BW 28

7.2K 391 0
                                    

Part 28

Wulan pulang ke rumah masih pukul 3 sore dan itu membuat kedua orang tuanya yang asik menonton tv menatap bingung kearah Wulan yang masuk ke rumah tanpa salam dan cium tangan.

" anakmu itu kenapa, Ma? " tanya David. Sedangkan Susan hanya mengangkat bahunya, namun dia berdiri dari duduknya dan berjalan menyusul anaknya itu ke kamar.

Tok Tok Tok

" masuk! " teriak Wulan dari dalam kamarnya

" kenapa? " tanya Susan saat dia sudah duduk di sisi ranjang menatap kea rah anaknya yang sedang sibuk membersihkan make up. Wulan menggeleng dan tersenyum ke arah sang mama.

" kamu gak bisa bohongin mama loh " Wulan menghela nafasnya dan duduk disamping sang mama.

" hiks hiks " Wulan memeluk sang Mama dan menangis dipelukan hangat milik Susan. Susan yang bingung sekaligus kaget hanya bisa membalas pelukan putri tercintanya dan mengusap punggung Wulan dengan sayang tanpa bertanya lebih lanjut.

" dia tahu tentang Bima, Ma. Hiks " cerita Wulan setelah hampir 5 menit menangis dipelukan sang Mama

" siapa 'dia' yang kamu maksud sayang? " tanya Susan bingung

" mantan suami Wulan " jawab Wulan lirih

" kenapa dia bisa tahu? "

" dia gak sengaja bertemu Wulan dan Bima, Ma. Dia langsung sadar kalau Bima memang anak dia. Dia bahkan tadi ke kantor untuk memberikan bukti tes DNA antara dia dan Bima yang memang cocok "

" aku harus bagaimana ma? Aku gak bisa hidup tanpa Bima "

" kalau begini masalahnya Papamu harus tahu " ucap Susan

" apa yang Papa harus tahu " ucap David yang kini sudah berdiri di ambang pintu dengan menatap tajam kearah anak dan istrinya.

" apa maksudnya? " tanya David lagi yang kini sudah berdiri didepan Wulan dan Susan. Wulan memandang kearah sang mama dengan ragu dan akhirnya meluncurlah semua cerita yang belum pernah Papanya tahu, dari awal permasalahan rumah tangganya hingga kini tentang Bima.

" kamu gak usah khawatir, ada Papa dan Abangmu yang siap jadi perisai untuk melindungi kamu sayang " David berjongkok didepan Wulan dan menggenggam tangan putrinya dengan sayang.

David sedih saat tahu perjalanan hidup anaknya yang tidak pernah mulus dan sebagai seorang Ayah David akan selalu mengupayakan yang terbaik untuk sang buah hati tercintanya ini.

" Papa akan cari pengacara terhebat jika tahu Bram mencoba merebut hak asuh Bima, jadi kamu tidak perlu khawatir " ucap David membuat Wulan sedikit lega dan memeluk sang Papa dengan sayang.

***

Reza pun sama anehnya dengan Wulan, dia pulang tanpa salam dan cium tangan, langsung masuk ke ruang kerja dan tidak keluar-keluar hingga larut malam dan itu membuat Susan khawatir dan juga sebal dengan kelakuan putra sulungnya itu.

" coba panggil Abangmu itu, suruh makan. Mama akan panaskan lauknya " Wulan mengangguk dan berjalan menuju ruang kerja Reza sembari menggendong Bima yang sudah tertidur nyenyak.

Tok Tok Tok

" masuk! "

" Abang disuruh makan dulu sama Mama, Mama marah-marah tuh karena Abang gak keluar-keluar " ucap Wulan setelah menutup pintu dan berjalan mendekati meja kerja Reza

" aku sedang tidak selera untuk makan, Wulan. Bilang sama Mama aku sedang sibuk sekarang " ucap Reza dengan nada serius dan masih menatap ke arah layar computer.

" Abang makan dulu sebentar, baru setelah itu Abang kerja lagi " bujuk Wulan dengan lembut

" aku bilang masih sibuk! Kenapa sih semua orang hari ini bikin aku marah " sentak Reza membuat Wulan terperanjat kaget hingga Bima yang sudah tidurpun terbangun karena suara bentakan Reza.

" Wulan minta maaf sama Abang kalau Wulan ada salah " Wulan menghapus air matanya dan pergi meninggalkan ruang kerja Reza. Reza mengusap kasar wajahnya karena merasa sangat bersalah sudah membuat Wulan menangis.

Wulan masuk kedalam kamar dan menguncinya " cup cup " Wulan berusaha menidurkan Bima kembali dengan sesekali mengapus air mata yang jatuh dipipinya.

Sudah lama sekali setelah berpisah dengan Bram, Wulan tidak pernah mendapat bentakan. Namun sekarang bentakan tersebut justru dari Abang yang sangat disayanginya.

" cup cup anaknya Bunda gak boleh nangis " Wulan mencoba menenangkan Bima yang menangis walaupun dengan derai air mata yang tidak bisa berhenti keluar dari kedua matanya.

Disisi lain Reza sangat menyesal karena sudah membentak Wulan, Reza berjalan keluar dari ruang kerjanya dan berjalan menuju kamar Wulan. Namun saat tangannya menyentuh pintu tersebut, Reza mengurungkan niatnya dan malah berjalan masuk ke dalam kamarnya. Biarlah mala mini semua berjalan seperti ini Reza hanya tidak bisa jika harus menatap Wulan dengan rasa bersalah yang begitu besar.

***

Keesokan harinya Wulan sedang membantu sang Mama menata makanan di meja makan dan sesekali menyuapi Bima dengan bubur. Tidak terasa memang umur Bima sudah memasuki bulan ke 6 dan itu artinya Bima harus belajar makan selain hanya minum asi, begitu kata Susan.

" hari ini kamu sibuk gak? " tanya Susan kepada Wulan yang sibuk menyuapi Bima dan sesekali membersihkan mulut Bima yang belepotan.

" lumayan, Ma. Ada rapat juga tapi gak sampai sore kok pulangnya. Kenapa? " ucap Wulan sembari menatap sang Mama yang duduk di depannya.

" mama mau ajak kamu arisan, sekalian kenalin kamu lagi ke teman-teman Mama. Waktu itu kan tidak jadi kenalan karena.. " ucapan Susan mengantung saat sadar apa yang baru saja dia ucapkan melukai hati Wulan.

Wulan tersenyum mencoba menenangkan sang Mama yang menatapnya dengan khawatir. " gak papa, Ma. Semua sudah berlalu "

" tapi karena kamu sibuk, mungkin bulan depan saja kamu ikut " Wulan mengangguk sebagai tanda menyanggupi ajakan sang Mama.

" Pagi " David mencium kening Wulan dan mengangkat Bima kedalam gendongannya.

" Pagi, sayang. Kamu lupa gak cium kening aku ya? " sindir Susan. David dan Wulan tertawa pelan dibuatnya, David berjalan mendekati sang istri dan mencium keningnya.

" Papa jangan gendong Bima, mulut Bima masih blepotan makanan, nanti baju Papa kotor " ucap Wulan

" gak papa, nanti ganti lagi yak an sayang? " ucap David seraya meminta persetujuan kepada Bima yang tengah memainkan dasinya. Seakan mengerti apa yang diucapkan David, Bima mengangguk-anggukan kepalanya dan hal itu sontak saja membuat mereka tertawa melihat kepolosan Bima.

Wulan menatap ketiga orang tersebut dengan sayang, setelah kehilangan cintanya. Wulan tidak akan rela jika harus kehilangan seluruh hidupnya.

" kamu tidak akan menang melawanku, Bram " batin Wulan

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang