SIXTEEN - Cilok.

206K 12.1K 312
                                    

READY?
.
.
.

HAPPY READING!

BELVA duduk termenung di bangku putih panjang yang terletak di taman. Ia menatap hampa ke arah anak anak yang berlalu lalang di depannya. Sengaja, ia memang tak ingin pulang terlebih dahulu. Karena ia tak mau ibunya melihat keadaannya yang menyedihkan ini.

Bangku yang di duduknya berdecit pelan pertanda ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Hai?"

Belva tak menggubris. Cewek itu malah tak sadar jika kini ada seseorang di sampingnya.

"Mikirin apa, sih?" Belva terkejut, lalu menolehkan wajahnya ke samping. Angga dengan setelan kemeja kotak kotaknya duduk menatap kearahnya dengan senyum mengembang.

Belva diam, tak berniat membalas. Tatapan Angga yang awalnya mengarah pada Belva, kini mengarah pada apa yang bertengger di pangkuan cewek itu.

"Laptopnya kenapa?" Tanya cowok itu sembari menautkan alisnya.

"Rusak. Jatuh." Balas Belva masih menatap kosong apa yang ada di depannya.

"Kok bisa?" Tanpa di ketahui, air mata mulai turun dari mata cewek itu. Angga yang melihat itu di buat terkejut.

"Loh, kenapa nangis?" Belva menatap Angga miris, lalu dengan cepat memeluk cowok itu erat erat. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang cowok itu, menumpahkan segala airmatanya disana.

Angga langsung bisa menebak bahwa cewek di depannya ini sedang mengalami hal buruk. Tanpa banyak menanya, langsung saja ia membalas pelukan cewek itu.

Angga mengusap pelan rambut Belva berharap cewek itu meredakan tangisnya. Benar saja, gadis itu langsung menghentikan tangisnya dan menegakkan kembali tubuhnya.

"Sorry. Baju lo jadi basah." Belva mengusap sisa sisa airmatanya. Ia melihat Angga yang tersenyum kearahnya.

"No problem. Gue tau mood lo lagi nggak baik, jadi-.." Angga mengeluarkan sesuatu dari kantung kemejanya dan menyerahkannya kepada Belva.

"Coklat buat lo. Semoga, mood lo bisa balik lagi ya." Lagi lagi, pikirannya terlempar pada beberapa tahun silam. Saat dimana orang di masa lalunya itu selalu memberinya sebatang coklat saat mood nya benar benar buruk.

"Kenapa diem? Ini ambil." Belva pun dengan perlahan meraih coklat itu dengan senyum tipis di sudut bibirnya.

"Thanks, Kak." Belva kembali menatap anak anak yang masih berlalu lalang di depannya. Tertawa anak anak itu membuat hatinya sedikit menghangat.

"Dulu, gue punya sahabat yang suka banget sama coklat. Dia cewek, cantik. Dia selalu bisa buat gue tersenyum tanpa sadar. Gue beruntung bisa di pertemukan sama dia." Perkataan itu awalnya membuat Belva mengernyitkan dahi, tapi sedetik kemudian ia mulai menetralkan lagi wajahnya.

"Dia tinggal dimana?" Perkataan itu membuat Angga sukses tergelak.

"Nggak tau. Udah nggak ada kabarnya lagi sejak beberapa tahun yang lalu."

"Loh--"

"Kok jadi bahas begini, sih. Lupain aja. Nggak penting." Potong Angga membuat Belva mengangguk memaklumi.

"Nggak boleh! Ini punya aku!" Suara anak kecil itu membuat Belva dan Angga menoleh bersamaan.

"Ini punya aku! Balikin!" Terlihat dua anak laki laki usia lima tahun sedang berdebat dengan bola yang sekarang menjadi pusatnya.

"Sebentar, ya." Angga pun mengangguk dan membiarkan Belva pergi menghampiri anak itu.

"Hai, Guys. What's up? Kenapa kalian bertengkar?" Belva memegang kedua punggung kedua anak itu dan membawanya mendekat.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang