+5

4.2K 359 8
                                    

Plak-Plak-Plak...!

Dean menggeplak kepala puluhan siswa yang tertangkap basah sedang tawuran dengan sandal jepit miliknya.

"Kencing aja masih pada bengkok, udah lagak-lagak'an mau tawuran! Mau jadi apaan kalian nanti, hah?!"

"Orang tua kalian sudah kami panggil! Sekarang buka baju dan celana kalian!!" Teriak petugas polisi lainnya.

"Haishh, generasi muda hancur semua!!"

Dean dan beberapa rekannya kembali ke dalam. Perhatian mereka langsung tertuju pada satu sosok siswa yang kini lagi duduk dengan dua polwan yang sedaritadi berusaha mengajaknya bicara.

"Gimana?" Tanya Dean.

"Tetep gak mau ngomong daritadi." Kata salah satu polwan itu.

Dean berjongkok di depan sosok itu. "Tolong jangan bikin susah pekerjaan kami semua disini ya!"

"Weeekkss.." Sosok itu malah menjulurkan lidahnya.

"Ngeledek gua ya nih bocah!"

"Dean!" Salah satu polwan berhasil mencegah tangan Dean yang nyaris menggeplak sosok itu dengan sandal jepitnya.

"Adit mau nginep disini aja deh, biar aman."

Seketika semua polisi yang ada di ruangan itu membelalak. Akhirnya mereka semua tahu juga nama dari siswa yang memakai seragam putih abu dan teropong hitam kecil yang mengalung di lehernya.

"Ohh, jadi namanya Adit ya.."

Adit menggeleng sambil menutup mulutnya. "Adit itu nama ayam jagonya kakek, Bu Polisi.."

"Jangan mudah percaya dengan akal-akalannya itu!"

Dugg..!

Adit menendang Dean sampai pria berumur 29 tahun jatuh terjengkang.

"Kalau gak percaya nih lihat aja sendiri!" Adit mengeluarkan hapenya. Lalu memperlihatkan koleksi foto-fotonya. "Ini Adit sama temen-temen Adit. Yang ini Dodo -- Usep -- Adul. Kalau yang paling bandel itu Dodo. Dia suka ngambilin kelereng di warung Ceu Euis."

"Ceu Euis itu siapa?"

"Mamahnya Dodo, Pak Polisi."

"Adit, apa Ibu Polisi boleh tahu Adit dari sekolah mana?"

Adit lantas menggeleng. "Adit gak mau pulang ke rumah kakek dan nenek. Soalnya ada orang jahat disana!"

"Ckckckck, pintar sekali dia ngebohongin kita semua..."

Adit menatap tajam pada Dean. Dia pun menendang lagi Dean sampai jatuh untuk kedua kalinya.

"Nih, buktinya Adit suka dipukulin sama Kak Reno!" Adit menyingkap seragamnya. Terlihat luka memar biru pada pinggang belakangnya. Kontras sekali antara warna kulit Adit yang putih mulus dengan luka memar itu. "Kalau kakek dan nenek gak ada, Kak Reno juga suka nenggelemin kepala Adit ke air, sampai Adit mau mati. Tapi untungnya Adit gak mati deh.."

Dean langsung terdiam seketika. Begitu juga dengan semua rekannya. Meski mereka merasa aneh dengan sikap dan tingkah Adit, namun mereka agaknya percaya kalau Adit tidaklah sedang berbohong.

Adit membuka tas ranselnya yang sedaritadi di dekapnya erat.

"Adit udah bawa celengan sama uang, sama baju, sama bekel juga. Pokoknya Adit gak mau pulang..."

"Adit banyak sekali bawa uang. Itu uangnya siapa?" Tanya polwan itu hati-hati.

"Adit tadi abis ngambil dari mesin yang berdiri itu. Pakai kartu plastiknya punya kakek. Tapi sekarang kartunya sudah Adit patahin, biar kakek gak bisa melacak Adit. Keren kan, Adit..!?"

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang