BW 8

7.7K 479 16
                                    

Pergi dan memulai yang baru

***

Wulan pulang ke rumah Bram untuk mengemas semua pakaian dan berpamitan kepada bik Sumi

" nyonya kenapa harus pergi? " tanya bik Sumi dengan wajah sendunya

" maaf bik, mas Bram sudah menceraikan Wulan. Jadi tidak pantas jika Wulan masih berada disini dan menumpang di rumah mas Bram "

" tapi nya, nyonya akan tinggal dimana? "

" saya akan kembali ke rumah ayah dan ibu, bik. Wulan akan tinggal di rumah itu dan menetap disana "

" hati-hati ya nya, bibi akan doakan yang terbaik untuk nyonya dan cucu bibi ini " Wulan tersenyum dan mengusap pundak bik Sumi dengan pelan. Setelah mengobrol lama akhirnya Wulan pamit untuk pergi.

Wulan akan pergi dari rumah ini dan membawa seluruh rasa cinta dan sakit hatinya keluar dari rumah ini. Sejenak Wulan menatap rumah ini dengan sendu. Rumah ini adalah rumah yang dibeli oleh Bram dengan uangnya sendiri dan dihadiahkan oleh Bram untuk Wulan, setelah Wulan resmi menjadi istrinya

" sekarang buka matamu " ucap Bram dengan lembut. Wulan mulai membuka matanya dan menatap rumah megah yang ada dihadapannya.

" ini rumah siapa mas? " tanya Wulan dengan muka bingungnya.

Bram perjongkok di depan Wulan dan menggenggam tangannya. " ini rumah kita berdua, sewaktu masih pacaran aku menyisihkan sebagian uangku untuk ditabung dan membeli rumah ini. Aku sudah berjanji dalam hati bahwa setelah kita menikah aku akan hidup berdua saja dengan kamu. Dan tentunya dengan anak-anak kita nantinya "

Wulan tersenyum haru dan menganggukan kepalanya mengerti " terima kasih "

Ingatan hari itu, saat pertama kali Wulan menginjakan kakinya di rumah ini. Wulan tersenyum dan mengusap perutnya yang sudah besar.

" selama ada kamu, bunda akan selalu kuat menghadapi ini semua "

Dengan tekat dan kekuatan yang masih dimilik Wulan, Wulan akhirnya meningalkan rumah yang penuh dengan kenangan manisnya bersama dengan Bram. Dia akan memulai hidup yang barunya, hanya berdua. Berdua dengan sang anak tentunya.

Pukul 5 sore Wulan sampai di kediaman almarhum ayah dan ibu angkatnya, Wulan mulai membuka pintu yang sudah using tersebut dan masuk kedalam. Tidak ada yang berubah dari rumah ini.

Keadaannya masih bersih, karena rumah ini di titipkan kepada tetangga samping rumah yang berbaik hati untuk membersihkan rumah ini.

" sayang ini rumah kakek dan nenek, kita akan tinggal disini " Wulan menutup pintu dan melangka masuk ke kamar yang sudah belasan tahun menjadi kamarnya. Kamar tempatnya berkeluh kesah.

Wulan meletakan tas besar miliknya di meja belajar dan mulai menata kasurnya agar terlihat lebih layak untuk di tiduri. Wulan menidurkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.

***

Di rumah Bram

Cinta tengah menangis karena tuduhan Wulan tadi siang, itu hanya tangisan palsu agar Bram yakin dan kasihan terhadapnya.

" sayang sudah jangan menangis lagi, aku percaya sama kamu dan aku percaya anak yang kamu kandung adalah anak kandung aku " Bram memeluk Cinta dengan sayang dan membelai rambut panjangnya dengan lembut.

" hiks... hiks.... Aku gak nyangka mbak Wulan sekejam itu sama kau, padahal aku sudah menganggap mbak Wulan sebagai kakak kandungku sendiri "

" sudah sudah sekarang kamu istirahat ya, jangan memikirkan hal yang bisa membuat anak kita ikutan stress " ucap Bram sambil mengusap perut Cinta yang sudah agak menonjol itu. Cinta mengangguk dan mulai merebahkan dirinya.

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang