Bab 28

5.3K 299 12
                                    

Iren berjalan santai di trotoar menuju toko tempat Malik membuka usahanya. Sambil menenteng beberapa kantong plastik berisi cemilan, buah dan makan siang untuk mereka berdua.

Senyum di bibir Iren menghilang, ketika bola matanya menemukan Malik dengan seorang wanita. berdiri saling berhadapan persis di depan toko.

Langkah Iren di paksa berhenti. Ia memperhatikan Malik dari jauh. Pria itu tertawa, tersenyum senang. Begitu juga dengan si wanita. Terlihat manis, lembut dan anggun dengan hijabnya.

Sesuatu telah menggangu hati Iren. Ia mengeratkan genggamannya pada tentengan plastik yang ia bawa.
Sebelumnya, Malik tidak pernah cerita kalau dia memiliki teman perempuan begitu dekat.
Ya, sangat dekat. Bahkan Malik tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari wanita muslimah itu.

Tidak ada niat untuk mengganggu. Iren memutar kembali langkahnya untuk menjauh dari sana.
Jujur saja, Iren sangat tidak suka dengan pandangan itu. Tapi, dia tidak punya keberanian untuk mendekati mereka.

"Kenapa gak berani, dia kan calon suami elo, Irenia!" batin Iren.

Kedua kaki dan hatinya tidak sejalan. Kakinya ingin sekali menjauh dari sana. Namun, hatinya ingin tetap di sini. Iren tertunduk lesu. Dengan langkah yang terus bergerak maju.

Ia cemburu!

Iren tidak suka prianya memandang wanita lain selain dirinya.

Di sisi lain Malik yang tengah asik mengobrol. Tidak sengaja melihat keberadaan Iren yang saat ini memunggunginya.

Alis Malik bertaut bingung, "Iren?" ujarnya.

Wanita yang berdiri di hadapannya ikut melihat pada pusat perhatian Malik.

"Siapa, bang?" tanya Nuri padanya.

"Tunggu bentar ya, Nur."

Malik bergegas mengejar Iren yang hampir menjauh. Tanpa lebih dulu menjawab pertanyaan Nuri.

"Ren!" panggilnya sedikit teriak. Orang yang di panggil seperti tidak mendengarkan.

"Iren!" ulangnya lagi.

Iren menghentikan langkahnya. Lalu Menengok kebelakang.

"Kenapa? kamu mau ketempat aku, kok udah pergi aja," tanya Malik bingung. Wajah lesu Iren sangat terlihat jelas olehnya. Ia memperhatikan barang bawaan Iren yang cukup banyak.

"Gak papa!" jawabnya singkat.

Malik mengulas senyum.
"Kenapa gak bilang kalau mau kesini, kan bisa aku jemput. Sayang!"

Iren masih tanpa ekspresi. Ia belom berani menatap Malik.
"Maaf!"

Senyum Malik memudar seketika, "Kenapa minta maaf!"

"Gak papa, nih ... Tadi aku beliin makan siang untuk kamu sama cemilan, bisa di bagi sama karyawan kamu nanti di sana," Iren menyerahkan kantong kresek itu pada Malik, tanpa mau memandang pria itu." Aku harus balik kerja, jam istirahat aku mau habis."

Malik kembali bingung dengan tingkah Iren yang tidak biasa. Dengan cepat ia meraih lengan Iren yang hendak pergi.

"Tunggu, Ren! Kamu kenapa? Kok jadi aneh gitu!"

Iren memandang kesegala arah. Dia juga tidak faham kenapa dirinya seperti ini. Yang pasti Iren tidak menyukai Malik memandang wanita itu seperti tadi.

Iren mencoba mengulas senyum terpaksa.

"Gak kenapa-napa, kamu lanjutin aja ngobrolnya, kasihan teman kamu nunggu lama tuh!"

Iren melepaskan lengannya dari genggaman Malik. Dan mulai melangkah lagi. Tapi Malik tidak memberi kesempatan. Ia menarik tubuh Iren hingga terbentur dengan tubuhnya. Lalu tersenyum.

Perahu Cinta Irenia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang