Bab X

1.2K 27 0
                                    

Suamiku terbangun, dan ia kaget menyaksikan aku masih berada di sampingnya padahal matahari sudah di atas ubun-ubun. Dia merasa begitu bersalah karena dia pikir aku tak masuk kerja karena dia tak membangunkanku. Sedikit panik dan glagapan.
"Kinanth, kamu ngga masuk?" dia bertanya padaku.
"Maafkan aku Kinanth, mungkin aku terlalu lelah hingga aku tak terbangun tuk mengantarku pergi kerja." sambungnya.
Aku nyengir getir.
"He he, bukan salahmu ko. Aku sengaja tak membangunkanmu, aku juga sudah meminta izin ke supervisorku untuk tidak masuk hari ini."
"Kamu kenapa? Sakit?" dia makin khawatir. "Ayo kita ke dokter sekarang," sambungnya cepat.
"Tidak apa-apa sayang, aku hanya butuh istirahat saja sayangku. Mungkin aku kecapean sayang."
"Baiklah sayang, tapi alangkah baiknya kita ke dokter untuk tahu bagaiman keadaanmu secara medis. Dan kita bisa minta vitamin supaya kamu lebih bugar sayangku."
"Tidak usah suamiku, aku hanya butuh istirahat lebih lama sayang. Lagi pula kamu juga sebentar lagi harus masuk kerja bukan?"
Kurasai dia sedikit tersinggung, dan kulihat dia mulai menelfon-nelfon seseorang. Dari logat dan gaya bicaranya aku yakin dia menelfon atasannya untuk meminta izin tidak masuk kerja atau datang terlambat.
"Sayang, aku sudah mencoba menghubungi atasanku. Aku meminta izin untuk tidak masuk namun tak kudapatkan izin itu."
Benar saja terkaanku dan aku sebenarnya tak mengapa dan tak perlu pergi ke dokter untuk mengetahui keadaanku. Aku sudah mengukur juga seberapa kuat aku, walaupun aku bukan dokter setidaknya aku tahu sampai seberapa lama aku bisa bertahan dan apakah aku perlu atau tidaj pergi ke dokter.
"Tak apa sayangku, biar aku istirahat di rumah saja sayangku. Nanti aku upayakan untuk makan buah-buahan dan minum yang banyak supaya tubuhku segera pulih."

Ternyata keputusanku membiarkannya tetap bekerja adalah keputusan yang salah. Ya aku tak menyadari, lepas dia berangkat hal yang paling ku benci dan membuatku terkapar kini pasti akan datang kembali. Dan parahnya tak ada suami. Aku tak mengerti apa yang akan terjadi nanti.

Selama suamiku masih belum berangkat semuanya aman. Aku memasak nasi dan lauknya untuk bekalnya. Dan dia mulai mandi dan berpakain. Kemudian bersiap untuk berpamitan.

"Sayang kamu yakin tidak apa-apa?" tanyanya singkat sebelum mencium keningku.
"Ya sayang, aku tak apa, tak perlu kau khawatirkan aku." dalam benakku sebenarnya sudah terngiang berbagai macam ketakutan namun aku harus melepasnya. Aku bukan wanita lemah.
"Jika terjadi apa-apa, telefon aku segera sayang. Aku akan segera pulang." setelah berkata seperti itu dia lantas mencium bibirku lantas keningku, baru kemudian perutku. Kami bersalaman dan akhirnya dia lenyao dibawa kuda besinya dan tinggallah aku seorang diri di rumah.

Aku mencoba mencari berbagai macam kesibukan. Kunyalakan TV dan ku ikuti segala acaranya. Namun baru tiga puluh menit aku merasa bosan. Kemudian kucari-cari buku milik suamiku namun sama sekali tak ada yang ku suka. Akhirnya aku kembali masuk kamar dan menyalakan smartphone. Lumayan membuatku merasakan kesibukan dengan membuka akun sosial mediaku mulai dari instagram kemudian youtube. Akhirnya aku keasyikan melihat youtube. Banyak hal yang aku ikuti, dan hampir semua yang aku lihat isinya berkaitan dengan ibu hamil. Ya aku memang sedsng ingin tahu banyak mengenai ibu hamil terutama hamil muda sepertiku ini. Apakah kiranya gejala-gejala yang aku alami adalah suatu gejala yang normal atau sebaliknya. Setidaknya banyak oengetahuan aku dapatkan dari orang-orang yang dengan baik hati mau menshare pengetahuannya. Ya selain mereka mendapatkan uang dari youtube mereka juga menebar pengetahuan lewat video-video mereka.

Hari kini menjelang malam. Waktu yang akhir-akhir ini aku benci. Lembayung senja tak kujumpai. Memang hari ini sedikit mendung. Beberapa hari terakhir juga langit sudah tak mampu membendung air matanya hingga berjatuhan ke bumi.

My PregnancyWhere stories live. Discover now