Bab XVI

685 10 0
                                    

Aku rasa waktu juga yang mengajarkan bahwasanya segala yang indah tak abadi, segala yang sakitpun tak abadi. Kurasai mereka sudah lelah dengan celotehan mereka sendiri sampai akhirnya aku tak lagi mendengar kata-kata menyakitkan itu. Aku hanya butuh menunggu untuk datangnya massa itu. Dan kini semua tak ada lagi dan akupun menjadi biasa lagi tanpa kesakitan dan tanpa pikiran yang berlebihan. Waktu yang mengajari untukku bersabar, mendengarkan semua yang mereka curahkan walaupun tanpa dasar. Cukup berikan senyuman seperti Mbah Sani bilang, dan dengarkan apa yang mesti didengarkan, ambil semuanya jangan ada sedikitpun yang terbuang kemudian pisahkan mana yang kiranya kau butuhkan dan mana yang mesti kau simpan sebagai perbekalan.

Hari-hari kini terasa begitu tenang dan damai, pikiranku tak lagi terpecah menjadi beberapa bagian. Kini aku hanya berfokus pada kehamilan. Ya sesekali memang dibuat kesal dengan mual yang tak kunjung berhenti. Namun lama-lama akupun terbiasa dengan keadaan ini. Mungkin ini yang disebut adaptasi dengan keadaan. Aku mulai paham mana-mana saja yang bila ku makan membuat aku mual, dan mana-mana saja yang bisa aku makan dan mengenyangkan tanpa menuntut untuk dikeluarkan kembali.

Kuhindari bebauan yang menyengat, maka aku kini lebih suka makan di luar. Aku bukan tak bisa memasak, namun karena aku tahu jika aku memaksakan memasak yang ada aku tersiksa dengan kemualan yang pasti datang menerjang. Maka pilihan beli makanan di warung merupakan pilihan paling jitu yang menrututku paling masuk akal. Perkara jenis apa yang aku makan, aku tak bisa menentukan. Yang penting aku pergi dahulu ke warung baru aku bisa menentukan mana yang kiranya bisa kumakan.

Keadaan hamil muda seperti sekarang memang membuat mood mudah sekali berubah. Sensitivitas hidung bisa merangsak ke dalam pikiran dan menghancurkan kebahagiaan dengan segera. Akibatnya tak jarang aku mencari pelampiasan untuk menuangkan kekesalanku. Kadang karena mencium bau yang tak sesuai dengan hati langsung siapa saja yang ada di depanku menjadi sasaran kemarahan. Aku sering tak perduli pada kemarahanku ini. Yang jelas setelahnya aku bisa kembali memperbaiki perasaanku.

My PregnancyWhere stories live. Discover now