+25

1.7K 198 1
                                    

Hari ini Adit senang dan bahagia sekali. Karena meskipun ia tidak sekolah dan mempunyai banyak teman, tapi ia tetap mendapat banyak kado pada hari ulang tahunnya yang ke-18 ini.

Kakek Hamzah memberikannya sepeda baru roda dua dengan lampu yang bisa menyala pada gelap, dan juga beliau membelikan helm, dan satu setel baju sepeda juga untuk Aditya.

Beda dengan suaminya, Nenek Retno memberikan sepaket buku eksiklopedia tentang dunia dan alam semesta, yang merupakan cetakkan terbatas.

Kenzo dan Matthew memberikan banyak sekali kado. Mulai dari boneka, mobil-mobilan yang dirakit lengkap dengan lintasannya, x-box, cat air dan buku gambar, stako, papan catur, ular tangga magnet yang diimpor langsung dari USA, dan masih banyak lagi.

Adit sendiri sampai bingung harus membuka kado yang mana dulu.

"Tante Eva dan Om Ovi juga dateng ya? Wahh, terima kasih kadonya ya..!"

"Sama-sama, Adit. Terima kasih juga untuk undangan dan kue tartnya."

Saat semuanya sedang asyik bercengkerama di ruang keluarga rumah Kakek Hamzah, Adit sibuk keluar masuk kamarnya sambil membawa hadiah-hadiahnya. Sampai kemudian ia tak kunjung juga keluar dari kamarnya selama hampir satu jam lebih.

"Adit kenapa? Kok jadi pucet? Adit sakit?" Tanya Nenek Retno cemas.

Adit menggeleng. Ia mengusap peluh yang membanjiri dahi dan lehernya.

Keduanya pun kembali ke ruang keluarga. Dimana suasana malam ini, masih tampak ceria sekali.

"Om Rudolf--Om Hans, Adit boleh minta uangnya Nenek Dasimah gak?"

Pertanyaa Adit ini, jelas saja membuat mereka semua terhenyak.

"Adit memangnya mau beli apa? Biar nanti Kakek yang belikan.."

Adit malah terdiam. Matanya cuma mengerjap sama pada Kakek Hamzah.

"Adit ditanya sama Kakek.." Nenek Retno menyadarkan dari lamunannya.

"Adit gak yakin kalau uang Kakek saja akan cukup.."

"Adit..." Nenek Retno mengulas senyum tipis sambil membelai kepala Adit.

"Adit lupa ya kalau Kakek kan punya kebun yang sangat luas.."

Adit menyalakan iPadnya. Lalu ia memutar sebuah video yang diperlihatkan pada Kakek Hamzah.

"Ini temen Adit, Kek. Namanya Yanuar. Kata Dokter, Yanuar punya penyakit parah. Kanker hati. Dan untuk menyembuhkannya Yanuar butuh banyak sekali uang."

Lalu Adit memperlihatkan video selanjutnya.

"Kalau ini -- Ibu Wulan. Ibu Wulan ini cuma bisa melihat dengan satu matanya. Anaknya ada 3 dan masih kecil-kecil. Terus suaminya sekarang sedang dirawat. Tapi dirawatnya cuma dibiarkan saja dilorong rumah sakit. Soalnya katanya, Bu Wulan gak punya uang untuk membayar biaya berobat suaminya.."

Adit pun memperlihatkan videonya yang ketiga.

"Kalau yang botak ini namanya Sigit. Kata Dokter hidupnya sudah tidak lama lagi. Jadi Adit mau membelikannya mainan supaya nanti dia gak sedih lagi..."

"Adit.." Hati Nenek Retno bergetar kuat mendengar setiap penjelasan dari remaja itu.

"Bayi ini belum ada namanya, Kek. Kata suster, bayi ini dibuang karena jari tangannya cuma ada tiga. Terus kakinya juga bengkok sebelah."

Kakek Hamzah merasakan nafasnya semakin berat dan menyesakkan. Entah bagaimana Adit bisa mengenal semua orang-orang itu. Dan sampai memikirkannya...

"Besok kita temui mereka ya, Dit.."

"Beneran, Kek?!" Wajah Adit berbinar.

"Memangnya Kakek pernah bohong sama Adit?"

"Pernah sih! Waktu itu Kakek bilang kalau mau beliin Adit anak macan. Gak tahunya Kakek malah beliin Adit anak kucing yang bulunya loreng-loreng kayak macan. Dosa tahu Kek, kalau bohong.."

Seketika tawa mereka semua pecah. Suasana pun ceria dan hangat kembali.

Dan Aditya pun sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan hari esok.

Hari dimana masa-masa tersulit dalam hidupnya akan segera dimulai...

#####

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang