Bab 9

4.9K 322 13
                                    

Sejak pagi mendung menggantung di langit kota Jakarta. Sehingga siang itu terlihat seperti senja. Sayup-sayup gemuruh dari kejauhan seakan hujan kembali turun. Tetapi tidak membuat niat Iren surut untuk menjalani rencananya di minggu ini.

Di teras depan rumah, Iren duduk di kursi jati. Menyandarkan tubuh ke belakang. Pandangannya lurus pada gerbang besi yang sudah terbuka lebar. Sambil menunggu kedatangan Malik untuk menjemput.

Selang beberapa menit, mobil biasa yang di tumpangi Malik datang dari luar pagar.  Seketika itu Senyum manis mengembang di bibir kecil Irenia. Ia berdiri dari duduk sambil Melangkah ke depan.

Menunggu pria itu untuk memarkirkan mobilnya dengan baik.

"Maaf ya telat," Malik turun dari sana. Pandangannya tak lepas dari wanita di hadapannya ini.  rok selutut berpaduan dengan blus bermotif floral. Gaya yang tidak berlebihan membuat Iren semakin terlihat manis di matanya.

"Untung hati aku gak ikut mendung kayak cuaca, bisa aja kan aku batalin rencana kita," terang Iren sok jutek.

Malik ketawa geli, satu tangannya sudah sibuk menggaruk-garuk kepala bagian belakang, "Jalan sekarang?" ujarnya di sambut anggukan Iren dengan senyum simpulnya.

Malik bergegas mendekati pintu mobil. Setelah membukanya, di persilahkan wanita manis itu untuk masuk dengan cara hormat, dengan senyum masih mengembang di bibir, "Silahkan nona!"

Iren ketawa renyah melihat perlakuan konyol Malik. Dan bersegera untuk masuk. Ia sudah duduk dengan baik di dalam. Dengan hati-hati Malik menutup kembali pintu itu. Ia berlari mengelilingi mobil untuk kembali duduk di kursi kemudi.

Setelah sabuk pengaman terpasang dengan benar. Malik menoleh pada Iren. Lama ia memandang wanita itu dengan pandangan suka. Membuat Iren sedikit risih.

"Kenapa? Ayo jalan!"

Malik tersenyum ngembang. Sudah biasa ia melihat Iren memakai rok saat bekerja. Tetapi kali ini wanita itu sungguh terlihat berbeda. Membuat Malik tidak bisa menahan untuk tidak mengatakannya.

"Kamu terlihat lebih cantik hari ini."

Blush, sesuatu yang panas terasa merayap di sekitar wajah Iren. Bukan hal asing baginya mendengar pujian itu. Tetapi, ketika melihat cara Malik memandangnya. Membuat  jantungnya juga ikut bekerja cukup cepat. Tiba-tiba saja Iren menjadi gugup.

"Um, terima kasih!" ungkapnya mengulas senyum tipis.

Malik meanggukan kepala beberapa kali. Tanpa memutuskan pandangannya pada Iren.

Merasa tak sanggup di pandang terus oleh pria itu. Iren membuang muka keluar jendela. Di sana ia mengambil pernafasan berulang kali. Untuk menenangkan diri.
.
.
.
Di perjalanan, Iren melirik  pria di sampingnya. Tidak hanya Malik yang terpesona dengan penampilannya sendiri. Tetap, Iren pun juga merasakan hal yang sama. Biasanya, pria itu hanya suka mengenakan kaos biasa kemana pun ia pergi. 

Kali ini pria itu menggenakan kemeja maron berlengan panjang. Rambutnya yang basah karena polesan minyak rambut. disisir rapi kebelakang. Terpampang jelas wajah dewasa Malik dan juga terlihat lebih segar dari biasanya.

"Kita mau ke mana, lik?" Iren mencoba memecahkan keheningan.

"Aku punya teman, dia jago sekali melukis, kebetulan hari ini lagi ada pameran lukisan di tempat ia bekerja, apa kamu mau coba lihat ke sana, sebelum kita ke tempat lain?"

Terdengar sangat menyenangkan dari penjelasan Malik. Tanpa nunggu lama Iren langsung meanggukan kepalannya antusias.
"Iya mau, aku belum pernah liat pameran seperti itu sebelumnya, pasti seru deh."

Perahu Cinta Irenia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang