BDJ-32

4.4K 111 13
                                    


Disebuah caffe bernuansa serba Italia yang juga menyajikan berbagai macam makanan dari luar negeri bukan hanya dari Italia saja Wahyu dan Aira memilihnya sebagai tempat mengobrol setelah enam tahun lebih tidak berkomunikasi pun berjumpa.

Aira menyesap kopi latte-nya yang masih mengepul pertanda masih panas. "Sepertinya aku sudah salah mengartikan Mas,"

"Maksudnya?"

"Ya, kupikir dengan mengalah di pernikahan itu...,"

Aira menghela nafasnya. "Mas akan mendapatkan kebahagiaan bersama dia yang nggak pernah Mas dapatkan saat masih bersamaku."

Wahyu tersenyum tipis. "Ya, inilah kenyataannya Ra. Mas pun sudah melakukan kesalahan besar dengan menyuruhnya pergi dari kehidupan Mas,"

"Pencarian Mas berakhir sia-sia sampai sekarang Mas masih belum tahu dimana dia. Mungkin ini karma untuk Mas yang sudah
menyiayiakan wanita sebaik Maudy."

Aira terdiam sejenak melihat keterpurukan dimata mantan suaminya itu terlihat lekukan dibawah matanya. "Sabar ya Mas ini mungkin sudah takdir Allah,"

Lelaki itu tersenyum. "Makasih,"
matanya terpaku pada gadis kecil yang tengah bermain wahana mandi bola. Aira mengikuti arah pandangan lelaki itu. "Dia, putriku." Kalimat sederhana itu mampu membuat Wahyu membeku ditempatnya. Aira sudah tahu dan dapat menebak reaksi apa yang bakal  ditunjukkan lelaki itu.

"Bukannya kam-–"

"Mandul?"

Wahyu menunduk, "Kamu salah Mas, selama ini aku selalu rutin menjalankan terapis dirumah sakit. Dan inilah keajaiban Allah sehingga dipernikahan keduaku Aira bisa melahirkan seorang putri sholehah."

"Selamat ya!"

"Hehehe telat Mas. Biara udah besar juga,"

"Namanya?"

"Siti Biara Alendo."

Wahyu mengernyit sementara Aira tersenyum tipis. "Suamiku Noval Alendo."

"Nama yang bagus, aku yakin pasti kamu udah menemukan kebahagiaan kamu bersama pria bernama Noval."

Aira melihat air muka berubah masam. "Kamu yang sabar ya Mas, yakin aja suatu hari nanti dia pasti kembali kepelukan kamu Mas."

"Aminn..."

"Bunda!" Seru Biara ketika melihat kedua orang dewasa didepannya sedang serius bicara Aira tersadar. "Iya Nak? Mainnya udah selesai ya?"

Biara mendekat. "Bia capek," Aira tersenyum tipis. Wahyu mencolek pipi gembul milik Bia.

"Om, sakit tau." Pekik Bia kesakitan padahal cubitan Wahyu tidak seberapa.

"Om, bercanda Bia! Udah ah nggak boleh cemberut gitu," Biara membalikkan badannya kembali kearena bermain.

Wahyu menatap Aira. Seakan menyesali perbuatannya barusan pada putri kecilnya. "Nggak papa Mas bukan masalah besar juga. Bia memang begitu anaknya kalau belum terlalu kenal sama orang tapi sebetulnya Bia mudah akrab kok Mas, mungkin cuma masalah waktu aja."

"Pasti anak Mas dengan Maudy sudah sebesar Biara. Mas rindu semuanya rindu dia, yang entah keberadaanya dimana."

Aira mencolos entah mengapa hatinya masih diselimuti rasa perih dan bersalah atas apa yang diperbuatnya hingga wanita itu menghilang tanpa kabar dan saat itu keadaannya tengah hamil besar. Sandiwaranya telah menghancurkan kehidupan orang lain, Wahyu memang sudah memaafkan dirinya tapi untuk Maudy mungkin dia masih sakit hati padanya.

Wahyu tersadar dari lamunannya ketika menyadari sesuatu hal. "Ra, kamu masih save email-nya Maudy?"

"Masih, tapi kami terakhir berkabar saat dia akan kembali ke-Indonesia." Jawab Aira jujur. Dibalas senyum merekah mantan suaminya.

"Tapi kayaknya dia udah ganti alamat email-nya Mas. Benar kata kamu Mas Maudy benar-benar ingin menghilangkan jejaknya dengan menutup semua akses yang bisa kita lacak agar tidak ada satupun dari kita yang tahu posisinya." Imbuhnya. Senyum merekah Wahyu berubah menjadi senyum kecut, dia tahu bahwa wanitanya itu pasti sangat marah padanya. Sampai sampai dia menutup segala akses agar keberadaannya tidak diketahui oleh siapapun.

"Kasian, Maudy Mas," Ujar Aira menggantung kalimatnya. Wahyu menyempitkan matanya
pada Aira. "Daddy nya baru meninggal dunia dua tahun yang lalu," Aira tahu sampai sedetail  itu karena mereka memang sahabat. Dan untuk kabar meninggalnya daddy Maudy dia mendapat kabar dari Naomi Hilmia–teman semasa SMA Maudy dan dirinya.

Aira tersenyum. "Mas, aku tahu kamu harus mulai dari mana!"
ucapnya kemudian berteriak setengah girang.

Wahyu menautkan alisnya. "Apa Ra?"

"Naomi Hilmia!"

"Siapa dia? Dan apa hubungannya?"

"Dia sahabat kami sewaktu SMA, dan aku mendapat kabar meninggalnya daddy Maudy juga dari dia,"

"Lalu?"

Aira tersenyum tipis. "Aku yakin dia pasti tahu segalanya tentang Maudy,"

"Beneran Ra?"

"Insyallah, Mas."

"Makasih ya Ra kamu udah mau membantu Mas untuk mencari tahu keberadaan Maudy."

"Iya. Lagipula ini juga tugas aku untuk mempersatukan Mas dan Maudy kembali,"

"Jangan terus menerus merasa bersalah, Mas udah lupain masalah itu kok."

"Tetep aja Mas, Aira merasa menjadi penyebab kepergian Maudy,"

"Bukan salah kamu. Mas yang udah nyuruh Maudy pergi jadi ini kesalahan Mas yang waktu itu nggak bisa nerima keputusan kamu untuk bercerai dan memilih mundur. Waktu itu Mas masih belum sanggup kehilangan kamu Ra,"

"Maudylah yang akhirnya Mas jadikan pelampiasan atas kekecewaan Mas."

"Kamu harus bangkit Mas, aku yakin kamu pasti bisa."

VOTE+KOMEN+SHARE
Thanks.... ❣✌☺





PROMOT!

Baca karya terbaru teman ku yaa:) ceritanya tentang kerajaan gitu deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baca karya terbaru teman ku yaa:) ceritanya tentang kerajaan gitu deh.. Dijamin bagus kok cussss langsung mampir kelapaknya aja yahh..

Jangan lupa vote & komen juga. Rameinnnnn lapaknya ya hihihihi

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now