BW 1

17.6K 736 16
                                    

Wulan POV

Awal pernikahanku dengan mas Bram sangatlah tentram, kita juga seperti suami istri lainnya yang saling mencintai dan dicintai. Kita bahkan sudah berpacaran dari jaman SMA hingga saat ini umurku 25 tahun, sudah terhitung selama 10 tahun kita berdua berpacaran terus memutuskan untuk menikah. Namun, semua itu hancur. Kini tinggalah aku yang hanya mencintainya, dia? Mas Bram? Dia sudah tidak mencintaiku lagi.

Tidak ada lagi yang namanya bermesraan di ruang tv sambil bersenda gurau, atau bahkan tidak ada kecupan hangat yang aku dapatkan. Semua sudah berubah, semua berubah tanpa bisa aku cegah.

" Wulan!!! " teriak Mas Bram dari kamarnya, kenapa hanya kamarnya? Karena kita sudah tidur berpisah. Bukan aku yang meminta, tapi Mas Bram yang meminta. Biarlah aku tidur sendiri, selama ini aku sudah hidup sendiri. Jadi menyendiri untuk kesekian kalinya itu bukan masalah yang besar untukku.

Aku harus kuat.

" ada apa Mas? " kulihat wajah Mas Bram yang makin tampan setiap harinya, ini adalah efek bayi yang aku kandung. Iya, aku mengandung. Usia kandunganku baru menginjak bulan ke 3 dan Pernikahan kami masih berumur 5 bulan. 5 bulan yang singkat saat aku resmi menjadi nyonya Bram dan menyandang nama belakang milik Mas Bram.

" Wulan!!! Kamu denger gak sih aku ngomong apa hah!! Kenapa malah neglamun hah!!! " bentak Mas Bram. Astaga bahkan karena ketampanan Mas Bram aku sampai tidak mendengar apapun yang di ucapkan Mas Bram, aku seakan terhanyut oleh ketampanannya.

" maaf " cicitku. Aku melihat Mas Bram memutar bola matanya dengan sebal.

" hari ini tak usah ke kantor lagi " ucap Mas Bram dengan tatapan dinginnya. Aku hanya bisa mengangguk pasrah dengan semua titahnya. Kenapa aku tidak melawan? Karena aku sangat mencintainya.

Di dunia ini hanya Mas Bram dan calon bayiku yang aku miliki, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain mereka berdua.

" nanti malam masaklah yang banyak, jangan lupa memasak cumi-cumi asam manis dan juga pepes ikan " perintahnya sambil berjalan keluar kamarnya. Aku hanya bisa menatap punggung tegap itu dengan sendu.

Dulu aku tak pernah takut saat punggung itu pergi menjauh, tapi sekarang aku merasa takut saat punggu itu mulai pergi, karena aku yakin punggung itu tidak akan pernah kembali lagi ketempat dimana dia bersandar.

Aku hanya bisa berdoa, semoga ada sebuah keajaiban dalam rumah tangga kita. Aku berharap semoga semua kembali seperti dulu.

Iya, seperti dulu lagi.

" nyah? " suara Bik Sumi mengagetkanku. Aku tersenyum kearah Bik Sumi yang menatapku dengan rasa kasihan. Bik Sumi tahu apa yang terjadi di dalam rumah tangga kami, bahkan Bik Sumi tahu sebuah kebenaran yang tidak diketahui oleh Mas Bram, suamiku sendiri.

Dari awal aku sudah ingin mengatakan kebenaran yang terjadi, namun Mas Bram seakan tutup mata dan telinga tentang semua kebenaran ini. Bahkan aku pernah di tampar dengan keras saat aku mencoba menjelaskan kebenaran tersebut. Sejak saat aku aku hanya bisa bungkam.

Lagi pula aku tidak punya bukti yang akurat untuk menunjukan bahwa aku tidak bersalah. Aku masih bersukur ada satu orang yang masih percaya dengan diriku

" Bik nanti tolong belanja cumi-cumi sama ikan tongkol ya? Tadi Mas Bram pesen untuk dibuatkan cumi-cumi asam manis sama pepes ikan, nanti juga belikan aku susu ibu hamil ya bik. Yang rasa jeruk, beliin aku juga permen lollipop yang gede ya bik, aku rasa cucumu ini sedang ingin makan permen " Bik Sumi hanya bisa terkekeh kecil saat melihat tingkah lakuku yang mirip batita.

" iya nyah siap, nyonyah gak mau dibeliin biskuit juga? Biasanya nyonyah tidak mau makan kalau tidak makan biskuit " ucap Bik Sumi. Ah iya aku sampai lupa, tapi hari ini aku ingin makan nasi pecel saja, hemmmm pasti enak.

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang