+27

1.8K 187 2
                                    

"Adit mau ciki yang ini -- terus yang ini juga -- sama cokelat beng-beng -- permen juga -- ehh, tim-tam juga deh..."

Hans dan Wendy cuma saling memandang lalu mengulas senyum tipis, melihat tingkah Adit saat berbelanja di supermarket.

Sudah hampir 2 troli penuh berbagai makanan dan barang yang dibelinya. Namun rasanya masih kurang baginya.

"Kalau popok untuk orang dewasa ada gak sih, Tante?"

"Tentu aja ada, Adit. Tapi -- emangnya Adit masih suka ngompol?"

"Bukan buat Adit, Tante! Tapi buat Nenek Iren di panti jompo. Soalnya dia kalau malam suka ngompol. Kan kasihan."

Setelah tiga jam penuh berbelanja, akhirnya mereka kini sudah mengambil antrian di salah satu kasir.

"Kalau kemarin Adit selalu minta uang dan kita tidak pernah tahu apa yang dibelinya. Tapi, Adit yang ini -- sangat-sangat berbeda sekali." Ujar Wendy.

"Kalau saja Ibu Dasimah masih ada, dan melihat ini semua. Kurasa beliau akan sangat bangga dan terharu sekali."

"Aduh..." Adit tiba-tiba memegangi kepalanya.

"Adit kenapa?" Tanya Hans.

"Adit pusing, Om. Adit mau ke toilet dulu ya."

"Lohh Adit, kok pusing malah ke ---" Hans tidak melanjutkan kalimatnya. Sebab Adit sudah melesat pergi meninggalkan keduanya. "Aku akan menyusul Adit. Pakai saja kartu ini."

"Sudah, pakai kartuku saja." Sahut Wendy.

Hans masuk ke dalam toilet. Tapi dia tidak tahu dimana diantara ketiga bilik dengan pintunya tertutup itu -- yang di dalamnya ada Aditya.

Satu pintu terbuka. Ternyata seorang bapak bertubuh gemuk yang keluar. Satu orang pria masuk lagi ke salah satu bilik. Satu pintu lain terbuka. Sesosok anak kecil keluar dengan mata bulat dan senyum lebar di wajah polosnya.

'Lega juga deh...!'

Hans tersenyum saja melihat ekspresi bocah itu.

Kini hanya satu pintu saja yang belum terbuka. Jika ia tidak salah mengira, pastilah orang di dalam bilik ini adalah Aditya.

'Aduhh -- sakit banget --'

Hans tercekat. Suara itu... Tidak salah lagi! Suara itu adalah suara Adit.

"Adit..." Hans mengetuk pelan pintu itu.

Tidak ada jawaban dari dalam. Namun Hans masih bisa mendengar samar-samar suara dari dalamnya.

"Adit sakit ya? Kita ke dokter aja ya.."

"Gak mau!"

Hans menghela nafas. Ternyata memang benar ada Aditya di dalam.

"Adit gak mau disuntik pokoknya!!"

Hans semakin cemas karena hampir setengah jam Adit belum juga keluar dari dalamnya.

"Adit.."

Cklek.

Pintu itu akhirnya terbuka. Adit muncul dengan keringat dingin yang membanjiri sekujur tubuhnya.

"Adit sakit ya? Kita pulang aja habis ini.."

"Adit gak papa kok, Om. Yuk.."

"Beneran?"

"Iya, Om Hans! Adit kan kuat!"

Saat mereka keluar, Wendy rupanya sudah menunggu. Ia sampai harus dibantu dengan seorang staff supermarket untuk mendorong satu trolinya.

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang