Karma

3K 296 42
                                    

Setibanya Nana di apartemen Lin, ia bergegas ke kamar dan mengepak pakaiannya. Nana memang tidak membawa banyak karena pikirnya hanya sebentar. Toh kalau kekurangan ia bisa membeli beberapa buah baju di store terdekat.

Mendadak Lin masuk ke Apartemen. "Na, lo mau kemana? tanya Lin heran, melihat Nana yang sudah siap pergi membawa koper.
"Ng.. eh Lin. gue mau stay di tempat adek aja deh". sebenarnya alasan kepergian Nana karena ia merasa canggung bila harus tinggal bersama Lin setelah kejadian lalu. "kenapa mendadak sih? gue sengaja pulang cepat, mau masakin sesuatu nih buat lo. lo pasti belum makan kan?" Lin berjalan ke pantry dan membuka belanjaannya. "Lin, gue gak bisa makan bareng elu", ujar Nana, tapi Lin memaksa "ya ampun Na, masa makan bareng gue aja elu gak bisa?, sebentar doang. gue masakin nasi goreng kesukaan elu nih. abis itu gue anterin lo ketempat adek". Nana gak bisa berbuat apa - apa dengan desakan Lin. Akhirnya Nana duduk sebentar dan menyimpan kopernya di sudut ruangan. Tak betah hanya berdiam diri bagaikan tamu, Nana menghampiri Lin yang sibuk memasak "Butuh bantuan gue?" Melirik Lin yang nampak serius. "Gak Na, lo duduk anteng aja ya disana. gue masak ini spesial buat elu." Senyum semeringah Lin dengan memamerkan deretan gigi putihnya. Bola mata Nana berputar "yauda deh, kayanya lo lagi asik sama dunia sendiri. gue jadi tamu aja". Nanapun kembali ke kursi dan menyalakan siaran televisi.

**
"Taraaaa.. makanannya sudah jadi" Lin bergaya ala chef terkenal yang mempertontonkan menu spesialnya di depan Nana. "Halahh... masakan nasi goreng aja pake gegayaan" cengir Nana yang merasa lucu sama kelakuan Lin. Dan Mereka berdua menikmati makanan dengan bersenda gurau.

"Na, lo yakin mau ke tempat adek lo?" tanya Lin cemas sambil menyedokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. "kenapa, lo gak rela gue bobok cantik ditempat adik gue tercinta?" selidik Nana. "Iya, gue gak rela. kan gue mau bobok bareng lo" canda Lin sambil mengelus rambut Nana. Ah.. kenapa perlakuan Lin membuat hati Nana membara. Padahal sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Lin sering mengelus rambutnya dikala mereka bercanda atau menenangkan Nana saat ia menangis. "wagelassss.. masa elu mau bobok bareng sama gue. apa kata duniaahh. status gue masih istri orang. inget itu!". Lin menatap Nana serius "jadi kalau udah lepas status, boleh gue bobok bareng elu?" kedip Lin. Nana langsung melemparkan pukulan di dada Lin. "JANGAN MESUUUMMM", "Hahaha.. ampunnn nyonyaaaaa, makanan gue nanti tumpah nih!" tawa Lin lepas dan memegang erat tangan Nana.

***
Rumah Gema, setelah pertemuan di kantor pengacara.

"Mas, kamu kapan sidang?" tanya Martha Menghampiri Gema yang lagi duduk santai di sofa ruang tengah, sambil membawa dua cangkir teh . "Barusan aku dapat telepon dari pengacara Nana, katanya lusa" jawab Gema santai tanpa melihat Martha. Gema bukannya tak ingin menjauh dari Martha, ini semua karena keinginan Bapak Agus agar mempersunting Martha sebagai istri kedua. Mulanya Gema tidak setuju, ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Nana, meski kemungkinan berhasilnya kecil. Setidaknya ia ingin mencoba. Namun, pupus harapan Gema ketika Bapak Agus bersikeras bahwa dirinya harus menikah dengan Martha. Dunianya kini terasa hampa. Pikiran Gema menerawan, mengingat perkataan sang Bapak.

beberapa waktu lalu di Kediaman Bapak Agus Sentosa, Jakarta.
"Gem, pokoknya bapak gak mau tahu. Kamu harus menjadikan Martha sebagai istrimu. Kalau tidak bisa menjadi yang pertama. Jadikanlah ia istri keduamu. Tidak ada yang salah dengan poligami kan. kamu nikah secara resmi bukan selingkuh" tutur Bapak Agus tegas. "Bapak, biarkan Gema memilih, ojo dipaksa - paksa" bujuk Ibu Athalia yang turut prihatin dengan kondisi anaknya."Tapi pak, aku kan gak cinta sama Martha. aku sayang Nana" ucap Gema lirih. "halah.. Cinta, cinta bisa di pupuk gem. Bapakmu ini sudah pensiun dan keadaan perusahaan bapak tidak cukup baik untuk saat ini. bila perusahaan keluarga Martha membantu, bapak yakin perusahaan yang bapak dirikan bisa bertahan.Perusahaan kamu juga bukannya masih berhubungan dengan keluarga Martha?" tutur Bapak Agus Sentosa memandang Gema 

"Bukannya kamu juga kemarin berlaku tidak adil terhadap Nana, kamu berkhianat gem, bapak tahu itu. daripada kamu berbuat yang tidak baik, bukankah langkah terbaiknya adalah kamu menikah dengan wanita yang lain? Martha salah satunya, Nana juga pasti tidak keberatan selama kamu menafkahi materi untuk dirinya dan juga anak kalian" lanjut bapak Agus. "Iya pak, aku memang salah, aku khilaf. tapi aku gak ingin mengulangi perbuatan yang sama. aku cinta Nana pak" tegas Gema sambil menatap tajam bapak Agus Sentosa. "Gem, istrimu itu menikah denganmu pasti karena materi. bapak sudah selidiki semuanya yang berhubungan dengan Nana". Gema yang tak tahan terhadap pembicaraan tentang Nana langsung membantah "Pak, walaupun Nana menikah denganku karena materi, ia  seorang istri yang sangat baik. melayaniku dan membesarkan Sasa penuh tanggung jawab. Aku saja yang brengsek menyia-yiakan perhatian Nana. Bapak gak boleh menilai buruk Nana, biar bagaimanapun dia masih istri sah ku pak!" kemudian Gema pergi meninggalkan bapak Agus yang masih memanggil namanya dan juga ibu Athalia. 

Gema langsung membawa kendaraannya yang terparkir di halaman rumah Bapak Agus melesat kencang. Pikiran Gema kacau, ia tahu sudah menjadi pria yang tidak bertanggungjawab, terhadap Nana dan juga Sasa. ia juga mengerti kenapa Nana bersikap sedemikian rupa karena kebodohannya. Ia selingkuh dan bercumbu mesra dengan wanita lain. Nikmatnya hanya sesaat, selebihnya dosa dan juga perasaan bersalah menyelimuti. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Ia tidak mungkin memutarbalikkan sang waktu. Hanya semesta dan Pencipta yang mampu mengarungi lautan waktu tanpa akhir. Tidak baginya, hanya seorang manusia hina. 

Selagi Gema mengendarai kendaraannya dengan kecepatan penuh, tiba - tiba gawainya berbunyi dan nama bu Athalia tertera di layar, gema mengangkat "halo bu?" jawab Gema malas, "Gem, kamu dimana?, bapak masuk rumah sakit" dikejauhan suara Ibu Athalia nampak sedih dan terisak. "Bapak kenapa bu?" sontak Gema kaget dan menghentikan kendaraan ke sisi jalan. "Bapak Gem, jantung bapak" suara isakan ibu Athalia semakin jelas. "kenapa bapak bu?" tanya Gema sekali lagi "... bapak masuk UGD gem, cepetan kesini!" di kejauhan suara tangis ibu Athalia pecah. Gema langsung menacap gas kendaraannya menuju rumah sakit.

Semenjak itu, Gema tidak bisa membantah keinginan bapak Agus. Iya, bapak Agus tetap bersikeras ingin menikahkan dirinya dengan Martha demi menyelamatkan perusahaan yang telah ia bangun sejak lama. Miris memang, seorang pejabat terkenal mengais - ngais dan rela menjual anaknya demi kelangsungan hidup. 

Memang hukum karma akan selalu berlaku bagi siapapun di dunia ini. bila kamu berbuat baik maka balasannya akan baik, bila kamu berlaku tidak baik maka balasannya akan berkali - kali lipat lebih buruk daripada yang kamu bayangkan.


(terima kasih telah membaca sampai part.17. Jangan lupa buat di voment ya. klo vomentnya banyak. aku semangat buat update nih. mungkin bisa tiap minggu karena ini memang mendekati final chapter) 

HATI YANG LAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang