BW 12

7.8K 426 1
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian Wulan bertemu dengan mantan mertuanya tersebut, efek sampingnya sangat mengganggu kegiatan Wulan dalam menjalankan kegiatannya. Banyak tugas yang terbengkalai, banyak laporan yang salah, dan masih banyak lagi laporan yang belum di revisi.

Bahkan Reza sendiri harus turun tangan dalam membantu Wulan mengerjakan tugasnya, walaupun tugas Reza menjadi lebih banyak itu tidak jadi masalah, karena Reza tidak hamil, tentu tidak aka nada efek sampingnya selain capek.

Namun jika Wulan yang bekerjanya terlalu diforsir tentu akan berakibat buruk pada kehamilannya dan Reza tidak mau itu terjadi.

" aku sudah selesaikan laporan ini, tinggal kamu kirim ke bangian keuangan untuk di revisi oleh pihaknya " ucap Reza di depan meja kerja Wulan. Wulan mengangguk dan berdiri dari duduknya.

" kenapa kau berdiri? " tanya Reza membuat Wulan bingung. Tentu saja berdiri karena akan mengirimkan berkas ini kepada bagian keuangan kan?

" mau kirim berkas ini pak " ucap Wulan dengan pelan.

" tidak usah kau yang jalan kesana, telfon mereka dan biarkan mereka yang datang mengambilnya sendiri. Kau ini sedang hamil besar, aku ngeri melihatmu berjalan dengan perut bulatmu itu. Jangan atar berkas itu sendiri, ingat " ucap Reza sebelum masuk kembali kedalam ruangannya.

Wulan segera mengikuti perintah bos besarnya sebelum mendapat ceramahan yang lebih panjang dari tadi.

" mbak Kinar, berkasnya tolong diambil dimeja saja " ucap Wulan kepada seseorang di tempat lain menggunakan telefon.

Tidak lama kemudian orang yang di telfon sudah ada didepan Wulan.

" kok cepat sekali mbak? " tanya Wulan

" ruangan divisi keuangan pindah di lantai 15, tentu saja cepat " ucap Kinar sambil mengambil berkarnya.

" Cuma ini kan berkasnya? Bos memang benar-benar sempurna, salah titik koma pun dilingkari. Astaga " tambahnya sambil melihat berkasnya yang harus di Revisi ulang. Sedangkan Wulan hanya cekikikan.

" mbak tentu sudah tahu lebih banyak bagaimana kelakuan pak Reza, harusnya mbak tidak mengeluh sekarang "

" kau ini memang sama saja dengan bos itu, yasudah aku balik kerja deh sebelum kena amuk. Bye gendut " ucap Kinar sambil melangkah pergi sebelum kena semprot Wulan karena mangatainya gendut.

Berat badan Wulan memang semakin bertambah, semakin terlihat bulat dan pipinya terlihat sangat tembam. Walaupun seminggu ini fikirannya terganggu karena pertemuannya dengan mama Lily, tapi tidak mempengaruhi nafsu makannya. Nafsu makannya tetap stabil dan malah semakin banyak.

Dasar ibu hamil...

***

Kandungan Wulan sudah menginjak 9 bulan dan itu artinya sebentar lagi dia akan melahirkan, pekerjaan Wulan dikantor sudah digantikan oleh Cira sementara waktu ini. Nanti setelah Wulan melahirkan tentu posisi itu akan di isi oleh Wulan kembali.

" bagaimana cucu nenek, sehat nak? " tanya mama Susan (begitu Wulan memanggil ibu dari bosnya tersebut)

" sehat kok ma, mama Susan sehat? "

" alhamdullilah sehat nak " wulan tersenyum mendengar jawaban mama Susan.

" aku lihat selama ini kau tidak pernah belanja baju bayi "

" sudah beli kok ma, tapi hanya dua pasang baju hangat saja " jawab Wulan

" kenapa tidak beli yang banyak? Tidak mungkin anakmu ini akan pakai dua baju kan? "

" uang yang Wulan punya hanya cukup untuk biaya rumah sakit saat melahirkan nanti, jadi ya harus hemat dulu. Kalau ada sisan nanti Wulan belanjakan untuk baju bayi Wulan "

Mama Susan terlihat terenyuh mendengar jawaban dari Wulan, gadis selugu dan sebaik Wulan seharusnya hidup bahagia tidak sepeti sekarang ini penuh dengan kesedihan.

" tak usah bingung, mama Susan sudah belikan baju bayi untuk cucu mama ini. Besok akan dikirim kesini "

" seharusnya mama Susan tidak perlu repot-repot. Wulan jadi tidak enak "

" kan mama sudah bilang kalau kamu ini sudah mama angga sebagai anak sendiri, jadi tidak ada kata sungkan "

" terima kasih banyak "

" ada apa ini? Kenapa kalian membuat drama di ruang keluarga "

" ah papa ini mengganggu saja " ucap mama Susan kepada sang suami yang kini duduk dihadapannya.

Hari ini memang Wulan sengaja mengunjungi rumah bosnya karena ingin menengok mama Susan dan papa David serta memasakan sedikit makanan dan kue untuk mereka.

" kata dokter tinggal berapa minggu lagi? "

" kurang lebih dua minggu ini, tapi dokternya bilang. Bayinya keluar bisa sebelum dan sesudah waktu yang ditentukan "

" iya, dulu waktu mama hamil Reza juga begitu. Kata dokter seminggu lagi eh ternyata sampai dua minggu kemudian si Reza gak keluar keluar. Akhirnya papa memutuskan untuk operasi cesar saja. Ya walaupun sebenarnya mama gak rela waktu itu " Wulan tersenyum saat mendengar ucapan mama Susan.

Entah kenapa Wulan merasa begitu nyaman berada di dekat mama Susannya ini, perasaan kasih sayang yang pernah Wulan dapatkan saat ibunya masih hidup.

" hey kok nangis " mama Susan mengusap air mata yang ada dipipi Wulan. Wulan bahkan tidak sadar jika dia menangis saat mengenang Almarhum ibu angatnya tersebut.

" Wulan ke inget aja sama ibu " lirih Wulan. Mama Susan memeluk Wulan dan mengusap punggungnya dengan lembut.

" jangan sedih lagi, kan sudah ada mama susan yang bisa sayangi kamu sepenuh hati disini. Kalau kamu masih suka nangis waktu ke inget ibu, ibumu pasti sedih di Surga sana "

" woeee!! Apa-apaan ini kok ada drama hem " ucap Reza dengan cemprengnya. Astaga baru kali ini Wulan melihat sisi jelek milik Reza.

" Reza kamu ini kebiasaan tau gak, masuk rumah itu salam dulu bukannya teriak-teriak. Emang kamu pikir ini hutan " omel mama Susan. Sedangkan Reza hanya nyengir tanpa rasa bersalah dan mendekati mama Susan dan mencium pipinya.

" assalamuallaikum mamaku tersayang "

" walaikumsallam "

" assalamualaikum ma "

" walaikumsalam, eh mantu mama ikut Reza juga " Cira tersenyum dan mencium punggung tangan mama Susan.

" iya ma, tadi Reza yang jemput ke rumah katanya ada yang mau ditunjukin ke aku "

" halah sok romantic kamu ini, Za " cibir mama Susan

" gak sabar deh pengen lihat lucunya anak kamu, Wulan "

" iya mbak, aku juga gak sabar pengen tau bagaimana bentuk wajahnya. Lebih mirip aku atau mirip ayahnya nanti " ucap Wulan sambil mengelus perut buncitnya.

" semoga lancar deh " Wulan tersenyum

" udah yuk sayang " ajak Reza. Cira mengangguk dan berpamitan kepada Wulan dan mama Susan.

" hati-hati, jangan pulang malam "

" siap bos " ucap Reza sambil menggandeng tangan Cira. Wulan tertawa melihat kelakuan bosnya tersebut. Terlihat begitu wibawa, dingin, menyeramkan saat di kantor malah sangat konyol kalau sudah berkumpul dengan keluarganya.

" cinta bisa merubah segalanya bukan? " ucap mama Susan dan Wulan menganggukan kepalanya pertanda setuju.

Iya benar, cinta juga yang telah mengubah Bramnya menjadi Bram yang lain.

.

.

.

Salam kenal untuk pembaca baru yang baru bergabung dan salam sayang untuk pembaca setiaku yang mungkin membaca ulang cerita ini. Semoga masih suka dengan ceritaku!! Jangan lupa tinggalkan jejak dengan klik bintang di pojok kiri bawah dan tinggalkan komentar yang membangun.

Jangan kasih vote di awal doang ya! Aku tahu loh!!

Status = belum revisi

Publish = 26/4/2017

Republish = 21/2/2020

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang