10

1.6K 169 6
                                    


"Di mana Leo?"

Ugra yang baru saja masuk ke dalam ruangan memperhatikan dua rekannya dan mencari satu rekan lainnya yang tidak nampak batang hidungnya. Sungguh sangat tidak biasa. Setahunya Leonardo Nagendra adalah vampir yang sangat tepat waktu.

"Mana gue tahu, apa mata lo buta sampai-sampai nggak lihat kalau Leo nggak ada di sini?"

Ugra berdecak menatap Janma dengan tidak suka. Vampir perempuan itu memang selalu sesinis itu. Jika saja perempuan itu merubah sifat menjadi lebih lembut, mungkin ia akan mempertimbangkan diri untuk menyukainya. Namun, sayangnya tidak seperti itu. Perempuan cantik memang selalu memiliki sisi tidak terduga yang membuat para pria jadi berpikir dua kali untuk mendekati. Contohnya saja galak yang terlalu berlebihan.

"Gue cuma nanya. Lagian habis ini bapak lo aka tuan Kasmala akan ke sini bentar lagi. Jadi sudah seharusnya kita sebagai anggota Heredis udah ngumpul di sini."

Tuan Kasmala yang dimaksud oleh Ugra sendiri adalah pemimpin Agra, sekaligus pimpinan utama seluruh vampir. Agra sendiri adalah pusat utama kepemimpinan vampir yang berpusat di Australia. Benua yang sudah digunakan berabad-abad lalu sebagai tempat utama pengaturan dan kepemimpinan vampir.

"Mungkin doi pingin keluar dari Heredis dan menyerah jadi pemimpin," sahut Hira yang sejak tadi membisu.

Apa yang dikatakan Hira jelas adalah sebuah kebohongan besar. Semua vampir yang mengenalnya atau bahkan yang hanya mengetahui nama dan cerita tentang tahu bagaimana kerasnya Leo untuk menjadi pemimpin utama. Keinginannya yang amat kuat itu sebenarnya ia ketahui pernah sempat memudar. Yaitu saat Leo mempunyai hubungan dengan manusia serigala.

"Jangan bicara seperti itu, Iksha mengatakan padaku jika Leo harus mengurus urusannya yang berkaitan dengan penyamarannya sebagai manusia, jadi untuk hari ini dia tidak bisa ikut." Suara Kasmala mendadak terdengar di dalam ruangan. Membuat ketiga anggota tersentak hingga reflek berdiri dan memberi hormat pada sosoknya yang berada di ambang pintu yang terbuka. Seperti biasa pimpinan vampir itu selalu terlihat rapi dan berwibawa dengan setelan formalnya.

"Dan Ayah percaya dengan itu?" Janma memandang Ayahnya tak percaya. Padahal ia kira tadi Ayahnya akan berpikiran sama dengannya, tentang Leo yang pergi untuk mencari kekasih manusia serigalanya. Menyedihkan.

"Tentu saja, memangnya kenapa?"

"Tidak ada."

Kasmala tersenyum menatap putrinya lalu berbalik keluar. "Kalau begitu ayo kita mulai pelajaran hari ini. Kalian harus benar-benar dipersiapkan untuk memimpin seluruh vampir di berbagai belahan bumi ini," ujarnya sebelum kemudian keluar dari ruangan diikuti Ugra, Hira, dan Janma.

***

Mata Jinggga dan Senja berkeliling ke arah kamar Vidia yang gelap gulita. Tidak terjadi apapun setelah manusia itu melakukan sebuah ritual untuk memanggil malaikat maut. Mereka berdua jadi curiga kalau jangan-jangan mereka salah mendatangi orang. Atau yang lebih parahnya lagi jangan-jangan papa sengaja mau ngibulin mereka berdua supaya nggak ngintil sama kak Leo. Kalau emang gitu, parah sih, ya.

"Lo yakin udah melakukan ritual itu dengan benar?" Jingga bertanya dengan wajah tidak yakin, nampak jelas sekali meragukan kemampuan Vidia untuk hal ini.

Dengan kesal Vidia berbalik menatap dua vampir yang duduk di kaki ranjangnya. Walaupun dirinya tidak bisa melihat wajah vampir itu, tapi dari warna suara ia sangat yakin kalau Senja dan Jingga sangat meragukan kemampuannya. Kalau saja mereka berdua bukan adik kak Leo, mungkin Vidia akan mempertimbangkan buat ngumpulin seluruh hantu di perumahan. Kalau sudah begitu ia akan menyuruh hantu-hantu itu untuk mengerjai Senja dan Jingga.

HIRAETHWhere stories live. Discover now