Bab 29

6.2K 318 17
                                    

Di perjalanan, di dalam mobil. Iren diam memandang keluar jendela. Rasa canggung mengingat kejadian tadi di kamar Malik. Membuat ia malu untuk mengajak pria itu mengobrol kecil seperti biasa.

Tadinya Iren tidak menyangka kalau Malik berani melakukan hal semacam itu. Ciuman pertama bahkan terpanas yang pernah mereka lakukan. Sampai kejadian singkat yang memalukan itu ikut menjadi saksi.

Iren bersusah payah menahan senyumnya. Ketika bayangan itu teringat dengan sendirinya.

Di samping itu Malik yang tengah mengemudi. Sesekali memperhatikan Iren yang masih diam tanpa kata. Ia meraih ujung kepala Iren dan mengacak rambutnya. Membuat wanita itu sontak melihat ke arahnya.

"Hei, kok diam aja sih? Masih sakit ya kepalanya?"

Iren reflek mengusap tengkuknya,  ia menjadi kikuk, "Sedikit sih!"

Malik ketawa kecil, "Maaf ya, lain kali aku akan berhati-hati."

Iren mangguk beberapa kali dan  Mengulas senyum tipis.
"Iya, gak papa!"

Ia benar-benar merasa canggung membahas soal ini. Hal semacam ciuman akan terjadi lagi antara dia dan Malik nantinya. Toh sebentar lagi mereka akan menikah. Dan hal -hal semacam itu bahkan lebih dari itu akan mereka lakukan. Tapi, Iren masih belom terbiasa.

"Aku gak nyangka sekali nyoba jadi bikin aku ketagihan," ujar Malik ketawa dan tanpa malu mengunggkapkannya. Malik kembali memandang Iren. "Ren?" pangilnya.

Iren menatap Malik dengan wajah bingung.

"Apa kamu suka?"

"Hah?" kagetnya.

"Yang tadi!" ulang Malik nyengir.

Iren gugup, Membuat kedua telapak tangannya menjadi basah oleh keringat. Pikirnya, kenapa juga Malik mempertanyakan itu padanya. Yang jelas ia bingung mau jawab seperti apa. Jawab dengan jujur tapi malu. Jawab bohong dan itu tidak mungkin.

Mobil Malik sudah berdiri di depan kantor Iren. Ia memperhatikan Iren yang terlihat tidak tenang. Membuat  kedua ujung bibir Malik terangkat menciptakan garis melengkung indah.

Malik mendekatkan tubuhnya hingga menciptakan jarak yang amat dekat dengan wajah Iren.

"Kenapa sayang, kok lama sih jawabnya."

Kedua mata mereka saling bertemu. Iren menatap Malik dengan tampang terkejut. Tubuhnya kembali menegang kaku. Degup jantungnya seakan ingin meledak dengan apa yang ia alami sekarang.

Iren kalang kabut menjawab pertanyaan dari Malik. Belom sempat ia mengutarakan. Bibir Malik sudah menempel manis di bibirnya. Sesuatu yang menyengat saat ini sedang menyerang tubuhnya. Terutama bagian hati. Iren mencengkram ujung -ujung roknya. Ia diam dan terdiam oleh perlakuan Malik. Yang selalu tiba-tiba.

Cukup lama Iren merasakan hangat di bagian itu. Malik menghentikan dan beralih mencium dahinya.

"Hati-hati ya kerjanya, nanti pulang aku jemput."

Iren masih setengah sadar. Ia mangguk-mangguk cepat dan berhati-hati turun dari mobil. Ia masih sangat merasakan, degupan di jantungnya yang belom berhenti bekerja.

Dari luar ia memandang Malik.

"Aku pulang, ya. see you honey!" ujar Malik tersenyum. Mulai menjalankan mobilnya ke depan. Hingga tak terlihat lagi.

Di sana Iren masih berdiri diam. Kedua tangannya reflek memukul pipinya. Hingga menimpulkan suara plak.

"Ya Tuhan, kenapa dia sekarang seliar itu!" gumamnya masih kerasa mimpi.

Perahu Cinta Irenia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang