BDJ-14

2.6K 110 1
                                    

Shock. Itulah yang tengah dialami Maudy setelah apa yang menimpanya hari ini sungguh dirinya benar-benar kacau ditambah mata yang bengkak akibat menangis terlalu lama.

Apa yang harus dia katakan nanti pada keluarga besarnya, niatnya kembali ke Indonesia untuk liburan tapi malah berubah menjadi bencana. Maudy yakin Daddy dan Mommy nya akan marah besar ketika mengetahui fakta tentang anaknya, ponselnya berdering namun Maudy masih sibuk dengan pikirannya sehingga tak menyadari bahwa ponselnya berbunyi.

••••
Aira yang sudah sejak lama berdiri didepan pintu apartemen Maudy mulai pegal. Sejak awal datang Aira sudah mengirim pesan singkat pada Maudy agar membukakan pintunya. Namun hasilnya nol tak ada balasan satu pun telepon nya juga tidak diangkat

Aira semakin menyakini jika sudah terjadi sesuatu pada sahabatnya didalam. Dengan segala jurus ia mencoba mencari bantuan dengan datang kemeja resepsionis mencari tahu sesuatu tentang Maudy setidaknya mendapat kunci cadangan apartemen Maudy.

"Permisi, Saya boleh minta kunci cadangan kamar 304?" tanya Aira sopan pada mbak resepsionis

Wanita lebih muda dari Aira  memandangi penampilannya dari atas hingga bawah lalu kembali fokus pada pertanyaan yang diajukan oleh Aira. "Sebelumnya, Anda siapa ya?"

"Saya, Aira. Tamu yang akan mengunjungi sahabat saya dikamar 304, tapi sepertinya terjadi sesuatu padanya sehingga ketukan pintu dan pesan saya tidak direspon..." jelas Aira pada resepsionis itu

Wanita itu mulai serius. "Lalu? Apa yang bisa saya bantu?"

"Berikan kunci cadangan kamarnya. Saya takut dia kenapa-kenapa didalam.."

"Baiklah, tunggu sebentar," Resepsionis itu memberikan Aira kunci berwarna gold sebelum memberikannya. "Tapi, saya tidak ikut bertanggung jawab jika pemilik kamar merasa diusik atau tidak nyaman."

"Iya, makasih ya Mbak." ujar Aira segera pergi

Sesampainya dipintu apartemen milik Maudy. Aira dengan cepat memasukkan kunci cadangan yang ia minta dari resepsionis tadi kelubang pintu lalu saat sudah terbuka...

"Maudy..." panggilnya keseluruh penjuru kamar saat dia melangkah masuk. Namun kosong tak ada jawaban akhirnya ia memutuskan untuk naik kelantai 2 apartemen ini

Saat mulai menaiki tangga Aira mendengar suara tangisan yang sesegukan saat ia menghampiri sumber suaranya betapa dibuat terkejutnya dia melihat pemandangan yang tak biasa
Maudy tengah duduk dibawah dengan kaki yang ditekuk sambil menatap nanar jendela.

"Dy, kamu kenapa? Ada masalah apa? Siapa yang buat kamu nangis?!" pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Aira begitu saja. Apalagi ketika melihat penampilan Maudy yang berantakan ditambah mata yang bengkak

"Dy, jawab..."

Masih bisu Maudy belum mau mengatakan apapun. Aira sendiri merasa bersalah jika seperti ini seharusnya ia mengetahui apa yang terjadi pada sahabatnya ini, padahal beberapa minggu lalu Maudy sudah mengajaknya untuk bertemu karena ada suatu hal yang ingin dibicarakan. Sepertinya memang ada yang tidak beres tapi apa? Aira pun tak tahu

"Aira..." panggil Maudy kemudian berhambur kepelukan Aira dengan tangisan yang semakin sempurna. "Aku bodoh! menyerahkan segalanya bukan kepada suamiku kelak"

Aira tersentak kaget menyerahkan segalanya bukan kepada suami?. Aira mulai menyadari apa yang dikatakan oleh Maudy namun ia masih berpikiran positif dan berusaha tetap tenang agar Maudy mau bercerita padanya

"Maksudnya apa sih Dy?" tanya Aira polos

"Aku– Aku diperkosa..."

Aira membekap mulutnya sendiri tak percaya, dia semakin mengeratkan pelukannya. Tangis Maudy pecah setelah bercerita pada Aira apa yang terjadi padannya 

Vote+Komen+Share 🌚❤

Berakhir Di JanuariDonde viven las historias. Descúbrelo ahora