Revisi BW 6

7.4K 469 4
                                    

Jika tak sanggup sendiri, aku di sini ada untukmu -screet-

****

Wulan hanya bisa termenung di depan meja rias yang berada dikamarnya, entah apa yang mengganggu pikiran ibu hamil itu. Tapi yang jelas keningnya terlihat berkerut dan seperti sedang memikirkan suatu hal yang penting.

Bahkan Wulan tidak sadar jika ada yang sedang memperhatikannya dari pintu, wajah orang itu juga terlihat bingung dengan apa yang di lakukan oleh Wulan yang tengah serius dengan pemikirannya sendiri.

" apa lamunanmu itu lebih bagus ketimbang panggilan dari? " ucap orang tersebut yang ternyata adalah Bram.

Wulan terkaget karena ucapan Bram langsung berdiri dan menghampiri Bram yang tengah menatapnya dengan jengah.

" ma..maaf mas, mas butuh sesuatu? " tanya Wulan dengan hati-hati, takut kalau Bram akan marah padanya.

Bram menghela nafanya dan menerobos masuk kedalam kamar yang di tempati oleh Wulan selama 5 bulan terakhir ini. Wulan menatap bingung suaminya itu. Pasalnya baru sekarang Bram masuk ke dalam kamarnya ini.

Bram mengamati keadaan kamar tersebut, bibirnya tersenyum tipis saat melihat banyaknya foto yang menempel di dinding kamar Wulan.

Semua foto kenangan mereka berdua dari awal pacaran hingga mereka menikah, namun senyuman Bram menghilang saat bayangan wajah laki-laki brengsek dan juga wajah Wulan yang terlelap dengan nyamannya.

Tangan Bram mengepal dengan kuat hingga buku-buku tangannya terlihat putih.

" siapkan aku air hangat, aku ingin mandi. Sekarang! " kata Bram dengan penuh penekanan.

" mau disini mas? " tanya Wulan hati-hati

" dikamar utama " kata Bram singkat. Wulan mengangguk dan melangkah menuju kamar utama untuk menyiapkan air hangat dan segala keperluan Bram yang lainnya. Wulan tersenyum karena melakukan hal ini lagi, pasalnya semenjak Bram menikah dengan Cinta, Wulan sudah tidak pernah melakukan hal ini.

" anak Bunda senang bukan? Kita melakukan hal ini lagi " ucap Wulan lirih sambil mengelus perutnya.

" mbak Wulan "

Wulan terperanjat kaget dan melihat ke belakangnya, berdiri seorang wanita cantik dengan balutan drees yang semakin menambah kecantikannya. Wulan tersenyum.

" kok mbak Wulan yang nyiapin semuanya? Harusnya kan Cinta " Wulan sedikit kaget dengan nada bicara Cinta yang terdengar sedikit kasar dari sebelumnya.

" maaf mbak, maksud Cinta, Cinta gak tega lihat mbak Wulan harus melakukan hal ini dengan perut mbak yang semakin besar, pasti mbak Wulan capek " Wulan tersenyum

" tidap apa Cinta, lagian kan kamu pasti juga capek karena seharian ini bekerja. Aku tidak capek kalau hanya melakukan hal seperti ini " Cinta tersenyum dan mengangguk

" kalau gitu aku akan kedapur membantu bik Sumi " setelah Cinta mengangguk Wulan berjalan keluar kamar untuk menuju dapur.

" apa sudah siap? " tanya Bram saat berpapasan dengan Wulan di tangga. Wulan mengangguk dan tersenyum ke arah Bram. Bram melengos tanpa memandang wajah yang tengah tersenyum

" terima kasih sayang sudah menyiapkan semuanya " ucap Wulan dengan nada yang dibuat mirip dengan Bram, sedetik kemudian dia tertawa karena hayalannya.

***

Wulan duduk di bangku yang menghadap kedapur, di dapur terlihat bik Sumi yang sedang memasak. Entah kenapa Wulan sangat malas melakukan apapun hari ini. Bahkan dia terlihat mual jika mencium bau bumbu-bumbu yang ada didapur.

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang