BDJ-23

3.1K 125 0
                                    

Maudy menelan makanannya dengan malas. Seorang perawat mengatakan padanya jika suaminya sudah pulang. Kini nafsu makannya hilang sebab perginya suaminya yang katanya semalam hanya berniat membeli kopi dikantin rumah sakit ternyata hanya sebuah alasan. Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan pesan masuk dia pun bergegas membacanya.

From: My Husband 💓

Assalamu'alaikum, Dy! Maaf ya Mas nggak balik lagi kekamar kamu. Mas ada urusan penting yang tidak bisa ditinggal, tapi mas akan kembali setelah semuanya selesai....

Maudy mengerucutkan bibirnya pekerjaan macam apa yang membuat suaminya lebih memilih memprioritaskan pekerjaan dan menomorduakan dirinya. Sejak kecil Maudy tak pernah dinomorduakan dia selalu menjadi yang pertama dalam hal apapun maupun dikeluarganya sendiri. Kini dia mau tak mau harus memakan makanannya sampai tak bersisa dia tidak menginginkan hal buruk terjadi pada calon anaknya yang nantinya akan memperkuat hubungannya dengan suaminya yang terlalu bersikap kalem.

Cklek!

Suara pintu dibuka membuat Maudy terkesiap. Dia mendapati sosok lelaki bertubuh atletis sedang menatapnya tak jauh dari tempat tidurnya. Lelaki itu berjalan kearahnya mengecup puncak kepalanya lembut. "Sudah makan?" tanyanya pada Maudy.

Dijawab gelengan. "Belum,"

Lelaki itu melihat piring yang berisi makanan dipangkuan Maudy. Dia menatap piring itu dan istri keduanya bergiliran.

"Kenapa? Makanannya nggak enak? Mau diganti atau mau dibelikan sesuatu dikantin?" Pertanyaan bertubi-tubi terus dilancarkan oleh lelaki tadi yang kini sudah duduk diranjang istrinya setelah sebelumnya menutup pintu kamar inap Maudy.

Sebegitunya kamu mengkhawatirkannya Mas, itukah caramu perhatian padanya dan calon anak kalian. Batin seorang wanita yang sudah berada dibalik pintu mengamati sepasang suami-istri yang kini sang suami tengah menyuapi istrinya yang terlihat manja-manja didepannya. Wanita itu mundur perlahan dan keluar membawa bulir-bulir yang jatuh dari mata coklatnya entah untuk keberapa kalinya dia menjatuhkan berliannya hanya untuk menangisi hal yang seharusnya wajar dilakukan oleh sepasang suami-istri tadi.

••••

Pagi ini Wahyu dan Aira sudah rapi dengan pakaiannya masing-masing. Keduanya sedang menyatap sarapaya yang sudah disajikan oleh Bik Nanum sebelum keduanya turun ke bawah.

"Mas, mau kekantor pagi pagi gini?" Ujar Aira memecah keheningan yang melanda keduanya sejak tadi. Pasalnya Wahyu juga bingung akan membicarakan apa.

"Iya, kenapa?"

Aira menarik senyum simpul dibibir yang sudah ia olesi lipgloss pinky. "Ah, nggak kok Mas. Lagian Aira juga ada acara disalah satu stasiun televisi."

Wahyu ikut bahagia mendengarnya. Setidaknya  dengan mengisi acara religi distasiun televisi dengan begitu Aira tidak merasa bosan ketika dirinya akan lebih sibuk mengurusi istri keduanya.
Walaupun Wahyu sama sekali tak keberatan jika istrinya itu berada dirumah saja dan menjadi ibu rumah tangga.

"Oh." Jawab Wahyu sekenanya lalu menyeruput kopi hitam favoritnya sejak SMP dulu.

Aira menarik sebuah lekukan kecil dipipinya melihat kebiasaan pagi suaminya. Yang pastinya bukan hanya bisa dilihat olehnya sejak suaminya memutuskan untuk berpoligami. Aira tahu penyebab utama suaminya itu datang terlalu pagi dengan alasan akan mengadakan pertemuan mendadak dengan para kliennya dia tahu kemana suaminya itu akan pergi.

Wahyu ternyata sudah menyelesaikan makannya terlebih dahulu sebab dirinya turun sebelum Aira datang dia mengambil sehelai tisu lalu mengelap ujung bibirnya yang penuh dengan upo nasi.

"Yasudah Mas duluan ya Ra, kamu hati-hati dijalan. Sore ini Mas bakalan ada pertemuan mendadak juga dengan, Pak Frederick, jadi nggak bisa jemput Aira seperti biasanya." Ujar Wahyu sambil mengecup puncak kepala istrinya yang tertutup dengan jilbab merahnya.

Aira menarik pergelangan tangan suaminya lalu melakukan hal yang sama dilakukan suaminya. "Iya, Mas nggak usah khawatirin aku. Nanti gampang bisa pesen taksi online." Jawab Aira.

"Kamu memang istri yang pengertian sejak dulu."

Cup!

Wahyu kembali mendaratkan kecupan mesranya. "Assalamu'alaikum, hati-hati dijalan ya Ra."

"Wa'alaikumussalam, iya. Hati-hati juga ya, Mas."

Setelah kepergian suaminya ia lantas naik keatas untuk mengambil dompetnya. Dia menaiki mobil sedan hitam miliknya pemberian suaminya sebagai mahar pernikahan.

Menyusul suaminya itulah aktifitasnya sekarang. Setelah menunggu keberangkatan suaminya terlebih dulu agar tidak dicurigai dia juga tak lupa memakai cadarnya.

S

etelah memakan waktu setengah jam untuk mengikuti suaminya. Akhirnya mobilnya berhenti didepan Rumah Sakit yang pernah ia kunjungi sebelumnya hingga akhirnya dia mengetahui pernikahan kedua yang telah dilakukan suaminya dibelakang secara diam-diam dan madunya tak lain adalah sahabatnya sendiri. Aira membuntuti suaminya itu sampai langkah kakinya berhenti dikamar inap VVIP Rosella Ainge.

Dia dapat melihat semuanya melalui pintu kamar yang memang sengaja dibuka mungkin namun tidak terlalu lebar. Aira sudah melihatnya dan kini seakan tahu jika dia sudah melihatnya pintu akan ditutup Aira yang tak ingin ketahuan pun bersembunyi dibalik dinding tembok sebelahnya pas. Mata hazelnya menjatuhkan setiap bulir demi bulir entah untuk keberapa kalinya dia menangisi hal yang memang sudah sewajarnya dilakukan oleh suaminya dan sahabatnya, Maudy. Sebab keduanya sudah resmi menikah

VOTE+KOMEN+SHARE
Thanks.... ✌❣

Berakhir Di JanuariWhere stories live. Discover now