+15

2.3K 212 7
                                    

Matt membelikan kasur single untuk Adit. Meski Matt dan Kenzo sudah mendesain satu kamar dilantai 2 untuk Adit, namun Adit tetap mau tidur sekamar dengan Niko. Alasannya, dia tidak berani tidur sendirian di lantai atas.

Dua bantal dan satu guling yang masih tebal dan baru, disusunnya dibagian kepala kasurnya. Tak lupa dia juga melipat selimut bergambar karakter winnie the pooh dan robin, yang dibelikan oleh Clara kemarin malam.

Boneka dan mainan disusunnya di pinggiran kasurnya. Saking banyaknya mainan, boneka, dan buku bergambar, Niko sampai agak kesusahan tiap kali mau naik ke atas kasurnya.

"Ujan-ujan...!! Sekarang kita harus menghangatkan diri dulu ya, teman-teman.."

Niko melirik Adit dengan tatapan geli bercampur sedih. Andai saja Adit tidak aneh seperti itu, pasti dia dan Adit sudah jadi pacar dan sering berciuman kapan aja dia mau.

"Kak Niko, pinjem bantalnya dong.."

"Jangan deh, bau iler."

"Emangnya kalau mau tidur, Kak Niko gak pernah sikat gigi?"

"Sikat tuh.."

"Coba..."

"Hhahh...!" Niko meng'hhahh' kan nafasnya persis di depan hidung Adit.

"Kak Niko ngerokok ya?! Kok bau rokok sih?!"

Niko menggeleng salah tingkah. "Aku gak pernah ngerokok tuh. Jangan sok tahu kamu, Dit."

"Oke, teman-teman. Pelajaran selanjutnya adalah membaca dan berhitung..."

"Emang Adit bisa baca sama hitung?" Niko menyerah. Dengan kondisi diluar yang sedang hujan deras, dan di kamarnya, Adit yang terus saja berceloteh dengan teman-teman bonekanya, membuat ia sama sekali tak bisa berkonsentrasi untuk belajar.

"Bisa." Adit mengambil buku berhitung untuk anak kelas 5 SD. "12×4=48."

"Wihh, jago nih..."

"Iya! Soalnya udah diisi sama Om Matt semalem."

"Itu sih sama aja bohong."

"Dit, udah sore nih. Mandi dulu yuk. Nanti keburu Om Matt sama Om Ken pulang loh.."

"Nanti aja ah, Kak. Adit masih mau main."

"Kalau dimarahin Om Matt, aku gak ikutan ya.."

Mendengar seperti itu, Adit bergegas ke kamar mandi dan melucuti pakaiannya. Niko menyusulnya. Ia pun kini sudah menanggalkan semua pakaiannya.

Niko menelan ludah beberapa kali, saat melihat tubuh Adit yang tanpa sehelai benangpun. Tidak ada siapa-siapa di rumah, selain dia dan Adit. Ini artinya dia punya kesempatan besar untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya sejak lama.

"Dit, aku guyurin pake shower ya.."

"Oke, Kak!"

Jantung Niko dag-dig-dug. Tangannya agak gemetar ketika menyentuh punggung Adit.

Dia mendekat dan semakin mendekat. Hingga penisnya yang sudah setengah bangun, menempel diantara kedua belahan pantat Adit yang berisi dan kenyal.

Kini Niko beralih menyabuni tubuh Adit. Matanya nyaris tak berkedip saat melihat penis Adit yang terkulai lemas. Tidak seperti penisnya yang sudah ereksi penuh.

Akal sehatnya sudah hilang. Hanya dalam hitungan detik, penis Adit sudah bersarang dalam mulutnya. Ia mengulumnya dengan pelan dan hati-hati. Tak butuh waktu lama untuk membuat penis itu bangun.

Niko melihat pada Adit. Tak ada reaksi perlawanan darinya. Wajah Adit pun terlihat datar dan biasa.

"Adit mau pipis..."

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang