FOURTY SIX - Pendirian Nathan.

141K 8.4K 1.1K
                                    

Aku tetaplah aku.
Aku yang akan berbicara pada dunia jika hanya raga kita yang terpisah tapi tidak dengan perasaan kita yang masih membaur erat.

***

SETELAH hari itu. Hari dimana mampu mengubah semuanya. Mulai dari kehidupan dua orang yang tadinya erat kini menjalani hidupnya masing masing.

Tidak ada pembicaraan, tidak ada cinta, tidak ada saling bertemu pandang. Jika ada mereka tidak akan saling menatap atau bahkan lewat begitu saja.

Entah, semua bisa berubah begitu drastis. Di pisahkan oleh ego mereka masing-masing. Membuat jarak yang tadinya dekat kini terlampau jauh.

Nathan menatap datar bahkan tak bisa diartikan ke arah Belva yang berjalan beriringan dengan Angga menuju parkiran sekolah.

Belva pun ikut menoleh, menatap tanpa ekspresi sama sekali. Sebenarnya mereka tahu, mereka sama sama mengerti bahwa memang seharusnya jalan inilah yang di ambil.

Belva tersenyum bahkan sangat tipis hingga tak mampu dilihat oleh Nathan lalu menggenggam erat tangan Angga dan pergi dari sana.

Pandangan Nathan pun teralihkan dengan seorang perempuan yang baru saja duduk di sampingnya. Cewek itu tersenyum manis lalu menggenggam lembut tangan Nathan berniat memberikan cowok itu kekuatan. Ia tahu, bahwa cowok di depannya ini berpura pura kuat walaupun hatinya kini rapuh serapuh-rapuhnya.

"Aku tau kamu bisa. Jangan pikirin apapun. Kalau ada yang lebih baik kenapa kamu terus berharap sama dia yang buat kamu sakit?"

Nathan sebenarnya ingin menulikan telinga jika ia bisa. Ia menatap Fara datar lalu setelahnya ia bangkit berdiri dan meninggalkan cewek itu. Cewek yang selama ini masih rela menunggunya. Masih rela menunggu Nathan sampai cowok itu menerima dirinya.

Lelah? Tentu lelah. Bukan hanya Nathan ataupun Belva yang tersakiti. Namun bagi dirinya, ia pun sudah mengorbankan perasaannya untuk ini.

***

Nathan memejamkan matanya sembari menyenderkan punggungnya pada jok mobil. Terpaksa ia harus menunggu Fara untuk menyelesaikan sedikit tugasnya yang belum selesai.

Bukan apa apa, ia memang tidak mungkin meninggalkan Fara yang sudah memohon kepada-nya untuk menunggu sebentar. Di tambah sekolah memang sudah sangat sepi dan hari sedikit mulai gelap.

Beberapa kali mata Nathan terbuka karena suara dentingan ponsel yang terletak di atas dashboard mobil. Bukan. Bukan miliknya, jika itu miliknya maka sedari tadi ia mungkin akan melempar ponsel itu kesembarang arah.

Tangannya meraih ponsel tersebut lalu membuka layarnya. Terpampang beberapa pesan dari Angga terkirim. Tanpa sandi apapun, Nathan membuat pesan tersebut dan membaca perlahan setiap katanya.

Angga.
Malam ini temuin gue di Cafe ×××.

Nathan menautkan alisnya, masih tidak mengerti mengapa Angga berani mengirimkan pesan tersebut.

Jemari cowok itu menggulir layar hingga menampilkan beberapa chat beberapa hari lalu. Rahangnya mengeras ketika membaca satu persatu kata yang terpampang.

Angga.
Belva udah masuk keperangkap gue. Sekarang tinggal gimana lo aja.

Fara.
Udah lo tenang aja. Lagian Nathan aman. Dia udah terlanjur kecewa sama Belva.

Angga.
Oke, tinggal beberapa langkah lagi.

Ponsel Fara hampir saja terlempar ketika seseorang membuka pintu mobil dan menampilkan senyum kikuknya lalu duduk di kursi di sebelah pengemudi.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang