta hingga kemudian Ninja turun dari ranjang dan berhenti di depan lemari lalu mendongak tinggi-tinggi. Mata keduanya reflek mengikuti kemana Ninja melihat dan....

"Heh! Turun lo!"

Dengan langkah lebar Senja dan Jingga berjalan menuju lemari kayu kakaknya dan menggoyang-goyangkannya hingga membuat Apta harus berpegangan erat pada sisi lemari agar tidak jatuh. Tadinya Apta berniat bertahan di sana lebih lama lagi, namun ternyata hal yang tidak terduga terjadi.

Dengan cara yang tentu saja sangat tidak patut apalagi keren, Apta jatuh dengan pantat yang lebih dulu mencium lantai. Sebenarnya memang tidak begitu sakit, tapi itu cukup untuk membuatnya mengerang mengerang.

"Aduh ... kalian jahat banget! Inget! Gue itu sepupu kalian! Nggak seharusnya kalian menganiaya gue kayak gini!"

Kedua saudara kembar itu memutar bola mata mereka ke atas. Kalau begini caranya mereka berdua juga ogah memiliki sepupu super lebay seperti Apta. Akhirnya, karena terlalu malas untuk meladeni Apta yang tidak juga berdiri dari posisi jatuhnya, mereka berdua berbalik begitu saja setelah Jingga meraih Ninja ke dalam sebuah gendongan dan mengajaknya bermain di atas kasur.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang