BW 4

7.3K 412 5
                                    

Jika memang sudah saatnya, aku akan pergi dengan sendirinya –secret-



" aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!! "

Wulan berlari menaiki tangga dengan terburu-buru tanpa memperdulikan jika dirinya kini tengah hamil.

Namun saat ingin membuka pintu, wulan di kejutkan dengan kedatangan Bram yang tiba-tiba saja langsung membuka pintu.

Wulan mengikuti dari belakang dan melihat Cinta yang kini tengah di peluk erat oleh Bram

" tenang sayang, kamu cuma mimpi buruk " Bram mengusap kepala Cinta dengan lembut. Hal tersebut tak lepas dari pandangan Wulan.

Wulan merasakan sakit yang teramat dalam, jika dia ingat waktu dulu...

Dulu sekali...........

" aku takut mas "

" kamu tenang ya, ada mas disini. Itu cuma mimpi buruk "Bram memeluk erat tubuh gemetar Wulan. Wulan hanya mengangguk dan menyusupkan kepala kedalam dada bidang milik Bram.

" mas harus janji sama aku, bahwa mas gak akan pernah ninggalin aku seperti dalam mimpi "

" iya sayang, mas akan selalu disamping kamu. Gak akan pernah mas tinggalin kamu barang sedetik pun "

Itu adalah kenangan yang indah dan juga sedikit memberkan kesan bahwa janji seorang Bram tidaklah pernah di tetapi. Bangkan dia sekarang meninggalkan Wulan dengan waktu yang lebih dari sedetik.

Wulan perjalan pelan mendekati ranjang memberikan gelas yang berisi air putih yang ada di nakas kepada Bram.

" Cinta pasti perlu minum mas " ucap Wulan saat Bram menatapnya dengan tajam.

Tanpa banyak bicara Bram mengambil gelas tersebut dan meminumkan secara pelan kepada Cinta.

" kamu boleh pergi " ucap Bram dengan nada sinis. Wulan hanya bisa memandang Bram dengan nanar dan mengusap perutnya dengan lembut.

Dia berharap bahwa anaknya tidak sakit hati mendengar nada bicara Ayahnya yang terlalu sinis tersebut.

Wulan pamit dan berjalan keluar dari kamar utama.

Kamar utama. Ya.. kamar utama adalah kamar milik Bram dan Cinta, tanpa Wulan tentunya.

" Wulan "

" ya mas " Wulan berhenti dan berbalik melihat kea rah Bram yang juga melihat ke arahnya.

" tolong tutup pintunya, aku tidak ingin ada yang melihat bahwa aku sedang bermesraan dengan istriku " ucap Bram dengan tegas dan menekan kata istriku. Wulan mematung dan menatap Bram dengan tatapan yang begitu terlihat rapuh.

Bram terkesiap melihat tatapan rapuh milik istrinya. Apa? Istri? Bram menggelengkan kepalanya dan menatap Wulan dengan tajam.

Wulan mengangguk dan menutup pintu dengan pelan.

Setelah pintu tertutup, Wulan mengusap perutnya dengan lembut sebelum akhirnya dia berjalan ke dapur.

Di dapur terlihat bik Sumi yang tengah memasak, Wulan mendekat dan membantu bik Sumi.

***

Hari ini tak seperti biasa karena Bram lebih memilih untuk di rumah.

Tentu saja dia di rumah, dia adalah pengantin baru, batin Wulan

Memang apalagi yang Bram lakukan di rumah jika bukan untuk Cinta yang kini sudah sah menjadi Nyonya Bramantio. Dan bahkan sekarang nama Cinta bukan lagi Vanesa Cinta Surya melainkan Vanesa Cinta Wijaya.

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang