Lovebird

1.3K 127 8
                                    

"Kata orang cinta pertama itu tidak akan bisa bersatu. Tapi tidak buatku, akan kuusahakan sampai akhir supaya kita dapat bersama selamanya" - Adhi


Nana berjalan menyusuri tepi pantai. Bodoh sekali ia berlagak sok drama meninggalkan Adhi di cafe itu. Padahal dirinya juga tidak tahu pantai yang ia kunjungi lokasinya disebelah mana Singapura.

"bodoh... bodoh.. gue bodoohhh!"

Tak lama gawainya berdering. ia membuka seleting cross bag dan merogoh gawai berlambang apel kegigit itu. Melihat nama Adhi terpampang di jelas di layar gawainya. Nana merasa malu atau beruntung tapi galau juga bila harus menjawab panggilan itu. berpikir kalau dirinya tak bisa pulang karena gengsi bisa gawat juga.

"Na, kamu dimana? yakin mau pulang sendiri?"
"hmm.. aku bisa pulang sendiri kok" jawab Nana dengan tegas. duhhh kenapa sih mulutnya tidak bisa diajak kompromi. dirinya ingin bilang "Dhi, tolong bawa pulang akuuu~" tapi tak bisa.

"Tapi kok tampangmu kaya mau nangis gitu" goda Adhi.
"hah? tau darimana kamu. engga kok. aku udah di jalan raya. lagi nunggu bis", lagi - lagi Nana berbohong.
"Serius lagi di jalan raya? yauda kalau begitu. take care Na. aku juga udah di mobil nih. kirain kamu masih bermain pasir di pantai sambil nangis - nangis karena gak bisa pulang" godanya lagi.
"eeehhh.. Dhi, tunggu-tunggu jangan ditutup dulu" Teriak Nana. Ah, gila kalau sampai bermalam dipantai. Bisa - bisa besok masuk headline news "ditemukan seorang mayat wanita hanyut tengah di laut " ihh~ogahh.
"kenapa? katanya kamu udah dijalan raya sambil nunggu bis"
"Adhi~ hiks..." isak Nana.

Dikejauhan Adhi sudah melihat Nana yang sedang panik. sesungguhnya ia tau bahwa Nana berbohong. Ia berjalan menyusulnya ke pesisir pantai. melihat Nana tersungkur di pasir membuatnya bergegas jalan menghampiri.

"Oh, jadi ini pinggir jalan, mana jalannya? kamu berubah jadi ikan duyung Na? Laut luas begini dibilang jalan raya" Adhi menertawakan Nana. Ia tau bahwa Nana tidak akan bisa pulang sendiri. makanya, ia santai saja ketika Nana pergi meninggalkan dirinya. sedih sih, tapi melihat kejadian lucu seperti ini membuatnya tertawa lepas.
"Adhhiiii~~~" rengek Nana.

***
sepanjang perjalanan Adhi tak bisa menahan tawanya. Nana cemberut melihat tingkah Adhi.
"Na, kita udah bukan anak abege kemaren sore"
"kenapa kamu ngambek sambil berjalan keluar? kamu pikir aku bakalan ngejar kamu kaya di pilem - pilem drama korea?" lanjutnya
"enggaaa Nana sayangkuu~pffhmm..." Adhi kembali tertawa.

Nana kesal bukan kepalang, mau gimana lagi. Memang dia sudah bertingkah seperti anak abege kemarin sore. Malu banget. Tapi dia juga tidak bisa memberikan jawaban yang tepat untuk Adhi.

"Na, tolong kamu pertimbangkan perkataanku yang tadi ya. Dengan kepala dingin dan tidak menggunakan emosi". "aku tahu ini mendadak, tapi aku serius Na, aku juga udah membicarakan hal ini ke orangtua kamu dan mereka merestui kalau kamu bersedia"

Nana diam seribu bahasa, memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil yang ia tumpangi itu. Menurutnya lebih baik diam daripada harus mengulang lagi jawaban yang membuat Adhi merasa sedih. Tapi entah kenapa di dalam relung hatinya, ia pun ikut merasa sedih.

**
1 tahun kemudian,
Hari demi hari dilalui oleh Nana tanpa ada permasalahan yang berarti. ia telah menyelesaikan semua urusan perceraiannya dengan mas Gema. Untungnya, mas Gema masih peduli dengan Sasa, anak kesayangannya itu memang selalu di nomor satukan. Jadi, dia menjamin kehidupan Sasa hingga ia selesai diperguruan tinggi. Tanpa syarat apapun.

Nana sangat bersyukur, setidaknya Sasa bisa meneruskan jenjang ke perguruan tinggi sampai lulus. Ia tidak harus memikirkan biayanya darimana. secara, Nana harus menafkahi kedua orangtuanya dan juga Sasa. Terlebih statusnya kini masih jobless. Bisa hidup sampai sekarang juga karena masih ada sisa - sisa tabungan dan bantuan dana dari Adhi. Nana sungkan sebenarnya, Adhi sudah banyak membantu Nana dan keluarganya. Padahal, ia tidak menjanjikan apa - apa tentang hubungan mereka. Ketulusan hati Adhi, perlahan membuat hati Nana luluh.

HATI YANG LAINWhere stories live. Discover now