+26

1.7K 184 2
                                    

"Apa lo nyesel, Nik?" Tanya Haikal sungguh-sungguh.

Niko menyandarkan tubuhnya pada kepala kasurnya. Akhirnya hari ini tiba juga. Hari dimana, dia -- melakukan seks dengan orang yang disukainya itu.

"Apa lo ngerasa tersinggung dengan perkataan nyokap gue kemaren?" Niko balik bertanya.

Haikal menghela nafas. Ia mengikuti posisi Niko. Untuk pertama kalinya, dia merasakan bagaimana sakitnya dianal itu. Namun untuk pertama kalinya juga, dia merasakan betapa nikmatnya saat penisnya masuk seluruhnya ke dalam lubang anal Niko.

"Nik..." Haikal meraih tangan Niko. "Kalopun nanti kita bersama selamanya, gue harap kita bisa kayak Om Matt sama Om Ken."

"Lo serius, Kal? Lo mau kita nikah? Meskipun itu artinya kita berdua akan menanggung dosa bersama?"

Haikal teringat akan wajah mamahnya. Jika memang takdir mengharuskan ia ditinggal selamanya oleh mamahnya, maka satu-satunya yang ia miliki di dunia ini hanya Niko seorang.

"Dosa masalah belakangan, Nik. Toh kita gak bakalan ngesex setiap hari juga kan?"

"Bener juga, Kal. Jadi gay itu kan gak selamanya identik dengan haus akan seks..."

"Jadi..." Haikal menatap lekat-lekat Niko.

"Apa?!"

"Lo udah mutusin, 'b' or 't'?"

"Heh, kan lo sendiri yang bilang, gak mesti dengan seks terus kan..?"

"Ya tapi kan, biar gue bisa posisiin diri gue.."

"Kalo misalnya gue bilang gue top, terus lo bot lo mau?"

"Gak masalah. Karena gue beneran sayang sama lo.."

"Terus, berhubung lo bot -- lo jadi doyan dandan, masak, sama feminin juga?"

"Ya enggak lah!"

Niko menghela nafas. "Itu maksud gue, Kal. Kita jalani aja kayak biasa. Elo tetep jadi diri lo. Dan gue tetep jadi diri gue sendiri."

"KAK NIKOOO...!!!"

"Adit?!!" Kedua cowok itu bergegas merapihkan penampilan mereka kembali. Jangan sampai Adit tahu, dan melapor ke Matt dan Ken.

"Ehh, Adit.." Niko yang keluar pertama.

"Adit pusing nih, Kak. Bikinin es jeruk dong.."

"Emangnya abis ngapain, Dit?"

"Gak tau nih.."

Adit pun merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Wajahnya pun kelihatan pucat sekali.

"Nih, es jeruknya. Spesial buatan aku.."

"Suapin dong, Kak..."

"Masa minum aja disuapin, Dit?"

"Hmm.., Adit mau bobo dulu ya capek."

Haikal menyentuh dahi Adit. Tapi ia sama sekali tidak merasakan suhu tubuh Adit panas.

"Apa kita kasih tahu Om Ken aja, Nik?"

"Gak usahlah, Kal. Adit juga biasa kayak gini. Paling juga karena tadi main panas-panasan diluar."

"Gue balik dulu ya.."

"Kok buru-buru amat? Gak jadi nginep?"

"Gue gak bawa baju ganti, Nik. Lagian juga gue belom bilang sama si bibi tadi."

"Hati-hati dijalan ya, bbeibbh.."

Haikal meninju dada Niko. "Gak usah gitu ah! Geli gue dengernya!"

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang