Bab 5

5.7K 373 12
                                    

Masih suasana pagi. Mendung serta lembab. Irenia nama lengkap dari wanita yang tengah menikmati sarapan paginya. Satu tangan sibuk menyuapi makanan ke mulut. Satu tangan lagi asik menyentuh layar ponsel yang tengah ia mainkan.

Kerutan di dahi menandakan ia sedang berpikir keras. Hal itu disadari oleh Lisa yang juga ikut sarapan bersamanya di meja makan.

"Lagi liat apa sih, Ren. Serius banget kayaknya."

Iren menaikan pandangannya sekilas.
"Ah, itu loh Ma. tentang pekerjaan Iren, kata teman ada kesalah pada laporan yang Iren bikin kemaren, perasaan udah bener deh," Jelasnya tanpa mengalihkan pandangan pada layar ponsel.

"Makanya sebelom diberikan kamu harus cek ulang."

"Udah Mama, Iren sangat yakin kalau gak ada yang salah, tapi kok bisa berubah sendiri angka bilangannya."

Lisa ikut mengernyitkan dahi seperti yang dilakukan anaknya. Dia juga sangat yakin putrinya bukan tipe orang yang lalai dalam bekerja. Ia berpikir untuk memberikan saran pada Iren.

"Nanti di kantor kamu liat copiannya, ada kan?" Iren mangguk cepat pada mamanya, "Kamu samakan, cek dengan teliti, kalau laporan kamu itu berbeda dengan yang kamu simpan, berarti ada yang bermain-main dengan kamu disana, sayang!"

"Tapi siapa?"

"Siapapun orangnya, kamu mesti hati-hati, dunia kerja itu sangatlah kejam, jelas?" lanjut Lisa memberi peringatan, secara dia sudah lebih dulu mengalami hal itu dari putrinya.

"Iya, makasi Mama, Kalau gitu Iren berangkat dulu, lebih cepat lebih baik, biar Iren bisa langsung periksa kesalahan laporan itu."

Iren bangkit dari duduknya. Sebelum itu ia menghabiskan susu putih yang sudah tersedia di meja. Lalu menyalami dan mencium kedua pipi Lisa. Dengan langkah lebar ia mulai berjalan menuju halaman.

Di sana sudah ada mobil pribadinya yang terparkir. Tetapi, langkah Iren terhenti. pandangannya menangkap pada seorang pria di luar gerbang rumah. Berdiri menghadap dan tersenyum manis padanya.

"Malik?" gumamnya.

Dengan langkah ragu Iren mendekati. Apa dia salah liat bahwa pria yang semalam menemaninya hingga larut malam lewat vidio call itu, sedang berada di sini.

Di sana Malik menunjukan senyuman lebar dengan wajah berseri. Bahkan Mengalahkan cuaca pagi ini.

"Kok kamu di sini?"

"Selamat pagi," sapa Malik mengabaikan pertanyaan Iren.

"Ya, pagi juga," jawab Iren, ia memperhatikan Malik sesaat,"ada apa, Lik. Kok kamu di sini? Apa ada yang tertinggal di rumahku?" tanya Iren dengan kebingungannya. Tapi tidak dengan Malik. Pria itu terlihat biasa-biasa saja.

"Aku mau mengantar kamu kerja, boleh?"

Iren terkejut dengan penjelasan Malik. Dengan bodohnya ia melemparkan perkataan.

"Kok tiba-tiba?"

Lagi-lagi, pria itu hanya tertawa renyah di balik pagar yang masih tertutup dengan rapat.

"Mungkin, mulai sekarang kamu harus biasakan dengan hal ini," jelasnya.

Iren memandang Malik penuh dengan pertanyaan di otaknya. Dahinya berkerut mengalahkan jemuran. Bukan hal aneh jika seorang pria menjemputnya atau mengantarnya bekerja. Tetapi, otaknya kembali bergelut, ada apa dengan pria manis ini?

"Kamu gak mau ya aku antar?"

"Eh, ma-mau kok, tapi tunggu bentar ya, aku pamit ke mama dulu," jelasnya diterima anggukan riang Malik.

Perahu Cinta Irenia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang