TWENTY - Yura Attack.

198K 11.9K 913
                                    

"Muka lo itu plagiat nyokap lo. Jadi, yang sebenarnya cantik itu nyokap lo."
-Nathan.

***

KARENA Belva hanya sanggup sampai di taman dekat kompleks Nathan, jadi mereka memutuskan untuk berhenti disana.

Makin malam, keadaan taman semakin ramai karena memang sekarang adalah malam Minggu. Malam mengerikan sekaligus menyenangkan. Tapi untuk sebagian para jomblo, malam ini berbeda, dimana mereka hanya bisa memeluk guling sembari melihat jam dan berharap malam ini cepat selesai atau berharap akan ada pangeran tampan yang datang dan membawa mereka pergi. So, ini terlalu halu.

Belva mengistirahatkan dirinya pada bangku panjang yang tersedia disana diikuti dengan Nathan di sampingnya. Ia menatap beberapa pengunjung yang datang. Mulai dari kakek nenek juga jablay yang hendak menyabe ada disini.

Tiba tiba Belva teringat kembali akan Renata, cewek itu tersenyum tanpa sadar.

"Keluarga lo harmonis, ya?"

Nathan menjawab tanpa menoleh sedikit pun dari pandangan lurus kedepan, "Nggak menurut gue."

Belva pun menoleh, menatap Nathan dalam dalam. "Lo nggak pernah tau artinya kehangatan sebuah keluarga. Gue iri dan pengen ada di posisi lo,"

"Dimana lo bisa curhat sama Mama lo tanpa harus terhalang oleh sebuah pikiran berat. Lo bisa ngerasain kasih sayang seorang ayah, dan lo bisa ngerasain rasanya berantem lalu baikan lagi sama adik lo. Apa lo nggak ngerasain itu semua?'

Nathan terdiam, tak mengerti mengapa pembicaraan Belva bisa sampai kesini. Nathan mengalihkan pandangannya pada ponsel.

"Dan lo tau? Gue kangen sama kehangatan keluarga gue. Coba deh lo lebih rasain, pasti lo bakal ngerasain rasanya sebuah keluarga."

"Hem." Hanya dehaman yang keluar dari bibir Nathan.

"Kenapa lo cuek banget sih?"

"Hem."

"Kalau orang nanya dijawab, kek!" Tak ada jawaban lagi dari Nathan membuat Belva menghela nafasnya.

"Gue boleh peluk lo?" Belva lagi lagi menatap Nathan sendu.

Nathan mematikan ponselnya, lalu kembali menatap Belva yang kini raut wajahnya sangat mengiris hati Nathan.

"Peluk aja." Kalimat yang terlontar itu membuat tanda jalan untuk Belva yang sekarang kini sudah sangat erat memeluk Nathan dari samping. Belva menyium wangi mint yang menyejukkan menyeruak hidungnya. Begitupun Nathan, wangi Stroberi membuatnya ingin mencium puncak kepala Belva sekarang juga.

Belva pun menegakkan tubuhnya, lalu kembali menatap lurus ke arah Nathan. Cowok itu melihat aura kesedihan dalam netra hitam Belva membuatnya tanpa sadar memegang kedua pipi Belva dengan kedua tangannya.

"Lo cantik. Kalau gue suka sama lo nggak dan salahnya kan?"

"Kak, lo nggak ngelindur, kan?" Nathan melepaskan tangannya dari pipi Belva. Rasanya ia ingin mencabik rumput yang ada disini, malu.

Mengapa ia bisa berbicara seperti itu tanpa sadar? Sungguh, ini benar benar memalukan.

Nathan bangkit lalu sedikit menjauh dari Belva. Ia menjambak rambutnya kebelakang dan menghirup nafas dalam dalam.

Belva memeluk Nathan dari arah belakang, cewek itu lagi lagi menghirup aroma tubuh Nathan yang memabukkan. Sepertinya, ini akan menjadi hobi barunya.

"Gue tau lo cuman bercanda, kan? Nggak papa." Belva tersenyum tanpa Nathan sadari. Cowok itu hanya tertegun, tak tau harus berbuat apa.

Belva melepaskan pelukannya lalu kembali mensejajarkan posisinya dengan Nathan. Cewek itu termenung sembari menatap ke arah langit, indah.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang