BDJ-30

4.3K 138 7
                                    

Enam tahun kemudian...


Los Angeles, California.

Semuanya sudah berlalu tahun dimana masa lalu pelik wanita yang kini sedang berkutat dengan layar laptopnya untuk memeriksa laporan keuangan Gerlots Group Company perusahaan terbesar di Amerika dan London yang bergerak dibidang Tranportasi dan Teknologi.

Ini merupakan hal pertama baginya karena bisa memimpin perusahaan yang sudah diwariskan padanya dari Alm. Papanya yang telah tiada 2 tahun yang lalu dan kini tugasnya menjadi sangat besar dirinya harus memimpin dua perusahaan sekaligus ditempat yang berbeda. Samar samar dia mendengar ocehan anak kecil yang menjadi semangat hidupnya selama lima tahun belakangan dia adalah jiwanya, nafasnya, dan separuh raganya.

"Mommy!" Ujar seorang anak kecil perempuan berumur enam tahun. Lengkap sudah dengan pakaian seragam sekolahnya berwarna biru ditambah aksesoris dirambut pendek miliknya, "Sibuk sekali ya, sampai tidak mau memeluk Kai?"

Wanita itu lantas menutup laptopnya dan mensejajarkan posisinya dengan anak perempuan tadi, tangannya terangkat untuk membelai rambut putri kecilnya yang ia lahirkan penuh pengorbanan nyawa maupun saat masih dalam perutnya. "Kai, marah sama Moms?" Tanyanya pada gadis berusia lima tahun itu yang mempoutkan bibirnya serta kedua tangan yang dilipat didada, Maudy menahan tawanya melihat pose putrinya ketika merajuk seperti wanita dewasa saja, pikirnya.

Dengan cepat gadis itu memeluk Maudy. "Memangnya Moms, mau melihat Kai dihukum oleh Tuhan jika marah pada Mommy yang sudah melahirkan Kai?" Ujar gadis berambut pirang, itu diturunkan oleh Mommy nya yang memang berdarah keturunan Belanda- Jerman.

Wanita itu lagi-lagi dibuat senyum akibat tingkah laku putri kecilnya. "Anak siapa sih? Pintar banget! " Mencubit pipi gembul putrinya dengan gemas.

"Anak Mommy Maudy Stefany Jonson..." Ujar gadis itu riang. Disambung senyum mommy nya lalu memeluk gadis bernama Kaiala Stefany Sanggoro.

"Sana kamu ganti bajunya dulu terus makan!" Titahnya pada anaknya. Dibalas anggukan oleh putri pintarnya diusia yang baru menginjak enam tahun.

"Mbak tolong temani Kaiala mengganti pakainnya dan makan ya?"

"Baik."

Setelah kepergian putrinya bersama maid-nya Maudy kembali duduk dikursi kerjanya dibukanya kembali laptopnya dan berusaha memfokuskan pikirannya pada pekerjaan hanya pekerjaan tidak yang lain dia masih trauma pada masa lalunya dulu dimana dia harus berada di tengah tengah pasangan harmonis dan berakhir seperti ini. Sebenarnya aku tidak mau mengungkit masa lalu yang sudah mulai kuhapus dari memoriku..

Namun biar kuceritakan sedikit sambil menunggu putriku berganti pakaian dan selesai makan. Selama pernikahan ku dengannya aku memang merasa bahagia namun hanya sesaat karena ditahap berikutnya aku terkejut atas perhatiannya yang tiba-tiba teralihkan pada istri pertamanya Aira sahabatku hubungan itu memang sudah berakhir lamanya namun aku masih menganggapnya sebagai sahabatku jika kalian bertanya mengapa aku menyetujui keputusannya waktu itu karena aku hanya ingin tetap mempertahankan pernikahan itu walaupun harus berlomba lomba untuk mendapatkan perhatian suami sendiri dan dia pernah beberapa kali ditegur oleh suaminya akibat sandiwara yang dimainkan oleh Aira pada saat itu...

"Aduhh!" Pekik Aira pura-pura kesakitan sambil memegangi lututnya yang tak berdarah, sedetik kemudian dia berhasil membuat suaminya Wahyu datang tergopoh gopoh menghampirinya, "Kamu kenapa Ra?"

Aira tersenyum devil. "Aku jatuh Mas, tuh Maudy yang dorong aku!" Ujarnya sambil menunjuk Maudy yang masih terdiam diatas tangga. Pandangan Wahyu kini teralihkan pada Maudy dia dapat melihat suaminya ini berhasil ia bohongi ternyata sandiwara didepanmu itu mudah Mas pikirnya.

"Maudy apa yang kamu lakukan pada raraku?!" Tanya Wahyu sarkas

Maudy berusaha menahan air matanya agar tidak berjatuhan namun usahanya sia-sia toh air matanya sudah mengalir dengan derasnya. "Hentikan sandiwaramu Aira! Mas, dia bohong aku sama sekali tidak mendorongnya." Ujar Maudy berlalu turun dan mendekat kearah dua manusia yang sudah menatapnya tajam ditempatnya Aira melemparkan senyuman penuh kemenangan pada Maudy yang membuatnya menggertakan giginya dan seketika tanpa disadari

PLAK! 

Wahyu menamparnya Aira sangat terkejut dengan sikap suaminya yang begitu mengkhawatirkannya sampai sampai harus menampar madunya yang tidak tahu apa apa niatnya hanya bersandiwara untuk memberi efek jera pada Maudy yang beberapa bulan terakhir manja pada suaminya padahal Aira sudah beberapa kali menegurnya namun teguran itu sama sekali tak didengar oleh Maudy karena menurut Maudy dia juga berhak atas Wahyu

"Mas, kamu nampar aku?" Ujar Maudy sambil mengelus pipinya yang terasa perih akibat tamparan yang dilayangkan suaminya padanya, dia menatap lelakinya tajam. "Kamu jahat mas! Seharusnya kamu dengar dulu kalimat pembelaan satunya bukan hanya mendengar hanya dari satu orang saja."

Wahyu menatap Maudy yang kini meringis akibat luka perih yang timbul dipipi putihnya karena ulahnya, niatnya ingin membantu mengurangi rasa sakitnya namun Maudy menipisnya dan. "Hentikan Mas! Jangan sentuh aku...!!" Ujar Maudy masih dalam isakannya

Aira tersenyum tipis melihat adegan FTV yang tengah berlangsung didepannya, dia bangkit dari duduknya tapi masih diam. "Dy, maafkan mas! Mas tid--

"Cukup! Aku tak butuh alasanmu menamparku Mas, lagi pula kau juga tak mau mendengarkan penjelasanku dulu kan dan langsung menuduhku seenaknya!!"

Diluar kendalinya Maudy meneteskan air mata ketika mengingat masalalunya yang sangat pelik. Namun dengan cepat dia menghapus air matanya ketika melihat putri kecilnya datang.

"Mommy, kenapa?"

Maudy dengan sigap menghapus bulir air matanya. "Mommy nggak papa, dear. Udah ya kamu istirahat sana,"

"Kai belum ngantuk,"

"Masa? Bukannya jadwal kamu hari ini ada les piano sama ballet."

Kaiala tersenyum. "Nggak ada jadwal les hari ini, Moms.".

"Oiya? Kenapa."

"Kaia udah nggak ikutin jadwal les-nya,"

Maudy menautkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Bosen, Kaia capek diejek terus sama temen-temen sekelompok, katanya Kaia dibilang nggak punya daddy. Kemana sih daddy? Kenapa Kaia nggak pernah tahu siapa daddy Kaia? Apa iya Kaia nakal makanya ditinggalin daddy waktu masih diperut."

Maudy tanpa sadar meneteskan buliran bening dari mata hazelnya. "Nggak, dear itu semua
nggak bener. Kaia anak mommy itu baik, pinter dan penurut jadi bukan itu alasan kenapa Kaia nggak pernah tahu siapa daddy. Ini cuma masalah waktu baby suatu hari nanti pasti Kaia akan ketemu sama Dad,"

"Tapi kata Kathy nasib Kaia sama kayak dia, ditinggalin daddy nya dan nggak pernah ketemu sama sekali sejak kecil."

"Kathy? Dia bilang begitu?"

Kaiala menganguk. "Kaia udah tahu belum hari ini mommy bikinin pudding rasa lemon,"

"Apa? Mommy buatin Pudding kesukaan Kaia?" Maudy menganguk.

"Let's go to kitchen Mom!" Seru Kaia.

VOTE + KOMEN+SHARE
Thanks... ✌✌☺

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now