CINCIN

7.8K 305 1
                                    


Matahari bersinar cerah, burung – burung meyambut suasana pagi dengan kicauannya yang riang, pohon – pohon memancarkan aroma kayu yang khas. Rerumputan ikut bergoyang diterpa semilir angin yang berhembus. Udara segar menerpa wajah Nana yang sedang membentangkan beberapa helai pakaian. "ah, pagi yang cerah untuk menjemur pakaian." ujarnya dengan riang. Nana sesekali menyeka keringat yang bertengger dipelipisnya. Selesai menjemur semua pakaian yang ada, ia kembali ke ruang cuci memasukkan beberapa potong celana suaminya ke dalam mesin cuci. Saat memulai proses pencucian,"hmm.. kok bunyi." Nana merasa ada sesuatu yang membuat alarm mesin cucinya berbunyi.

"Seperti ada yang mengganjal di mesin cuci aku deh,"Nana mengerutkan dahi. Ia mengeluarkan semua celana yang ada di dalam mesin cuci, tiba – tiba sebuah cincin terjatuh dari salah satu saku celana panjang milik suaminya. Diambil cincin tersebut oleh Nana, rupanya sebuah cincin berlapis emas putih nan cantik – ada nama yang terukir disana.

"Deg.."

Jantung Nana berdegup kencang, cincin siapakah ini? Tangannya sedikit gemetar ketika membaca nama "Ratih". Nana memejamkan mata, memastikan apakah ada teman kantor suaminya yang bernama Ratih. Ah.. tetapi ia tidak mendapati ingatan tentang nama wanita yang namanya terukir manis di cincin itu. Apa karena dirinya sedang panik?. Akhirnya Nana berusaha untuk menenangkan diri.

Nana menarik nafas dalam dan panjang kemudian menghembuskannya. "oke Na, ini bukan apa – apa. Hanya cincin. Mungkin ini milik salah satu istri temannya mas Gema" Ujar Nana dalam hati. Berusaha untuk berpikir positif. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Berhubung hari libur, Mas Gema –suaminya- ada dirumah. Nana menghampiri mas Gema yang lagi asik istirahat di sofa santainya sembari menonton siaran televisi. "Mas, aku ketemu barang di saku celana kamu." tanya Nana dengan nada lembut. "Barang apa sayang?" jawab mas Gema datar. Nana mengeluarkan cincin dari saku bajunya dan menunjukkan cincin itu dihadapan suaminya tercinta. "Mas, jujur padaku, ini cincin siapa?"

"Ehm.Itu cincin teman aku sayang, jadi waktu dinas keluar kota kemarin, teman sekamarku kayanya enggak sengaja meninggalkan sebuah cincin di kamar mandi. Yaa...aku langsung bawa aja dan menyelipkan di saku celana." jawab mas Gema dengan intonasi tak biasa. Nana memperhatikan gelagat suaminya merasa ada yang aneh dan bertanya kembali, "Teman sekamar siapa mas? Ini cincin ukuran wanita loh!" sambil menunjukkan kembali cincin tersebut didepan mas Gema.

"Namanya Hasan, sayang. Dia kan memang berperawakan kecil dan kurus. Yang kamu pegang Itu cincin miliknya. Jawab mas Gema acuh tanpa memandang Nana. Suaminya itu sibuk sendiri, menggonta-ganti channel televisi dengan remote yang ada ditanganya. Karena Nana merasa tidak mendapatkan jawaban yang pasti, ia bergegas menuju kamar meninggalkan mas Gema yang masih asik menonton siaran televisi. Di dalam kamar, ia melihat ponsel suaminya tergeletak diatas Kasur. Ia segera meraih dan membuka ponsel tersebut. Untungnya, tidak di password jadi Nana bisa dengan bebas menyelidik setiap aplikasi chatting yang ada. ia menyusuri satu persatu pesan singkat, email dan pesan wag. Akhirnya ada satu pesan wag yang diarchive. Dada Nana berdebar Hebat, pasalnya, percakapan pesan wag antara mereka itu bukan percakapan biasa. Nana kembali ke ruang tengah dengan tangan kanannya menggengam ponsel milik mas Gema.

"Mas, kamu yakin itu kepunyaan Hasan?" tanyanya lagi. "Iya sayang, itu punya Hasan, kamu kenapa sih? Lagi PMS ya, kok ngomel – ngomegini?" protes Mas Gema. Ia menangkap ada raut wajah tak senang di sosok istrinya. "sini ponselku" sambil meraih ponsel miliknya dari tangan Nana dan membuka aplikasi wag serta menujukkan salah satu pesan singkat dari temannya; Hasan tentang kepemilikan cincin itu. "kamu baca pesan ini" sambil menyodorkan layar ponselnya kedepan mata Nana. "jelas– jelas Hasan mengakui kalau cincin yang aku bawa ini milik dia. lagian kamu kenapa sih, kok gak percayaan gitu?" lanjutnya.

Nana memejamkan mata, mengambil napas dalam. "okey, kalau kamu gak percaya. Sebentar", Mas Gema langsung menghubungi Hasan. "Baik cukup!" akhirnya Nana bersuara. "Iyaku percaya sama kamu mas, maaf ya" ujarnya setengah hati. "Nah, gitu dong sayang. Jangan drama pagi – pagi. Gak enak tau dengernya. Kasian nanti Sasa terbangun. Padahal hari ini libur, seharusnya dia bisa menikmati tidurnya" tutup mas Gema dan fokus kembali ke layar televisi.

Nana berjalan kembali ke kamarnya. Dia mengutuki dirinya sendiri, kenapa nggak langsung ngomong sama mas Gema tentang salah satu pesan mesra yang tersimpan rapi di archive wagnya. Kenapa ia harus pura – pura percaya sama mas Gema padahal kenyataannya dia tidak percaya sama sekali. Dan, kenapa mas Gema berbicara seolah – olah itu benar, nyatanya dusta?

"Disaat gue udah mulai bangun kepercayaan sama mas Gema ada badai kaya gini?"

Nana tersungkur tak berdaya disudut kamar, perlahan air mata membasahi pipinya. 

HATI YANG LAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang