BW 31

8.2K 395 8
                                    




Part 31

Reza tentu tidak bisa duduk dengan tenang didalam mobil sementara adiknya ada didalam ruamh tersebut dan dia tidak tahu bagaimana kondisi adiknya itu didalam sana.

" kenapa mereka lama sekali memberi aba-aba " gerutu Reza

" tenanglah sebentar, kau jangan gegabah sebab itu akan mencelakakan dirimu sendiri dan mungkin juga dengan Wulan didalam sana "

" diamlah brengsek, kau itu juga sama brengseknya dengan mereka semua " umpat Reza

" aku memang brengsek kakak ipar, tapi aku akan memperbaiki itu semua. Aku menebus semua kesalahan yang selama ini sudah aku berikan untuk adikmu itu "

" kau tahu aku tidak butuh bualan semata, aku butuh bukti nyata " ucap Reza dengan sinis

Namun saat Reza ingin keluar dari mobil, dering hpnya mengurungkanniat Reza dan akhirnya Reza memilih duduk kembali kemudian mengangkat telfonnya

" ya "

" kau sudah bisa masuk sekarang "

" langsung kemana? "

" langsung masuk lewat pintu samping, disana aka nada dua pintu, pilihlah pintu sebelah kanan " tanpa menjawab lagi Reza segera turun disusul oleh seseorang yang sedari tadi bersamanya.

***

" tolong lepaskan saya " pinta Wulan, tubuhnya sudah lemas. Sudah 3 hari dia disekap dan tidak diberi makan ataupun minum.

" tidak semudah itu sayang, keluargamu juga harus merasakan apa yang aku rasakan " ucap Tanu, lelaki paru baya yang sudah menyekapnya. Laki-laki didepannya ini adalah seorang ayah dari Cira, calon kakak Iparnya sendiri. Perempuan yang sangat dicintai oleh Abangnya

" gawat Tuan, mereka sudah dekat " ucap sang penjaga

" brengsek! " dengan langkah lebar Tanu berdiri didepan Wulan melepas ikatan dibadannya yang menyatu dengan kursi, kemudian menyeret Wulan dengan kasar. Wulan hanya bisa meringis nyeri saat dirasa pergelangan tangannya mati rasa.

" aku akan bawa gadis ini keruangan lainnya, aku rasa mereka sudah mengetahui tempat ini " dengan sedikit tergesah-gesah, Tanu berjalan menuju pintu yang tersembunyi kemudia menarik Wulan dengan kasar untuk masuk kedalam gudang yang gelap dan berdebu.

" kau akan diruangan yang pengap ini sendirian " setelah berucap Tanu mendorong tubuh lemah Wulan dan mengunci gudang tersebut. Wulan jatuh dengan posisi yang sangat menyakitkan, posisi dagu lebih dulu menyentuh tanah, hingga keluar darah dari dagu dan bibirnya yang tekena gigi.

" ashh " rintih Wulan

" tolong!!! " teriak Wulan, namun usahanya pasti sia-sia. Tidak ada jendela dan pintu tertutup dengan rapat. Tidak mungkin ada yang mendengar teriakannya. Yang Wulan lakukan hanyalah menangis.

Sedangkan diluar sana yang jauh dari gudang, Tanu bersama beberapa bawahanya bersiap untuk berperang.

" wah wah, ternyata kamu cukup cerdik " ucap Tanu dengan senyum sinisnya

" tentu cerdik pak tua, karena saya bisa disini juga karena otak saya yang bekerja bukan seperti Anda yang berpikir menggunakan lutut " ucap Reza dengan santai. Sedangkan Tanu sudah kepalang marah pun akhirnya menendang kaki Reza. Namun dengan sigap beberapa bodyguard yang ada dibelakang Reza langsung menangkisnya.

" menyerahlah sebelum kalah tuan "

" tidak akan anak muda, serang " semua jadi gagal dan diluar rencana yang sudah disusun karena Tanu yang ternyata memiliki banyak pengawal yang siap mati untuk menyelamatkan nyawa Tuannya.

" Reza lebih baik kamu kembali ke mobil, kondisinya sedang tidak aman sekarang "

" gak perlu dikasih tahu, aku sudah melihatnya. Kau lupa siapa aku ini hah! " Reza berjalan mendekat kearah beberapa pengawal Tanu dan memukul siapapun yang mencoba menghadangnya. Bahkan seseorang yang melihat Reza seperti itu menjadi takut sendiri.

" kenapa bengong brengsek! " maki Reza. Sedangkan orang tersebut malah meringis dan ikut membantu Reza yang mungkin sudah kuwalahan.

" pasukanmu tisaklah kuat Reza, jadi menyerahlah dan biarkan aku membawa adikmu itu "

" tidak akan " geram Reza sebelum dia mengeluarkan pistol dari balik bajunya dan mengarahkan kepada Tanu yang kaget karena ternyata Reza membawa pistol. Reza tersenyum dan mulai mengarahkan pistol tersebut kearah Tanu.

DOR!

" takut? " tanya Reza. Reza sengaja mempermainkan Tanu. Tanu dengan muka merah padamnya berjalan kearah Reza.

" jangan bergerak, kalian dikepung sekarang " polisi masuk setelah mendengar bunyi tembakan yang memang memberikan sinyal kepada para polisi tersebut.

" bagaimana? Aku cukup cerdik untuk membacanya tuan Tanu terhormat "

" hahaha aku tidak menyesal karena sudah tertangkap karena adikmu itu aku kunci digudang dengan ular cobra kesayanganku. adikmu akan mati! " teriak Tanu. Dengan geram Reza menonjok muka Tanu dengan kuat hingga mengakibatkan tulang hidungnya patah dan darah keluar dari lubang hidungnya.

Reza segera berlari kerarah gudang yang memang letaknya sudah diketahui sebelumnya, namun Reza benar-benar tidak tahu jika didalam gudang tersebut ada Wulan. Pasalnya saat Dirga memeriksa tidak ada orang sama sekali didalam gudang itu.

***

" Bima.. hiks "

Brak!

Pintu terbuka dengan kasar, Wulan yang sudah mulai lemah, menyipitkan matanya menatap orang yang sudah mendobrak pintu tersebut.

" Wulan " orang tersebut berlari kearah Wulan dan memeluknya dengan erat. Wulan mengernyit saat tangan orang tersebut menyentuh bagian belakang kepalanya yang berdarah.

" Wulan bertahan, demi aku "

" dan anak kita " Wulan masih bisa mendengar ucapanya sebelum kesadaranya mulai menipis.

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang