18

1.2K 159 5
                                    


"Kau terlihat lebih segar pagi ini. Apa kau diam-diam keluar dari sel dan menghisap darah salah satu di antara kami?"

Suara penjaga yang baru saja mendekati selnya terdengar, membuat Leo yang bersandar di sisi tembok terdalam menatap dengan amat sinis. Leo tetap diam, tidak sudi menjawab pertanyaan dari manusia serigala di hadapannya yang sejak tadi pagi mengoceh tidak jelas tentang hal yang sama sekali tidak benar. Penjaga di hadapannya terus menerus mengoceh tentang bagaimana buruk dan jahatnya bangsanya di hadapannya. Jika saja ia bisa menghancurkan dan keluar dari sel yang mengurungnya ini sudah dipastikan ia akan membuatnya babak belur.

"Kau bisu ya? Ah! Sudahlah, tidak ada gunanya aku berbicara padamu. Aku pergi dulu, tapi tenang saja aku akan kembali lagi nanti bersama nata Naresh."

Dan akhirnya penjaga itu pergi meninggalkan Leo sendiri. Baguslah dia memilih pergi, setidaknya dengan ia bisa berpikir dengan tenang barang sejenak. Berpikir tentang Jennie atau mungkin ... Eileen. Ini aneh, tapi gadis itu sama sekali tidak mengenalinya. Yah ... walaupun setidaknya sikapnya masih sama seperti dulu. Sebenarnya apa yang dilakukan Naresh saat pertamakali membawa Jennie ke dimensi aneh ini?

"Selamat siang, Nata."

Sebuah suara membuat Leo terkesiap, dan tanpa melihatpun ia bisa menebak jika itu adalah suara penjaga menyebalkan yang sejak tadi mengganggunya. Sesuai dengan ucapannya tadi, Naresh memang datang ke sini. Tampaknya pria itu sangat menikmati bagaimana ia berhasil mengurung Leo yang termasuk orang penting di antara vampir.

"Siang, temani aku menemui vampir itu."

"Baik, Nata."

Percakapan terjadi begitu singkat itu dan digantikan oleh suara langkah yang semakin mendekat.  Sosok Naresh dan penjaga menyebalkan itu akhirnya terlihat dan tanpa Leo ketahui mereka datang dengan sosok yang sangat tidak terduga.

Arsen.

Sial, ia benar-benar ditipu manusia serigala itu. Seharusnya dari awal ia menyadari itu.

Tangan Leo terkepal kuat begitu sosok Arsen yang berjalan di samping Arsen semakin mendekatinya. Rasa marah yang semakin meluap di dadanya semakin menjadi kala pandangan mereka bertemu dan Arsen dengan sangat kurang ajarnya memberikan sebuah senyuman. Senyuman yang lebih mirip dengan seringai yang membuat Leo ingin menghajar wajah menyebalkan itu.

"Hai! Leonardo, lama tidak berjumpa." Arsen dengan tingkahnya yang masih saja menyebalkan melambaikan sebelah tangannya.

"Penipu!"

Naresh dan Arsen tertawa yang konyan membuat Leo bertambah marah hingga wajahnya terlihat merah. Tapi Leo rasa ia juga tidak bisa menyelahkan Arsen. Ia di sini juga salah karena dengan gegabahnya langsung percaya dengan manusia serigala licik itu.

"Aku akan menganggap itu sebuah pujian. Jadi terimakasih," balas Arsen yang ditanggapi Naresh dengan tawa lagi.

"Kau sungguh cerdik Arsen, tidak salah aku mempercayaimu."

"Terimakasih atas kepercayaan anda Yang mulia. Ini semua juga berkat kepercayaan anda." Arsen balik memuji yang semakin membuat Leo muak.

Setelah tawanya hilang, Naresh dengan cepat berjongkok di hadapan Leo. Menatapnya bagai harimau yang siap bertarung dengan harimau lain. Jari-jarinya mengarah masuk ke dalam sel dan membuat jaraknya kian mendekat dengan Leo.

"Bersiap-siaplah, kau akan aku jadikan sandera," ujarnya dengan nada bangga dengan tangan yang menepuk pipi Leo dengan cara yang menyebalkan.

Tidak tahan Leo dengan cepat meraih kerah baju yang dikenakan Naresh. Menghantamnya kuat-kuat hingga dia menabrak dinding dan membuat dinding disekitarnya retak. Darah yang ia hisap dari Jennie terbukti membuat kekuatan pulih dengan sangat baik.

HIRAETHWhere stories live. Discover now