+9

3.1K 292 6
                                    

Bagas melangkah tegap memasuki rumahnya. Sambil menenteng sekotak cokelat berbentuk aneka hewan, yang ia bawa langsung dari Paris. Dia yakin sekali kalau Adit pasti akan menyukainya. Segala macam apapun yang namanya cokelat, pasti remaja itu akan menyukainya.

"Adit mana, Mbok?"

"Den Adit lagi sama teman-temannya di kamar, Pak."

"Temannya?" Senyum Bagas semakin mengembang. Senang rasanya mendengar kalau akhirnya Adit bisa mempunyai teman juga. "Cewek apa cowok, Mbok?"

"Ada cewek, ada cowoknya juga."

Bagas langsung menaiki anak tangga menuju lantai dua rumahnya. Kalau begitu sekalian saja ia mengajak Adit dan teman-temannya untuk makan malam diluar.

Deg!

Bagas memperlambat langkahnya. Telinganya seperti mendengar suara aneh dari dalam kamar Adit.

Suara pelan itu, lama kelamaan menjadi kencang. Dan teramat jelas saat Bagas menempelkan sebelah daun telinganya pada pintu kamar remaja itu.

'Sial lo, Jack! Gara-gara lobang pantat lo, gue jadi ketagihan nih!'

'Gak usah keras-keras juga, bro! Nanti kalo yang lain pada bangun, gimana?'

'Peduli setan! Yang penting gue bisa ngentot sama lo sepuasnya!'

Bagas bergidik ngeri mendengar percakapan dari dua suara yang sudah pasti pemiliknya cowok itu.

'Anjrit! Lagi pada ngapain lo berdua?!'

'Lagi ngentot lah!'

'Lo gay ya, Dit?!'

'Kalo gue gay, gue gak mungkin bisa nyodok tuh memek pecun!'

'Terus ini..'

'Cari variasi baru, bego! Lo mau coba?! Enak gila, jing!'

'Udah lo coba aja! Dijamin lo muncrat sampe merem melek!'

Bagas mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar itu. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Berjam-jam lamanya pikirannya terus terpusat pada kalimat-kalimat percakapan yang ia dengar tadi.

"Aditya gay? Kenapa dia jadi..."

'Adit, kamu lagi ngapain?!!'

'Mas Bagas tenang aja deh. Adit bakal muasin Mas Bagas malam ini..'

Bagas kembali teringat pada kejadian di waktu silam itu. Saat ia tengah tertidur, Adit tiba-tiba masuk ke kamarnya, dan ia sangat terkejut karena ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, remaja itu sedang memainkan dan mengulum penisnya.
Ia jelas menolaknya. Namun akal sehatnya seolah dikalahkan oleh hasrat birahinya yang timbul akibat perlakuan remaja itu.

Dan untuk pertama kalinya, Bagas merasakan nikmatnya menganal lubang anus seorang remaja cowok.

Bagas merasa sangat bersalah karena tidak seharusnya ia melakukan itu kepada adik iparnya sendiri. Namun --- kejadian itu akhirnya terulang lagi untuk kedua dan ketiga kalinya.

"Mbok, saya mau keluar sebentar."

"Pak Bagas bukannya baru sampai?"

Bagas tersenyum getir. "Iya, Mbok. Tapi mendadak ada urusan."

"Si Mbok sudah siapkan makan malam.."

"Saya makan diluar aja, Mbok."

Bagas melajukan mobilnya, menuju apartemennya di kawasan Kuningan. Hanya tempat inilah satu-satunya yang bisa membuat pikiran dan hatinya tenang. Meskipun dalam hati kecilnya, ia sangat ingin sekali menikmati tubuh remaja Aditya.

Ia membuka album foto dan koleksi videonya di jaman dahulu.

'Adit lagi ngapain disini?'

'Gak ngapa-ngapain kok, Om Bagas.'

'Itu apaan hayo?'

'Ehh ini -- tadi Mbak Ningsih yang menitipkannya untuk Om Bagas..!'

'Untuk Om? Hmmm..wanginya..'

'Mbak Ningsih pesan supaya Om Bagas cepat sembuh. Biar bisa jalan-jalan lagi berdua.'

Air mata Bagas menitik. Ia tahu kalau bocah kecil itu sedang berbohong padanya. Namun kebohongan yang dilakukannya itu, adalah sebuah kebohongan yang baik.

'Adit, pokoknya cuma Om sama Adit aja yang tahu kode rahasia brankas ini, oke?!'

'Oke, Om. Pokoknya uang Adit disini aman kan ya? Soalnya nanti Adit takut kalau diambil sama bapak dan ibu..'

'Adit tenang aja. Selama tidak tahu kodenya, tidak ada orang lain yang bisa membuka brankas ini. Selain kita berdua..'

Bagas menuju kamarnya. Ia menurunkan lukisan dinding berupa mawar merah yang merupakan hasil karya Adit sendiri. Matanya menatap nanar brankas yang tersembunyi di balik lukisan itu.

"Adit sudah pernah kuajak kesini. Tapi ia sungguh tidak mengenali lukisan buatannya sendiri."

Bagas berdiri di tepi jendela kamarnya.

"Kenapa dirinya berubah sekali? Apakah benar dia Aditya? Kenapa aku merasa kalau dia bukanlah Aditya kecilku yang dulu..."

#####

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang