Bab I

14.1K 200 0
                                    

Aku Kinanthi perempuan berusia 25 tahun. Kupikir tak ada yang tak pantas dari seorang gadis berusia 25 tahun yang memutuskan untuk menikah. Bagiku tak ada yang salah dengan pernikahanku. Aku mengikuti anjuran panutanku. Namun jika ada kesalahan, tolong jelaskan di mana letaknya? Sepanjang kalian menilaiku dengan objektif akan kuterima kesalahanku.

Aku dinikahi oleh seorang lelaki pilihanku akhir Agustus lalu. Ya tepat 31 Agustus lalu kami melangsungkan akad dan resepsi pernikahan di kampung halaman, di sebuah dusun bernama Parta, dan di sanalah mbahku tinggal. Kami mengaplikasikan adat Jawa, aku yang memilih adat Jawa beraliran Solo dan tentunya setelah disetujui pula oleh suamiku.

Proses akad nikah dimulai tepat pukul 09.00 dan didahului khotbah nikah oleh penghulu kemudian dilanjutkan dengan akad nikah. Bapakku bertindak sebagai walinya. Dan alhamdulillah suamiku mampu melangsungkan akad dengan sekali tarikan nafas tanpa adanya pengulangan. Itu merupakan wujud kesiapannya yang didasari oleh keyakinan yang luar biasa.

Setelah akad dilangsungkan semua hadirin serempak mengucapkan kata syah. Dan gemuruh kata syah itu melegakanku, ya waktu akad aku tak berada di samping suamiku. Akupun menghampirinya setelah aku dinyatakan syah menjadi istrinya.

Aku dan dia berbalut baju adat Jawa berwarna putih. Aku lengkap dengan konde dan suamiku lengkap dengan blangkonnya. Dan kami segera menjadi perhatian setiap orang. Menjadi objek bagi setiap kamera, mulai dari kamera handphone maupun kamera juru potret dan juga kamera-kamera lain yang entah dari mana saja datangnya. Bunyinya yang khas cekrek dengan kilatan bak sambaran petir kulihat datang dari segala penjuru.

Sebentar kemudian segera kami berdua sebagai suami istri yang baru syah melanjutkan adat pernikahan, yaitu adat panggih. Kami mengenakan busana jawa berwarna hitam. Suamiku datang beserta rombongan, kemudian dengan panduan cucuk lampah seorang yang memandu acara adat panggih ini kami melakukan tahapan yang pertama dalam prosesi adat ini yaitu balang gantal. Di dahului suamiku dengan melemparkan daun sirih ke dadaku sebagai pertanda bahwa dia mengambil hatiku kemudian aku melemparkan daun sirih ke lutut suamiku sebagai tanda baktiku. Selanjutnya suamiku kupersilakan ngidak tigan atau menginjak telur kemudian menginjak coet hingga hancur. Coet ini semacam cobek namun ukurannya lebih kecil dan lebih tipis, dia terbuat dari tanah liat sedangkan cobek dari batu. Kemudian aku basuh kaki suamiku sebagai wujud baktiku padanya. Bak raja dan ratu dalam sehari. Kami dituntun oleh ibu dan bapakku dengan dililit semacam selendang dan menuju ke pelaminan diikuti oleh bapak dan ibu dari suamiku di belakang dan di arak oleh putri domas dan manggalayudo prosesi ini kami sebut sebagai sinduran karena kain selendang itu bernama sindur dan berwarna merah di atas dan putih di bawahnya. Acara ini bermakna bahwa pernikahan ini telah direstui oleh kedua orangtua. Setelah di pelaminan prosesi adat dilanjutkan dengan bobot timbang, mempelai laki-laki dan mempelai perempuan duduk di paha bapak dari mempelai perempuan. Ini berarti antara anak sendiri dan menantu sudah dianggap anak sendiri semua tak ada lagi kata itu mantuku tapi mereka berdua adalah anakku. Kemudian dilanjutkan dengan minum, aku menyuapkan secangkir air kepada suamiku dan begitupun suamiku. Selanjutnya ada yang namanya kacar-kucur yaitu suamiku menuangkang kacar-kucur yang berisi beras dan ada pula beberapa koin sebagai pertanda seorang suami menafkahi istrinya. Kemudian dulangan, saling menyuapkan nasi antara aku dan suamiku ini sebagai pertanda cumbu rayu antara aku dan suamiku. Setelah itu dilanjutkan dengan rebutan ingkung ayam atau ayam panggang, bukan ayam sayur tapi ayam jawa yang biasa dipelihara. Katanya memang begitu seharusnya. Dan di akhir kami berdua sungkem ke kedua orangtua mulai dari kedua orangtuaku kemudian kedua orangtua suamiku. Usai sudah rangkaian acara adat panggih dan kamipun beristirahat di pelaminan. Sambil sesekali jeprat jepret berfoto ria. Lepas resepsi aku dan suamiku lantas menuju ke kamar untuk beristirahat. Karena lelah kami berdua baru terbangun pukul 22.00. Hanya karena suamiku haus akupun mengambilkan air untuknya. Selepas itu kami melanjutkan tidur kembali.

My PregnancyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon