BDJ-27

3.1K 117 1
                                    

"Aku bawa makanan buat kamu," Ujar Wahyu.

Suaranya sudah sangat dikenali oleh Maudy tanpa menoleh pun dia sudah tahu suara siapa itu
bahkan saat knop pintu terbuka pun Maudy sudah sangat tahu siapa yang akan masuk.

"Kenapa kamu masih peduli sama aku?"

Wahyu mengernyit, "Pertanyaan seperti apa itu? " Kini dia balik bertanya.

"Kenapa ada yang salah?" lagi lagi Maudy bertanya

Wahyu tertawa Maudy yang melihatnya menautkan kedua alisnya. "Apa ada yang lucu?"

"Iya,"

"Apa?"

"Kamu." Ujar Wahyu membuat bunga bunga bermekaran dihati Maudy. Tanpa disadari dia tersenyum yang tak dapat diartikan oleh Wahyu, "Kamu tahu? "

"Tahu apa?"

"Kenapa aku peduli sama kamu dan memperhatikan kamu..."

Maudy tersenyum getir. "Apa?"

"Karena kamu istriku dan sudah seharusnya aku perduli."

"Istri?"

"Iya."

"Tapi aku hanya istri ked—"

"Kedua?"

Maudy menganguk ragu.

"Mengapa kamu selalu mengungkit masalah itu, aku tidak membedakan antara kamu dan Aira."

"Benarkah? Tapi Aira marah padaku atas perhatian kamu Mas."

Wahyu mengernyit dia masih mencerna ucapan barusan. Dia belum sama sekali menunjukkan sikap pedulinya pada Maudy didepan Aira tapi jika dimeja makan tadi...

"Aku tahu karena tidak sengaja mendengarkannya, tadinya aku hanya ingin mengambil air minum didapur... Tapi justru mendengar obrolan kamu dan Aira."

"Yasudah, lupakan. Anggap kamu nggak pernah dengar apa apa! Ini makanan buat kamu, tolong dihabiskan."

"Bagaimana aku bisa pura-pura tidak dengar padahal aku mendengarnya? Dan untuk makanan kamu bawa aja lagi aku sedang tidak selera makan."

Memandang wajah murung istrinya membuat Wahyu mengurungkan niatnya untuk memaksa wanita itu untuk makan, biasanya jika Maudy susah makan Wahyu akan memaksa sampai wanita itu mau memakan makanannya. Bersikap seperti ini memang harus dia lakukan kalau dia bersikap seolah-olah tak peduli mau Maudy makan atau tidak bisa bisa calon anaknya mati didalam perut wanita itu.

"Hmm," Deheman yang Wahyu keluarkan. Karena tidak ingin ada perdebatan alot diantara keduanya. Wahyu memilih meletakkan makanan yang ia bawa dengan nampan diatas nakas samping kiri sebelah tempat tidur Maudy. "Sudah aku letakkan disana, jika lapar makanlah. Jangan berbuat semaumu, ada nyawa disana!" Ujar Wahyu matanya melirik perut datar Maudy. Berhubung kandungannya masih berusia 2 bulan jadi belum terlalu terlihat. 

"Aku keluar." Ujarnya lagi. Melirik wanita itu masih duduk diam terpaku. Ada kekecewaan dimatanya, "Jangan terus menangisi hal yang sudah terjadi!"

Maudy melirik tajam kearah lelaki dihadapannya. Tersenyum masam lalu mengalihkan perhatiannya pada makanan disampingnya setelah melihat suaminya sudah keluar dia menatap perutnya yang masih datar dan makanan disampingnya. "Ayahmu benar, Ibu tidak boleh egois. Karena ada kamu." Gumamnya dalam hati sambil mengelus elus perutnya.

Dengan lahapnya dia memakan makanan yang dibawa oleh Wahyu tadi. Tanpa keterpaksaan dia memakannya karena peduli dengan kondisi bayinya dia juga tidak menginginkan hal buruk terjadi pada calon anaknya. Hubungannya dengan Wahyu akan dipertaruhkan disini, jika sampai dia kehilangan nyawa anaknya, pernikahannya akan berada diujung tanduk. Sekali lagi Maudy tak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi, dia sudah mulai belajar mencintai lelakinya yang juga berstatus sebagai suami sahabatnya.

Sekali lagi maafkan aku Aira... Batinnya.

••••

Sementara ditaman belakang rumah Aira tengah duduk melamun. Membayangkan awal kali pertemuannya dengan suaminya dan bagaimana mereka mendapat restu dari kedua orangtuanya yang bisa dibilang sulit dan membutuhkan perjuangan yang lama.

Akhirnya setelah itu mereka dapat menikah dan hidup harmonis layaknya pasangan hollywood. Bukan berarti tidak memiliki seorang anak membuat keduanya putus asa.

Diawal tahun pertama pernikahannya, Aira dan sang suami sudah menanti nanti kehadiran buah hati mereka. Namun takdir-Nya lebih indah Aira divonis tidak dapat memberikan seorang anak karena ada masalah ringan di rahimnya kata Dokter Spesialis Kandungan memang hal itu bisa diobati jika Aira melakukan terapis untuk mengobati masalah dirahimnya. Amy mertuanya sudah lama menginginkan seorang cucu setiap kali dirinya bertandang kerumah mertuanya dia selalu dihantui perasaan bersalah karena masih belum bisa memberikan keturunan untuk anak semata wayang mertuanya.

"Kenapa disini?"

Suara seseorang dari arah samping membuat Aira terkejut dan alhasil membuat dirinya menoleh kebelakang dan melihat sosok itu kini berdiri tak jauh dari tempatnya. Aira mengernyit bingung di masih ingat jika sosok ini mengatakan jika dirinya lelah dan ingin istirahat dikamarnya lalu kenapa sekarang...

Aira diam. "Kamu sendiri?" tanyanya mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan padanya.

Wanita itu mendekat kearahnya dan kini sudah duduk disampingny. Aira tak menolaknya bisa saja ia mengatakan "Aku mau sendiri disini, kenapa kamu menghampiriku." Namun dirinya tidak sekejam itu. Aira juga dapat melihat kerapuhan dimata Maudy. Ya, perempuan itu adalah Maudy sahabat sekaligus madunya.

VOTE+KOMEN+SHARE
Thanks.... ❣✌

Berakhir Di Januariحيث تعيش القصص. اكتشف الآن