Bab XIII

834 18 0
                                    

Dan hariku harus berakhir lagi. Aku harus kembali ke kehidupan nyataku. Pukul 02.30 aku sudah membuka mata. Semua karena ulahku sendiri. Kupasang alaram agar aku bisa melek pukul 02.30. Ku bersihkan diri, walau udara begitu dingin tapi tetap kupaksakan untuk mandi. Kemudian ku sentuh suamiku dengan kecupan di keningnya.
"Sayang, aku sudah siap. Antarkan aku keperempatan biasa." Suamiku langsung melompat dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka. Kemudian mengeluarkan motor dan memanaskannya.
"Mari sayang," setelah mengunci pintu aku segera melompat ke jok belakang dan motorpun mengembara menuju ke perempatan.

Usai salam perpisahan dengan suamiku aku menuju ke shuttle bus yang mengantarku ke terminal. Antrian di sini begitu rapi dan dibedakan di mana antrian laki-laki dan perempuan. Ada petugas security juga yang siap menghalau kalau-kalau ada laki-laki yang nyelonong masuk ke antrian perempuan. Juga menghalau gerak gerik penumpang dikala shuttle bus datang. Seringkali terjadi keributan karen saling dorong. Tapi untung keributan hanya terjadi di antrian laki-laki. Sedang antrian perempuan selalu aman. Hal ini sepenglihatanku terjadi karena jumlah penumpang perempuan lebih sedikit sehingga tidak terjadi penumpukan di antrian perempuan.

Dan bus pun datang, setelah bus menurunkan penumpang dari terminal segera maju sedikit menuju ke antrian perempuan terlebih dahulu. Akupun masuk dan langsung mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Ya pukul 03.00 memang tak begitu banyak antrian. Baik di antrian perempuan maupun laki-laki. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit aku sudah sampai di terminal.

Setelah menuruni bus, aku segera menuju ke security check poin satu. Di sana tasku harus dasukkan ke mesin x-ray sebagai pengecekan tak ada barang-barang yang tidak diperbolehkan masuk. Begitu lepas dari SCP1 (security check point satu) baru aku menuju ke meja kerjaku.

Meja kerjaku berderet, untuk airlines yang aku handle ada enam meja kerja. Di bagi menjadi dua meja untuk kelas bisnis, satu meja untuk para penumpang yang memiliki member dan sisanya untuk kelas ekonomi.

Aku sendiri selalu duduk di meja untuk kelas bisnis. Ya aku terbilang sebagai salah satu staff senior di sini.

Dan baru saja aku duduk, KK menghampiriku. Aku masih menyimpan lara ysng dia buat padaku.
"Hai Kinanth, i hear you sick a?" dia memulai, dan akupun terheran bagaimana dia bisa tahu.
"I'm ok now KK, how do you know?" aku ingin memastikan dari mana dia tahu.
"I asking your superior a," aku terkejut, kenapa dia sampai mau menanyakan keadaanku dan bertanya pada supervisorku.
"Ohh, why you want to know my condition?" aku secara reflek langsung menanyakan hal ini. Entahlah ini sebuah perbuatan yang sopan atau tidak.
"Ya a, because we are friend a." syukurlah aku tak mendengar alasan yang jauh lebih mengejutkan.

Biasanya aku berbicara panjang lebar dengannya, dia bercerita tentang kehidupannya dan lain sebagainya. Tapi tidak dengan hari ini, rasa-rasanya hati ini masih sakit mengingat apa yang dia katakan beberapa hari yang lalu.

"Kinanth, why you quite a? Not like usuall a." Dia nampaknya merasakan perubahan yang ada padaku.
"No, KK no problem, i'm ok" aku hanya menjawab sekenaku.
"Are you still angry with me a?" Dia mendesakku.
"No KK, but what you said a couple days ago is make me hurt." Aku terpaksa mengatakan ini semua. Akupun tak tahan dia berlama-lama di sini karena semakin lama dia di sini hatiku makin panas dibuatnya.
"Hai kinanth, forgive me please a, a couple days a go i just kidding you a." Akupun tak menyangka seorang Station Manager sebuah airlines ternama di dunia meminta maaf padaku atas nama pertemanan. Aku rasa ini tidak wajar dalam tatanan pekerjaan, namun dalam tatanan pertemanan atau persahabatan ini hal yang harus dia lakukan untuk memperbaiki hubungan. Ya permintaan maaf itu. Tapi entah kenapa aku justru enggan memaafkannya.
"No KK, because you are impolite. That's my privacy, and that's not your business." Entahlah, mungkin kalau teman kerjaku tahu entah mereka menganggapku apa. Tapi aku mencoba mengatakan apa yang ada dalam hati ini.
"Kinanth, please forgive me, i just kidding a. What should i do to make you happy again and not angry with me a?" Aku tak menyangka dia mengatakan hal semacam ini padaku.
"Nothing KK,"
"Kinanth please forgive me a." Kemudian aku hanya membalasnya dengan senyum sinis dan akhirnya diameninggalkanku dan membiarkan aku bekerja lagi.

Satu penerbangan sudah selesai. Aku baru akan mulai bekerja lagi nanti pada pukul 11.00. Kini saatnya aku beristirahat dan mencari makanan. Entah kenapa mungkin janin yang ada di dalam perutku ini menginginkan sesuatu yang berasa pedas. Ya aku tahu apapun yang akan ku makan pasti kan berakhir di wastafel atau tempat pembuangan lainnya. Tak lain dan tak bukan perut selalu menolak. Walaupun pada waktu memakan aku selalu enjoy tapi selang beberapa menit pasti mual melanda dan mengharuskanku mengeluarkan. Walau kadang begitu susah tapi akhir-akhir ini aku selalu bisa mengeluarkannya.

Aku menuju ke kantin, aku sama sekali tak mengingini makanan berat. Nasi, baru aku mencium baunya saja perut ini serasa ingin memuntahinya. Ku cari keripik pedas, dan kujumpai keripik pedas yang sedang ngetren yaitu kripik ma icih. Entah terbuat dari aoa yang jelas ini keripik berasa pedas. Kemudian aku kembali lagi menuju ke meja kerjaku. Aku membeli beberapa bungkus untuk bekal sampai nanti aku mulai kerja.

Ya tak terasa waktu berjalan begitu cepat, pukul 10.30 kami biasa melakukan brifing sebelum bekerja. Untuk membicarakan apa-apa saja yang perlu diperhatikan dan perlu ditingkatkan dalam pelayanan kami. Setelah selesai brifing kamipun kembali ke meja masing-masing untuk memulai menerima penumpang di penerbangan yang kedua.

Baru aku bersiap-siap untuk memulai kerjaku KK datang lagi menghampiriku.
"Hai Kinanth, please firgive me a, we are friend a." Aku masih tak percaya, kenapa dia kembali datang dan masih dengan topik yang sama.
"No KK," entah aku gila atau kenapa juga. Aku malah menjawab sekenaku.
"What should i do for you a, please don't angry to me a, i just kidding a."

Tiba-tiba saja aku teringat satu hal biar aku kerjai dia sekalian. Kapan lagi bisa ngerjain Station Manager dalam benakku berkata. Biar dia tak merasakan kesakitan hati tapi lihat saja.

"Ok, i will forgive you. But you have to do something for me."
"Tell me a, what it is?"
"But you have to do, after that i will forgive you."
"Ok a, i'm swear will do that a, just tell me what?"
"Ok, you eat this chips!!"
"Hah? That's so spicy a."
"If you don't i will never forgive you."
"Ok ok a," dengan lahap dia langsung memakan seluruh keripik ma icih yang tersisa. Orang Taiwan memang jarang yang menyukai rasa pedas dan dia sama sekali tidak menyukainya. Mukanya langsung memerah dan kelabakan mencari minum.

Usai mendapatkan minum dan masih dalam kepedasannya dia kembali menghpiriku.
"You forgive a."
"Yes KK, i forgive you already."
"That's so spicy a."
Aku tak membalas dan hanya tertawa saja.

Pekerjaanku berlangsung aman terkendali dan aku langsung pulang.

My PregnancyWhere stories live. Discover now