FIFTEEN - Hancur.

209K 13K 90
                                    

READY?
.
.
.
HAPPY READING!

BELVA menyenderkan tubuhnya di tembok dekat parkiran sekolah. Kali ini ia akan merebut kembali laptopnya itu. Mau tidak mau, Nathan harus mengembalikannya.

Sebuah mobil Jazz putih masuk kedalam area parkir membuat Belva menegakkan tubuhnya karena tahu bahwa mobil Nathan lah yang baru saja tiba.

Seorang laki laki turun dari sana dengan tas yang tersampir di bahu kanan. Belva dengan cepat menghampiri cowok itu dan merentangkan tangannya berniat menghentikan langkah Nathan.

"BALIKIN LAPTOP GUE SEKARANG!" tekan Belva di setiap katanya, tapi Nathan menatap cewek itu dengan datar.

"Minggir kalau lo nggak mau kena masalah."

"Balikin kalau lo nggak mau kena masalah!" Balas Belva tak mau kalah.

"Lo mau ini?" Nathan mengangkat laptop Belva membuat cewek itu mengangguk cepat.

"Temuin gue di rooftop pulang sekolah." Ujar Nathan kelewatan santai membuat Belva menggeram kesal.

"Tapi gue butuh laptop itu sekarang!" Wajah Belva kini telah merah padam. Menurutnya, Nathan sudah kelewatan menyebalkan sekarang.

Tanpa ingin membalas ocehan cewek di depannya, Nathan berlalu pergi meninggalkan Belva yang menghentakkan kakinya sebal.

Belva terus menekuk raut wajahnya sampai ia berada di kursi kelas sekarang. Lina bisa menebak dengan cepat bahwa temannya saat ini habis mengeluarkan amarahnya. Bisa di buktikan melihat mimik wajah Belva yang saat ini merah padam dengan bibir yang mengerucut.

"Pagi pagi udah bete itu nggak baik. Kalau muka lo nambah tua dalam sekejap, mau?" Perkataan itu menginterupsi Belva membuatnya menoleh ke arah Lina dengan pandangan tajam.

"Laptop gue, Lin! Sialan bener ya itu kakak kelas. Pengen gue cabik cabik mukanya." Belva meremas tangannya, menyalurkan kekesalan yang tak bisa ia bendung lagi.

"Ya udah, nanti juga kan di balikin." Lina mengeluarkan buku tulisnya memilih untuk menggoreskan tinta pulpennya disana walaupun tak tahu ingin menggambar apa. Lina memang sedikit lebih cuek jika menanggapi keluhan tidak jelas yang di lontarkan Belva.

Belva pun hanya mendengus kesal lalu memilih untuk menyambungkan earphonenya pada ponsel lalu segera memasangkannya pada telinga. Alunan musik 'Stay - Alessia Cara' mengalun indah di telinganya membuat amarahnya mereda seketika itu juga.

***

KANTIN menjadi salah satu tempat favorit kebanyakan murid, selain bisa melepaskan dahaga lapar, disana mereka juga bisa melepaskan penat atas materi materi pelajaran yang membuat otak berdenyut-denyut.

Disinilah Belva, berdiri di samping tukang siomay dengan sepiring nasi goreng di tangannya. Cewek itu menatap ramainya kantin, sehingga ia tak tahu ingin makan dimana sekarang.

"Lin, penuh. Kita ke kelas aja, lah." Belva mulai jenuh karena temannya itu belum juga menemukan tempat untuk makan.

"Belva, ikut gue." Lina pun menarik tangan Belva hingga sekarang mereka berhenti di samping meja dengan tiga cowok yang sedang bercengkrama. Ralat, sebenarnya hanya dua cowok saja yang asyik berbicara. Sedangkan cowok yang satunya asyik dengan ponselnya.

"Lo apa apaan, sih? Ngapain kita ke meja ini." Belva membisikkan sesuatu yang tak hanya terdengar di telinga Lina, melainkan juga terdengar di telinga ketiga cowok itu.

Kini ketiga cowok itu menatap mereka berdua membuat Lina gelagapan sendiri, "Maaf, Kak, boleh numpang nggak?"

Michael, yang notabenenya cowok pecinta wanita pun langsung mengangguk antusias, "Boleh, dong, cantik! Sini sini!" Gio pun segera memukul cowok itu dengan botol minum yang sudah kosong.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now