BDJ-18

2.6K 114 0
                                    

Dikantornya Wahyu terus melirik jam dipergelangan tangannya dia sudah tidak sabar untuk pulang. Malam ini dia akan membuatnya menjadi malam spesial dan malam yang tak akan pernah bisa dilupakan untuk istrinya dia akan membawa sebuah kejutan tak terduga untuk istri tercinta.

Dia memang CEO namun bukan berarti dapat melalaikan tugasnya begitu saja hanya untuk kesenangan pribadi. Dia harus tetap mematuhi prosedur kantor dia ikut pulang jika memang sudah waktunya pulang bukan pulang seenaknya. Dia bukan tipikal pekerja seperti itu.

••••

Dilain sisi seorang wanita sedang menahan gejolak diperutnya sejak sore hari tadi. Mual dan mual itulah yang dirasakan olehnya sempat terbesit dipikirannya apa ini sebab karena ia tidak mau makan apa-apa sejak pagi tadi. Dia memang masih bisa menahan rasa mualnya namun untuk sakit diperutnya seperti ia sudah mulai tidak tahan.

Badannya lemas, dia tak sanggup berdiri dari tempat tidurnya. Kakinya juga terasa berat untuk digerakkan hingga akhirnya dia menyerah dia mengambil ponselnya diatas nakas sebelah kiri tempat tidurnya berada makanya dia bisa meraihnya dengan mudah. Dia menelpon seseorang yang bisa ia mintai tolong di benaknya hanya satu nama yaitu suaminya.

Ini pertama kalinya untuknya menghubungi lelaki itu. Tapi dia tidak boleh gengsi ini semua demi keselamatan janinnya dia harus bersikap sewajarnya walaupun dia sangat membenci kehadiran janin itu tapi dia melakukan ini untuk lelaki itu. Dari matanya terlihat jika dia sangat menginginkan janin yang ia kandung.

"Halo..."

"Iya, dengan siapa saya bicara"

"Aku, Maudy Mas... Aku hanya ingin memberitahu"

"Iya, kamu kenapa Dy?"

Terdengar suara khawatir dari sebrang sana aku dapat merasakannya khawatir sebelum akhirnya seluruh pandangku berubah gelap.

"Aku—ak--

Tutt...

Tuttttt......

Telpon sudah diputus sepihak sebelum Maudy mengatakan apa yang terjadi karena Maudy sudah tergeletak dilantai saat sedang menelepon tadi kepalanya dihantam pusing tiba-tiba sehingga membuatnya tak seimbang dan ambruk.

Disebrang telpon wahyu sudah merasa tak enak. Ia takut terjadi sesuatu pada istri keduanya itu yang notabene sedang hamil muda dan tak seharusnya sendirian di rumah.

Tak mau ambil resiko, dia mencomot kunci mobilnya disamping kirinya dan segera menaiki lift menuju bawah. Ditengah perjalanan yang terbilang buru-buru dia bertemu dengan Aira, istri pertamanya.

"Ra..."

"Mas..."

Wahyu tak dapat mengalihkan perhatiannya pada istri pertamanya itu dia melihat kearah luar terus-menerus. Takut sesuatu terjadi pada calon anaknya sekaligus istri keduanya dia bingung akan berkata apa dia sedang berada di cafe saat ini bersama Aira siapa lagi.

Kedatangan Aira kekantornya memang sengaja mengajak suaminya makan malam bersama direstoran favorit keduanya sejak pacaran dulu. Aira menyadari wajah suaminya seperti sedang khawatir pada seseorang dan ketika diajak bicara pun hanya menimpali sesekali dan seterusnya Aira lah yang mendominasi pembicaraan.
"Mas, kamu kenapa sih?" tanyanya lembut pada Wahyu.

Suaminya tak menggubris nya.

"Mas..." panggilnya lagi.

"Ada apa? Mau aku pesanku makanan lagi?"

"Tidak usah, Mas. Aira hanya bingung dengan sikap aneh Mas sejak awal masuk restoran, ada apa sih? Masalah dikantor ya?"

"Mas! Malah bengong aku tanya loh kamu ada masalah apa?"

"Sebenarnya Mas mau ada rapat dengan kolega, makanya tadi buru-buru tapi berhubung kamu datang dan..."

"Yaampun, Mas!" Sahut balik Aira dengan wajah paniknya.

Wahyu mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Kenapa tidak jujur pada Aira, nanti kan makan malamnya bisa di tunda. Yasudah Mas berangkat saja Aira juga sudah cukup puas makan malamnya walaupun cuma sebentar." ujar Aira sarkas.

"Tapi..."

"Sudahlah Mas berangkat saja. Aira tak apa kok, nanti kita bisa lanjutkan makan malamnya dirumah biar Aira yang masak spesial untuk Mas..." Aira menyakinkan suaminya.

Wahyu tak mau ambil pusing hingga akhirnya. "Baiklah, biar kamu Mas antar pulang." ujar Wahyu final.

"Tidak usah Mas. Nanti Aira bisa pulang sendiri, takutnya nanti Mas telat kesananya karena mengantar Aira terlebih dahulu," ujar Aira

"Bener kamu bisa pulang sendiri?"

"Iya, Mas." ujar Aira kembali.

Sebelum pergi wahyu menyempatkan untuk mengecup mesra kening Aira sambil membisikkan sesuatu. "Terimakasih," ujar Wahyu tulus pada Aira.

Wahyu akhirnya pergi dengan segala rasa bersalahnya karena sudah membohongi istrinya untuk yang sekian kalinya. Dia menyetir mobil dengan kecepatan diatas rata-rata dia takut terjadi sesuatu pada istri keduanya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ditempat tujuan dia sudah sampai di Rumah Sakit xxxxxx dia memang sudah menyuruh anak buahnya untuk menolong Maudy selama dia masih bersama Aira direstoran tadi, karena sebagai calon ayah yang siaga dia mengambil keputusan lain. Karena tak mau kondisi istri keduanya semakin memburuk akibat tidak cepat ditolong.

VOTE+KOMEN+SHARE
Thanks.... ✌❤

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now