Move On!

2.5K 230 23
                                    

           

Note: Haii Readers, terima kasih sudah setia membaca cerita Hati Yang Lain sampai episode ini. sempat stuck pada bagian lanjutannya karena satu dan lain hal. yang membuat penayangan ini menjadi molor dari jadwal(lagi). Tapiii.. gak bosen - bosen aku ucapin banyak terima kasih buat kalian semua...~ setelah cerita ini berakhir akan ada revisi dari awal ya. Selamat membaca dan jangan lupa untuk vomentnya~. #pelukkk~~~

***

Selang beberapa waktu, Setelah gugatan cerai Nana di proses oleh pengadilan, semua terasa berjalan begitu lambat. Lin yang masih galau dengan perasaannya memilih menjauhi Nana untuk sementara. Sedangkan Gema merasa dilema karena harus menikahi perempuan yang tak dicintainya. Meski belakangan ia mengetahui, bahwa Martha juga hanya mencintai hartanya saja. Sebab, beberapa kali Gema sempat memergoki Martha keluar masuk hotel bersama dengan pria lain yang tidak ia kenal. Namun, Gema bersikap cuek dan tidak ambil pusing.

Seringkali pula Gema menolak perjodohan itu, karena masih dalam proses perceraian dan ia ingin Bapak Agus menghormati keputusannya. Namun penolakan yang dilakukan oleh Gema ditepis oleh sang Bapak, menurutnya bila Gema tidak segera bertunangan dengan Martha. Perusahaan yang sudah ia bangun susah payah akan bangkrut dan sahamnya pasti terjun bebas, Gema sempat geram dengan keputusan gila Bapak Agus. Padahal Gema sudah membeberkan bukti bahwa Martha sering keluar masuk Hotel Bersama dengan pria lain. Tapi sepertinya Bapak Agus menutup mata dan tetap melangsungkan pertunganan keduanya di salah satu Gedung mewah yang berlokasi di Jakarta Selatan. Dengan kondisi Jantung sang Bapak yang tidak bisa diprediksi, maka usaha Gema untuk menolakpun sia – sia.

Gema mau berbuat apalagi? Dipikirnya ini memang hukuman dari Tuhan karena sudah mengkhianati Nana dan juga anaknya. Jadilah ia menerima semuanya dengan berat hati.

***

Sementara itu, Nana kembali ke Singapura untuk bertemu dengan anak kesayangannya, Sasa.

Bandara Changi, Singapura.

"Mama..., aku kangenn" Teriak Sasa seraya memeluk erat dirinya.

"Sasaa...,mama juga kangen sama kamu nak" balas Nana sambil memeluk Sasa.

Kedua orangtua Nana menghampiri "bagaimana di Jakarta Na?" tanya Mama menepuk pundak Nana dan membelainya. "proses perceraianku lancar ma, tapi memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyelesaikan semuanya. Terutama terkait harta gono gini" balas Nana, "aku ingin masa depan Sasa terjamin, selagi aku mencari pekerjaan untuk menghidupinya".

"Ma, nanti kita tinggal dimana? Sasa lebih suka di Indonesia, terutama di kota Depok. Selain di sana masih banyak teman. Aku kangen masakan Indonesia, tempe mendoan, tahu goreng kriuk dan makanan lainnya. Di sini susah buat makan tempe maahhh" rengek Sasa.

"Hehe.. iya sayang. Mama juga memikirkan hal itu" ujar Nana. "Na, bukannya kamu di sini sudah ada pekerjaan toh?"tanya Papanya,

" iya, tapi aku mengundurkan diri. Ada beberapa alasan pah, dan memang aku lagi persiapan buat kita pindahan lagi ke Indonesia. Maaf ya, jadi bolak balik seperti ini" senyum Nana yang dibuat – buat.

"owala.., papa dan mama ngikuti kamu aja lah. Yang terbaik yang bisa kamu lakukan. Maaf juga kami tidak bisa membantu urusan finansialmu" tatap sorot mata papa sedih.

"gak apa – apa pah, tenang saja. Rejeki gak akan kemana.." balas Nana meyakinkan orangtuanya.

Selama Nana tinggal dengan adiknya, ia bertukar pikiran. Baiknya kedua orangtua mereka akan menetap dimana. Pun dengan kondisi Sasa yang memang membutuhkan sosoknya. Bila ia tetap meneruskan tinggal di singapura, biaya hidup disana sangat mahal. Dengan pertimbangan matang, ia harus mencukupi kebutuhan perut empat kepala, sepertinya Nana masih belum sanggup untuk tinggal lebih lama lagi di singapura.

HATI YANG LAINWhere stories live. Discover now