BDJ-12

3K 119 0
                                    

Sinar matahari telah terbit dari timur membuat wanita cantik ini mulai terusik sehingga ia dengan perlahan membuka matanya dia melihat sekelilingnya lalu tersadar akan suatu hal dia sedang berada diapartemennya. Dia mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan peristiwa yang dia alami kemarin malam.

Kini dia ingat apa yang dia lakukan semalam dia sedang menghadiri party barcehlotte  temannya, lalu karena merasa bosan dia berjalan menuju meja bartender lanjut memesan satu gelas vodka dan beberapa minuman alkohol lainnya, untuk selebihnya dia sudah lupa akibat rasa pusing dikepala yang menjalar dan menyebabkan dia kehilangan keseimbangan.

Lalu kenapa dia bisa berada di apartemennya?

Dengan perasaan setengah tidak enak dia melihat kedalam selimut yang membungkus tubuhnya betapa terkejutnya dirinya ketika mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang pun. Dia mulai berpikiran negatif dan perasaan semakin berkecamuk ada rasa menyesal sekaligus takut hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan akan menjadi badai besar dalam hidupnya.

Menangis. Wanita itu menangisi kondisinya saat ini tak pernah terbayangkan sebelumnya dia akan melepas mahkotanya dengan pria yang bukan suaminya. "Besarkah dosaku, sehingga diberi pelajaran yang amat membuatku terpukul." ujar wanita itu masih dengan tangisnya yang sesegukan.

Setelah kembali mengenakan pakaiannya, ia berencana akan menanyakan siapa orang yang sudah membawanya ke apartemen. Namun dengan alasan klise lain, bukan berkata jujur dia sudah dinodai begitu
itu sama saja membuka aibnya sendiri.

••••

"Assalamualaikum," ujar Wahyu ketika memasuki rumah.

Tidak ada sahutan dari istrinya yang datang malah asisten rumah tangganya. 

"Waalaikumussalam," Balas Bik Nanum melihat majikannya pulang.

"Aira mana Bik?" tanya Wahyu keningnya berkerut.

Mungkinkah Aira sedang marah padanya karena semalam tidak pulang dan tidak memberikan kabar kenapa ia tak pulang.

"Ada diatas Pak, sedang beberes." ujar Bik Nanum lalu pergi.

Wahyu pun menaiki anak tangga ketika membuka knop pintu kamarnya dia mendapati punggung istrinya yang sedang menghadap kearah lain tangannya sibuk kesana-kemari merapikan baju-baju untuk dimasukkan kedalam lemari pakaian. "Ra, mau dibantu masukin pakaiannya?" Tawar Wahyu namun tak mendapat tanggapan.

"Sepertinya sibuk sekali sampai Mas pulang kamu nggak tahu," ujarnya sambil memeluk istrinya dari belakang.

Aira menggeliat dalam pelukan suaminya. "Aira, pikir udah lupa jalan pulang." ketusnya.

Wahyu menyadari hal itu, Aira marah karena biasanya istrinya ini paling suka diberikan pelukan. Sepertinya Wahyu harus bersiap jika disuruh menjelaskan alasannya tidak pulang kerumah semalam.

"Kamu kenapa sih, nggak biasanya ketus gitu?"

Aira diam. Semalam dia dibuat khawatir karena suaminya yang seharusnya sudah pulang malah tidak pulang-pulang ponselnya juga tidak aktif istri mana yang tidak khawatir jika sudah begitu
Sekarang suaminya dengan tanpa rasa bersalah memeluknya begitu saja.

"Mas, kemana aja sih? Aira tuh khawatir banget sama Mas. mana ponsel milik Mas tidak aktif,"

"Mas, baik-baik saja sayang," Ujar Wahyu mengelus kepala istrinya lembut. "Dan soal ponsel punya Mas, sedang kehabisan baterai.
"

Aira fokus pada penjelasan suaminya. "Setelah dari party Revan, Mas kemana?"

Wahyu bingung harus menjawab apa pada istrinya jika dia diam maka akan semakin menimbulkan kecurigaan yang berlebihan dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Betapa indahnya hidupnya setelah menikah dengan Aira selama 10 tahun lalu dia akan menghancurkannya dalam sekejap tapi ini bukan saat yang tepat. "Oh, anu itu-—"

"Apa sih Mas?" Aira memotong ucapan suaminya.

"Itu Mas nginep dirumahnya, soalnya udah malem. Jadi terpaksa tidur dirumah Revan."

"Beneran?"

Wahyu menyipitkan matanya baru kali ini dia tidak dipercayai oleh istrinya sendiri. "Iya. Tumben kamu nggak percaya sama Mas... "

Aira menoleh. "Bukannya gitu Mas. Aira cuma ingin menjaga pernikahan kita yang sudah dibangun sejak 10 tahun silam..,  "

Kini giliran Wahyu yang menatap Aira penuh kebingungan. "M-Maksud nya apa sih?"

"Sudahlah, Aira sibuk. Nanti kita lanjutkan. Mas turun aja duluan, entar Aira nyusul!" ujar Aira pada suaminya dan kembali membereskan pakaian lalu memasukkannya kedalam almari besar.

Wahyu terpaksa pergi dengan segala macam pertanyaan yang sudah mulai memenuhi otaknya. Dia masih mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Aira masih tak dapat dipercaya jika Aira sudah mulai mencium hal yang tak beres. Aku pikir perkataan pepatah yang mengatakan jika
"Insting seorang istri pada suaminya tidak pernah salah.."

Apa seharusnya Wahyu jujur. Toh menyembunyikan sesuatu bukanlah bakatnya sejak menikah dengan Aira dapat diketahui jika dirinya tidak pernah sama sekali berbohong atau berkhianat hanya sekali ini saja dia melakukannya tapi ini semua bukanlah kemauannya.

Musibah itulah pikirnya!

VOTE + KOMEN + THANKS 🌚💕

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now