NINETEEN - Kalah.

195K 12.7K 806
                                    

"Sorry, gue nggak tertarik sama yang kecil."
-NATHAN

***

NATHAN menatap lurus ke arah tembok putih tulang di kamarnya. Cowok itu memangku sebuah gitar kesayangannya dan mulai memetiknya perlahan membuat gitar itu mengalunkan suara yang sangat merdu.

Dirinya di kagetnya dengan kehadiran sang ibu di sampingnya. Nathan menatap Renata dalam dalam yang kini sudah duduk di sampingnya.

"Alunan musik yang indah. Ada masalah apa?" Renata menatap Nathan yang kini juga menatapnya. Anaknya itu menautkan alisnya.

"Masalah? Nggak ada." Memang, Renata bisa langsung tahu dari gerak gerik Nathan yang menunjukkan bahwa anaknya itu memang sedang mengalami sebuah masalah.

"Mom tau. Soal cinta?"

Nathan diam beberapa detik lalu menarik nafas panjang, "Emangnya, apa sih tanda kalau kita lagi jatuh cinta?" Pertanyaan ambigu itu yang baru pertama kali di lontarkan Nathan dan juga di dengar oleh Renata dari mulut anaknya.

Renata tertawa kecil, "Kamu jatuh cinta?"

"Mom.."

"Oke oke, tanda jatuh cinta ya? Menurut Mom sih cuman satu, hati kamu terus tergerak pengen buat dia bahagia. Apapun caranya."

"Kamu begitu?" Lanjut Renata tanpa membuat Nathan berbicara.

Nathan menggeleng pelan, "Nggak."

"Mungkin, kamu selalu pengen di deket dia. Iya, kan?" Nathan lagi lagi menggeleng.

Renata mengerucutkan bibirnya, lalu menatap anaknya dalam dalam. "Kamu emang kayaknya nggak pernah bisa jatuh cinta, ya?" Renata tertawa kecil kemudian, "Mom bercanda."

Perempuan muda dengan setelan piyama serta rambut yang di gelung tinggi itu bangkit, lalu mengelus puncak kepala anaknya.

"Good Night." Ia tersenyum seraya melangkahkan kakinya kearah pintu lalu membukanya.

"Oh iya, tanpa ada bawelan dia, hati kamu nggak bakal tenang dan ngerasa hari kamu itu nggak sempurna. Tapi kalau nggak, berarti kamu emang sama sekali nggak lagi fall in love." Renata lagi lagi tersenyum lembut, lalu menutup pintu kamar Nathan sepelan mungkin.

Nathan terdiam, mencermati setiap kata kata yang di lontarkan ibunya. Tak bisa ia pungkiri, tanda itu semua ada padanya. Mulai dari ingin melihat Belva tersenyum, bahagia, dan juga hampa tanpa cerewetnya cewek itu. Apakah ia... jatuh cinta?

Tapi, itu terlalu mengerikan untuknya.

***

Nathan menatap Belva yang sedang asyik memantulkan bola basket dan beberapa kali bola itu terlepas dari jangkauannya. Cowok itu sedikit tersenyum melihat tingkah Belva yang memang menurutnya jadi hiburan.

Cewek itu memakai seragam olahragannya dan memang mungkin dalam keadaan jam pelajaran kosong.

"Woy, woy, Kak Nathan ngeliatin gue mulu masa." Orang yang berada tepat di sebelah Belva berbicara. Ia terus memegang pipinya yang menampilkan semburat merah.

Belva yang mendengar itu langsung memberhentikan pantulan bolanya dan menatap Nathan. Benar, cowok itu menatap kearahnya.

"Kayaknya dia suka deh sama gue. Liat aja matanya, kayak menyiratkan perasaan cinta." Jihan, ia terus menerus berimajinasi membuat Belva memutar kedua bola matanya.

"Lo terlalu berkhayal. Mana ada istilah Kak Nathan jatuh cinta? Impossible." Belva pun tak menghiraukannya. Lalu kembali melakukan aktivitasnya.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now