BDJ-6

3K 109 1
                                    

"Apartemen?" tanya lelaki yang tadi menolongku ketika sudah sampai diparkiran Apartemen.

"Iya, saya tinggal disini. Makasih ya, Pak. Ngerepotin jadinya," Aku menjelaskan.

"Bisa nggak panggil, Pak? Saya belum tua-tua banget kok," Lanjutnya lagi.

"Oh! Hihihi maaf, Pak eh. Maksudnya.." ucapan ku dipotong.

"Wahyu!" tukasnya tak sengaja memperkenalkan diri padaku

"Eh... Iya Wahyu. Aduh kok jadi nggak enak gini!" jawab ku gugup.

"Nggak enak kenapa Mbak?" tanyanya.

"Saya panggilnya pake Mas aja ya." Ijin ku padanya sebelum memanggilnya Mas.

Tak ada jawaban yang keluar tapi tak lama setelahnya dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Yasudah saya turun. Sekali lagi makasih Mas..." ucap ku sebelum keluar dari mobilnya.

"Iya."

Aku pun keluar. Mobil itu melaju meninggalkan parkiran apartemen aku pun segera masuk menaiki lift menuju lantai lima. Sesampainya diatas aku pun membuka pintu tak lupa memasukkan password setelah pintu terbuka tanpa menunggu lama aku melemparkan tas ku beserta sepatu kesegala penjuru arah aku sudah tidak peduli nantinya kamar akan berantakan.

••••

Aira kini sedang sibuk menyiapkan makan malam sembari menunggu kepulangan suaminya.

"Non, ini sayur asem nya mau ditaruh dimana?" Bik Nanum datang mendekati ku membawa sayur asem yang spesial ku buat untuk Mas Wahyu.

"Ditaruh disebelah sana aja!"
jawabnya.

Aira kembali sibuk menyiapkan yang lain seperti sendok beserta garpu, ketika mendengar pintu diketuk Aira dengan cekatan menghampiri pintu masuk lalu memegang knop pintu dan terbukalah pintu menampakkan seorang pria yang sedari tadi ia tunggu.

"Assalamualaikum," ucap Mas Wahyu lembut mengecup kening ku.

Berganti dengan Aira yang meraih pergelangan tangan suaminya lalu menciumnya dengan penuh hormat dan patuh
"Waalaikumussalam," jawab Aira tak kalah lembutnya.

"Ayok masuk dulu Mas, terus ganti baju habis itu makan aku tunggu dimeja makan." instruksi ku pada Mas Wahyu.

Setelah mengajak Mas Wahyu masuk aku kembali menutup pintu lalu menuju meja makan untuk menanti Mas Wahyu yang sedang mandi sekalian mungkin.

Makan malam sudah selesai kini aku sedang dibantu Bik Nanum membereskan piring kotor untuk dibawa masuk kedalam dapur selesainya aku naik keatas kulihat Mas Wahyu sudah duduk didepan laptopnya dan dengan cekatan jari-jarinya mengetikkan suatu disana.

Aku mengalungkan kedua tangan ku di pundaknya mataku sedikit menyipit kearah layar komputer. "Sibuk apa sih Mas?"

"Nggak ada, cuma ngecek beberapa e-mail dari kantor. Ada apa?"

"Gapapa kok, kan Aira cuma pengen tahu aja. Eh iya tadi Aira sebel banget looh Mas,"

"Iya? Kenapa emangnya Ra?!"

Sepertinya Mas Wahyu tertarik akan ceritaku sampai-sampai ikut duduk ditepian ranjang bersamaku. Akhirnya bisa mengobrol berduaan seperti ini biasanya setelah makan malam kami langsung tidur karena kelelahan tapi malam ini istimewa sepertinya.

"Masa tadi aku pergi ke Mall sama sahabat lama aku yang baru balik lagi ke Indonesia-—"

"Tunggu-tunggu temen kamu yang udah 15 tahun di Amerika itu."

"Iya kok Mas tahu sih?"

"Kan kamu pernah cerita sama Mas... Masa udah lupa! "

Aira mencoba mengingat kembali saat dirinya bercerita pada suaminya mengenai kedatangan sahabat karibnya ke Indonesia.

"Dapat pesan dari siapa sih, kok serius sekali sampe Mas dilupain?! "

"Ah nggak ada kok, Mas cuma dari sahabat karib. Dia minta dijemput besok di Bandara Soetta! "

"Oh kirain, Mas siapa... "

"Siapa emang Mas?!"

"Nggak kok"

"Besok aku izin Mas, mau jemput dia di Bandara boleh kan?"

"Iya, boleh-boleh aja. Asal kamu hati-hati dijalan yaa, bilang sama pak Mudi nyetirnya hati-hati"
Pak Mudi adalah supir dirumah kami

"Iya, pasti Mas. Nggak perlu khawatir berlebihan gitu ah, yaudah yuk bobok udah malem besok Mas harus kerja juga"

Akhirnya kami tidur bersama.

"Iya, Mas Aira baru inget sekarang!"

Aira mulai bercerita dari A-Z tentang peristiwa sore hari tadi sekitar pukul 2.30wib di Mall
suaminya hanya diam sambil memandangi Aira. Aira yang mulai tersadar akan sikap suaminya pun akhirnya menggerutu tak jelas.

"Kok Mas malah diem aja?" tanya Aira pada sang suami yang masih memandang wajah teduhnya tanpa

"Mas harus gimana terus?" jawab suaminya kemudian.

"Ya Mas ngomong apa gitu..." ucap Aira.

"Udah malam tidur yuk, besok Mas berangkat pagi-pagi banget soalnya ada meeting sama klien dari Jepang."

"Hah! Gitu doang Mas?" ucap ku geram pada sikap mas Wahyu.

"Iya, kenapa sih?" tanya Mas wahyu tanpa rasa bersalah.

"Nggak ada. Yaudah Mas tidur duluan aja aku mau hapus make-up dulu..." ucap ku pada Mas wahyu.

"Yaudah! Tapi jangan kelamaan Mas kangen bobok peluk Aira." Goda Mas wahyu mencolek daguku.

"Ishh. Apaan sih Mas, gombal mulai nihh."

"Serius!" ucap Mas Wahyu dua jarinya membentuk huruf V.

Aku tak lagi menggubrisnya dengan segera aku mulai menghapus wajahku yang masih terdapat bedak dan lipstik tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya karena aku memakai make-up yang tidak terlalu tebal dan mencolok.
Setelah kurasa wajahku sudah bersih aku beranjak menaiki kasur nan empuk ini dan berakhir tertidur dipelukan Mas Wahyu romantis sekali aku bisa tidur di pergelangan tangannya.

Ah! Malam yang indah.

VOTE+KOMEN+SHARE (sertakan nama penulisnya❣)
Thanks... ✌❣

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now