BDJ-19

2.7K 119 0
                                    

Disebuah lorong di rumah sakit  seorang wanita berkerudung hitam polkadot tengah mengendap-endap seperti maling yang akan melancarkan aksinya. Demi membuktikan suatu hal yang pasti tidak diketahuinya dan memang sengaja disembunyikan rapat-rapat darinya. Langkah kakinya berhenti ketika melihat lelaki yang diikutinya juga berhenti diruang UGD dia menelisik lebih dalam untuk memastikan apakah orang yang diikutinya sejak tadi benar atau tidak.

Karena wanita itu berdiri tak cukup jauh dari UGD sehingga dia dapat melihat apa yang sedang dilakukan oleh seseorang itu. Tak lama berselang keluarlah seorang dokter wanita yang baru saja keluar dari ruangan tersebut wanita itu melihat seseorang yang diikutinya mendekat kearah dokter berdiri dengan wajah paniknya.

"Dok, bagaimana kondisi istri saya?"

"Allhamdulilah. Tidak ada yang perlu bapak dikhawatirkan, ibu Maudy sehat beserta bayinya..."

Apa? Maudy. Wanita itu tidak sedang salah dengar bukan yang di sebut oleh dokter tadi adalah sebuah nama yang sangat dikenalnya dan apa seseorang yang diikutinya menyebutkan jika pasien didalam adalah istrinya. Permainan macam apa ini? Inikah sebuah surprise yang diberikan oleh lelakinya? Sungguh miris!

"Lalu, Dok apa penyebab dia bisa sampai pingsan?"

"Makanan, Pak. Selama masa kehamilan masih berumur jagung istri Anda harus tetap dan harus menjaga pola makannya, jangan sampai perutnya dibiarkan kosong, dan tidak masuk apapun sama sekali karna ada sebuah nyawa yang juga membutuhkan asupan banyak dan bergizi dari ibunya. Maka dari itu tolong bapak perhatikan pola makan istri Anda."

"Apa ada yang harus saya lakukan, Dok?"

"Ya, hanya menjaga pola makan istri anda dan,..."

"Jangan sampai batinnya tertekan karena itu bisa membahayakan ibu sekaligus janinnya."

"Baik, Dok. Terimakasih..."

"Sama-sama, saya permisi."

Wanita berjilblab hitam polkadot dibalik tembok itu sudah tak kuasa menahan air matanya. Dia menumpahkan segala keluh kesahnya melalui air mata yang secara beriringan jatuh dipipinya. Wanita itu mundur secara perlahan dan menghilang dibalik dinding yang membatasi ruang UGD dan tempat dirinya berada.

Wahyu masuk tapi sebelumnya menyuruh kedua anak buahnya untuk pulang. "Kalian bisa pulang, terimakasih sudah membantu!"

Kedua lelaki berbadan kekar mengangguk lalu meninggalkan boss nya ditempat. Wahyu memasuki ruangan bercat putih disana nampak sosok wanita yang sangat dikhawatirkannya sejak direstoran tadi, perlahan dia meraih puncak kepala wanitanya lalu mengecupnya mesra.

Tak dapat dipungkiri dia pun sangat mengkhawatirkan kondisi wanita yang terbaring lemah dihadapannya. Walaupun statusnya hanyalah istri kedua namun dia harus tetap melindunginya karena itu sudah menjadi bagian dari kewajiban sebagai seorang suami.

••••

Hiksss..

Hikssss...

Tangis nya pecah ketika dia keluar dari Rumah Sakit. Wanita berjilblab polkadot itu tak menyangka bahwa suaminya sendiri sudah mengkhianati janji suci yang diucapkan didepan Allah Swt dan disaksikan ratusan hadirin tak terkecuali kedua orangtuanya.

Aira sudah tidak sanggup jika begini. Dia bukan istri Rasulullah yang siap dimadu dan dia bukan wanita berhati emas yang ikhlas berbagi suami. Dia hanyalah wanita biasa berhati lembut namun jika sudah dikhianati dia juga bisa marah. Lelaki yang selama ini selalu bersama dirinya kini sudah bukan sepenuhnya miliknya. Ada wanita lain yang berhak atas suaminya, yaitu madunya.

Ketika memasuki rumah dia mengabaikan ucapan salam Bik Nanum. Aira naik keatas tidak ingin orang lain mengetahui aib suaminya, walaupun Bik Nanum sudah dianggap seperti Ibu oleh Aira namun tetap saja Bik Nanum adalah orang luar. Dia duduk ditepi ranjang, tangannya mencengkram sprei berwarna biru laut itu dengan kuat. Sorot matanya sudah tidak dapat diartikan antara kecewa dan benci tlah menjadi satu bagian yang utuh.

••••

Aku mencoba mengerjapkan mata berkali-kali. Lemas itulah satu kalimat yang mampu menggambarkan kondisi tubuhku. Sesaat aku berhasil dan sesaat kemudian aku kembali dalam mimpiku, sebelum akhirnya aku benar-benar bisa membuka kedua mataku, aku melihat sosok itu. Lelaki yang sudah resmi menjadi suamiku dua bulan yang lalu, aku tak menyangka dia sudah berdiri dihadapanku padahal saat ditelpon aku belum sempat mengatakan apapun. Tiba-tiba aku ambruk dan sudah tak ingat apapun.

Lihatlah dia meraih puncak kening ku lalu mengecupnya mesra. Seketika aku dibuat terbang kelangit ke-tujuh karena sikap romantisnya yang dilakukan lewat sentuhan-sentuhan kecil tapi aku dapat merasakan kebahagiaannya. Kutatap matanya tak ada keraguan untuk aku tidak mempercayainya, dia suamiku dan seharusnya aku percaya padanya dan kupastikan setelah keluar dari rumah sakit aku akan....

"Kamu sudah sadar, sebentar biar saya panggilkan dokter." ujar nya ketika melihat kedua bola mataku sudah terbuka walaupun belum sepenuhnya

Aku mencekal kedua tangannya berharap aku dapat menikmati waktu berdua saja dengannya walaupun dirumah sakit. Setidaknya aku berhasil membuat dokter tidak masuk dulu untuk memeriksa ku.

"Tidak perlu, aku hanya membutuhkan dirimu..." ujar ku yakin.

Dia mengangguk. "Baiklah," jawabnya dengan wajah datarnya.

Aku yakin dia masih heran dengan sikapku yang tiba-tiba berubah manis. Tapi tak apa biarlah dia menganggapnya aneh tapi aku memang sudah mulai merasa nyaman berada didekatnya apakah ini yang dinamakan jatuh cinta. Kami memang sudah menikah bukan abg labil lagi tapi entah aku merasa kembali pada masa remaja. Mengenal lelaki idaman lalu berkencan beberapa kali dan fase terakhir dibuat jatuh cinta.

VOTE+KOMEN+SHARE
Thanks.... ✌❣

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now