BW 13

4.2K 197 4
                                    

Seminggu sudah Wulan tinggal di rumah orang tua Reza, sebenarnya Wulan sedikit sungkan dengan tinggal satu rumah begini dengan orang lain. Tapi mama Susan selalu berdalih bahwa bahaya jika Wulan tinggal berdua dengan Reza di apartemen, kalau waktu melahirkan tiba dan Reza yang sibuk itu tidak ada di Apartemen bisa bahaya.

Dan akhirnya Wulan hanya mengangguk pasrah menuruti semua keinginan mama Susan, sudah seminggu dari waktu yang ditentukan oleh Dokter dan belum ada tanda-tanda kelahiran. Bahkan Wulan masih aktif kesana kemari membersihkan rumah dan membantu memasak.

" masih belum ada kontraksi? "

" belum mas, anak Wulan masih betah didalam " jawab Wulan dengan sedikit bercanda. Mama susan tersenyum dan mengusap perut bulat milik Wulan.

" cucu oma cepat keluar dong, oma gak sabar pengen gendongin kamu " Wulan terenyuh mendengar ucapan mama Susan, Wulan bahagia karena anaknya memiliki nenek nantinya.

Selama ini yang ditakutkan Wulan selain pertanyaan anaknya tentang sang ayah, Wulan juga takut pertanyaan tentang siapa neneknya kalau anaknya nanti sudah besar. Tidak mungkin Wulan terus membohongi anaknya nanti.

" apa yang kamu pikirkan? Ibu hamil gak boleh capek berfikir harus santai "

" iya ma, terima kasih sudah menganggap anak Wulan sebagai cucu mama " ucap Wulan dengan tulus.

" jangan bicara seperti itu, kalau kamu sudah mama anggap sebagai anak sendiri tentu saja anak kamu ini cucu mama " Wulan tersenyum dan memeluk mama Susan

" drama mulu deh, sebel lihatnya "

" Reza kamu ini kebiasaan kalau datang itu salam dulu "

" dari tadi Reza sudah salam mah, tapi gak ada yang nyahutin eh ternyata malah main drama disini " jawab Reza sambil mencium pipi sang mama dan mengelus singkat perut bunci Wulan.

" kapan lahirnya sih? Gak sabar pengen lihat "

" sabar pak Reza nanti juga lahir sendiri "

" jangan panggil pak kalau diluar kantor, kan aku sudah bilang panggil abang " Wulan hanya tersenyum canggung menanggapi ucapan Reza.

Sebenarnya seminggu ini Reza melarang Wulan memangglnya bapak karena Wulan sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Tapi Wulan terlalu sungkan kalau memanggil atasannya dengan abang.

" Cira gak ikut za? "

" enggak ma, katanya mau ketemuan sama sahabatnya " jawab Reza sambil memakan roti yang baru saja di buat oleh Wulan dan mama Susan.

" wihh enak nih kue "

" tentu Wulan yang buat "

" pinter juga ya kamu, gak sia-sia dulu kita ketemu " Wulan tersenyum dan mengangguk.

Entah bagaimana kehidupan Wulan jika tidak bertemu dengan Reza yang saat itu membutuhkan sekretaris baru. Mungkin sekarang sedang kerja serabutan dan mengontrak rumah.

Kegiatan siang tadi ditutup dengan kegaduhan Reza yang tidak sengaja menumpahkan adonan kue dan berakhir naas di lantai dapur.

===

Malam harinya di rumah Reza ada acara makan malam bersama yang dihadiri oleh kedua orang Cira dan makan malam ini bukan makan malam biasa karena sekaligus membahas tentang tanggal pernikahan Reza.

" jadi bagaimana, Reza? " Wulan menatap Reza yang terlihat tidak nyaman saat ditatap sedemikian intensnya oleh calon mertuanya tersebut.

" sebelumnya saya minta maaf, tapi keputusan saya sudah bulat untuk menundanya terlebih dahulu. Bukan maksud saya mengulur-ngulur waktu dan tidak serius menjalani hubungan ini. Tapi seperti yang pernah saya bilang, bahwa saya tidak akan menikah sebelum menemukan adik saya "

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang