E I G H T - Gitar.

231K 14.9K 405
                                    

READY?

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

"Dia pacar aku, Ma!" Mata Nathan membulat sempurna mendengar ucapan yang terlontar dari bibir ranum Belva.

"Pa-pacar? Kamu punya pacar?" Fanny -ibunda Belva- menatap Nathan dari bawah sampai atas, sempurna. Ia hampir tak percaya anaknya memiliki kekasih setampan ini.

"Iya, dia pacar aku. Iya kan, Kak?" Belva mengamit tangan Nathan dan memeluknya lalu menginjak kaki Nathan pelan.

"I-iya, Tante. Saya pacarnya." Nathan mengangguk pelan membuat Belva tersenyum.

"Sejak kapan kalian pacaran?" Kini Fanny duduk berhadapan dengan mereka lalu memainkan ujung shallnya.

"Baru ini, Ma. Tiga hari lalu." Jawab Belva asal.

"Oh iya, Kak Nathan ini kakak kelas aku. Dia orangnya baik banget, saking baiknya, aku sampe geregetan." Nathan mulai mengepalkan tangannya tak kuasa menahan segala kata kata dusta yang Belva keluarkan.

"Ekhm," Nathan melihat jam yang melingkar di tangannya, "Kayaknya udah terlalu sore, saya pamit ya."

Nathan berdiri lalu berpamitan pada Fanny tapi tidak pada Belva membuat Fanny heran sendiri.

"Eh, pacar kamu kok nggak pamitan sama kamu?" Fanny bertanya setelah Nathan sudah tak terlihat di depan rumahnya.

Belva menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "I-itu, tadi udah."

"Kapan?"

"Ta--tadi"

"Ya udah, Mama cuman mau bilang, pacar kamu ganteng. Kayaknya emang baik banget. Jaga, nanti di ambil orang." Fanny hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Belva yang tersenyum sumringah.

***

"Kak! Kak Nathan!" Belva mencekal tangan Nathan membuat cowok itu kini berbalik dan menatapnya datar, sangat datar.

Nathan menaikkan sebelah alisnya menandakan ia berkata 'Apa?'

"Lo kenapa, sih? Kayaknya ngejauh dari gue gitu?"

"Maksud lo apa yang kemarin? Lo bikin gue naik darah tau, nggak. Untung gue pulang, kalau nggak, lo udah habis sama gue." Kini Nathan menampakkan wajah merah padamnya.

"Yah, jangan dong, Kak. Jadi, gara gara itu? Ya elah, gue cuman bercanda--"

"Bercanda? Nggak lucu. Lo tau? Gue benci yang namanya bercanda."

"Mama gue nggak bakal anggap itu serius, kok. Ya udah, biar lo nggak ngambek lagi, sini gue traktir lo es krim." Sebelum Nathan menjawab, Belva sudah membawa Nathan ketempat counter yang menjual es krim di kantin.

"Lo mau rasa apa, Kak?"

"Gue mau ke kelas--"

"Aduh, udah cepetan. Lo mau rasa apa?" Nathan diam lalu membalas, "Vanilla."

"Oke. Bang! Vanillanya satu cokelat oreonya satu, ya!"

Setelah menunggu beberapa detik, akhirnya ice cream milik Belva dan Nathan sudah jadi. Cewek berambut panjang itu kini membawa Nathan untuk duduk di salah satu meja di kantin.

Belva mulai memakan es krim tanpa memperdulikan Nathan yang menatapnya dengan tatapan kaku. Ternyata, Nathan baru tahu jika Belva sangat menyukai es krim. Buktinya, Belva tak terpengaruh terhadap apa yang ada di sekitarnya yang benar benar ramai.

"Kenapa? Kok nggak di makan?" Belva menatap es krim Nathan yang masih utuh dan kini mulai mencair.

Nathan melihat bibir Belva yang di penuhi oleh banyak es krim. Ia menggelengkan kepalanya, sungguh, Belva snagat sangat tidak peduli pada penampilannya. Tapi, entah mengapa ini terlihat lucu.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now