BW 11

7.7K 445 4
                                    

Semua orang tentu pernah mengalami hal paling buruk dan berada pada titik terbawah dalam perjalanan hidupnya, tidak ada yang mau berada pada kondisi terpuruk. Namun, itu semua tak lepas sebagai bumbu-bumbu agar hidup lebih berwarna dan terlihat pas.

Seperti yang pernah kalian tahu juga bahwa Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya. Dan tentunya yang perlu kalian ingat adalah di balik ujian yang di berikan oleh-Nya hanya sebagai tangga agar kalian menuju titik teratas.

Mungkin kepercayaan tentang itu semua juga di terapkan oleh Wulan dalam kehidupannya saat ini, selama ini dia bisa hidup mandiri tanpa siapapun. Walaupun pusat kehidupannya tetap pada Bram, namun dia harus sadar jika Bram sekarang hanya mantan suaminya.

Kenangan terindah tentang Bram tidak adan pernah bisa dilupakan begitu saja. Bagi Wulan cintanya hanya untuk Bram dan setelah Bram pergi menginggalkan dirinya tentunya cinta itu sudah habis tak tersisa.

Pergi begitu saja bersama dengan kata talak yang dikeluarkan oleh Bram.

" Wulan "

" mbak Cira " sapa Wulan dengan senyum manisnya

" Reza didalam? "

" pak Reza sedang ada rapat dengan pemegang saham, mbak. Tapi pak Reza berpesan sama saya kalau mbak Cira datang di suruh tunggu di dalam "

" ok, kalau gitu aku kedalam ruangan Reza. Kamu sudah makan siang kan? "

" Alhamdulillah sudah mbak, terima kasih kiriman nasi kuningnya " Cira tersenyum menanggapi ucapan Wulan dan mengelus perut bulat Wulan yang kemudian berlalu masuk ke ruangan Reza.

Setelah Cira masuk ke dalam ruangan Reza, Wulan segera melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kedatangan tunangan bosnya.

Namun belum sempat Wulan memulai pekerjaannya, telephone yang ada di meja Wulan berbunyi.

" iya, selamat siang dengan perusahaan Azar Corp. ada yang bisa kami bantu? "

" saya sekertaris dari Jaya Company, ingin mengatur jadwal pertemuan dengan bapak Reza Fagezar "

" baik, saya akan lihat jadwa pak Reza kapan kosongnya " ucap Wulan sambil membuka jadwal Reza

" untuk dua minggu kedepan masih belum ada jadwal kosong pak Reza untuk bertemu dengan Jaya Company. Kalau satu bulan lagi bagaimana, nanti tanggal jadinya akan saya hubungi kembali "

" baik, terima kasih untuk waktunya "

Wulan menututp sambungan telefonnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya kembali.

" Wulan "

" eh iya pak? " Wulan berdiri dan menunduk pelan kea rah Reza yang di hadapannya

" Cira sudah datang? "

" sudah pak, mbak Cira ada didalam " Reza mengangguk singkat dan masuk kedalam ruangnya.

***

Waktu sudah menunjukan jam 5 sore, tadi pun Cira sudah pamit pulang sejam yang lalu dan itu artinya jam kerja Wulan sudah habis, namun entah kenapa Wulan masih nyaman duduk di atas kursinya dan setia menatap layar komputernya.

" apa yang masih kau kerjakan " suara bass Reza mengagetkan Wulan

" berkas yang tadi di kirim mbak Dara belum sempat saya lihat, jadi lihat berkasnya dulu " ucap Wulan. Reza memperhatikan wajah Wulan yang terlihat letih. Terbesit rasa kasihan saat melihat Wulan yang tengah hamil tua semangat mencari uang untuk kelahiran dan kehidupan anaknya kedepannya.

" selesaikan besok saja, sekarang kita pulang " Wulan mengangguk dan memebereskan meja kerjanya dengan cepat karena segan jika ditatap sedemikian intens oleh Reza.

Reza berjalan terlebih dahulu dan diikuti Wulan dibelakangnya.

" pak Reza, bahan makanan sudah habis didapur " Reza hanya mengangguk dan membelokan mobilnya menuju ke supermarket.

" aku akan belajan kebutuhanku sendiri, kamu pilih saja apa yang akan dibutuhkan di apartemen dan kebutuhanmu juga. Jangan sungkan karena itu sudah termasuk bayarannya " Wulan mengangguk dan berjalan menuju ke tempat sayur mayor.

" ternyata masih sehat bugar ya kamu, malah sekarang kelihatan lebih modis " ucap seseorang dari arah belakang Wulan. Wulan berbalik dan terkejut melihat orang yang kini berada didepannya.

" mama lily " lirih Wulan. Sedangkan mantan mertuanya hanya menatap sinis kearah Wulan.

" sudah kaya ya? ini uang hasil jual rumah Bram atau kamu dapat incaran baru? " ucapnya dengan sinis, sedangkan Wulan hanya bisa menunduk. Dia tak punya kekuatan untuk sekedar menatap wajah mantan mertuanya tersebut.

" yang namanya jalang memang akan menjadi jalang, dulu aku sangat mendambakan dirimu melebihi anakku sendiri. Tapi sekarang setelah apa yang terjadi, tentu saja aku sangat-sangat menyesal sudah membanggakanmu dulu "

" ayo tatap aku jalang! Apa kau tidak berani hah menatapku! " lanjutnya. Wulan hanya bisa menunduk dan mencoba menahan akan air matanya tidak keluar membasahi pipinya, namun sayang air matanya sudah mengalir begitu saja.

" aku tidak akan tertipu air mata buayamu sekarang ini, kau memang penipu. Kau mengambil hati kita semua dan setelah kau mendapatkan hati itu kau membuangnya begitu saja seperti sampah!! Kau memang Jalang sialan, kau ini ti.."

" hentikan ucapanmu itu nyoya " ucap Reza dengan suara tegasnya dan menatap mama Lily dengan tajam. Sedangkan mama Lily menatap Reza dengan sinis, matanya pun terlihat menilai penampilan Reza.

" hahaha ternyata mangsamu lebih tampan dari anakku rupanya, dasar Jal.. "

" hentikan! " bentak Reza

" saya melihat menampilan anda begitu berkelas dan terlihat berpendidikan tinggi, namun sayangnya ucapan anda begitu rendahan. Bahkan lebih rendah dari panggilan yang baru anda sebutkan untuk Wulan " sinis Reza. Mama Lily terlihat nyalang dan pergi meninggalkan Reza dan Wulan begitu saja. Setelah itu Reza segera membayar semua belanjaannya dan mengajak Wulan untuk duduk di tempat yang sudah disediakan di depan Supermarket.

" kenapa kau tidak melawan dia, dia meredahkanmu tadi " ucap Reza sambil menuntun Wulan untuk duduk. Wulan mengusap air matanya dan menatap Reza dalam.

" mana mungkin saya berani melawan orang yang sudah saya anggap ibu saya sendiri. Saya tidak mau menjadi durhaka kepada beliau. Beliau yang membantu saya bangun dari keterpurukan saat Ayah dan Ibu meninggal " ucap Wulan. Reza terenyuh mendengar penuturannya, sunggu gadis yang baik batin Reza.

" yasudah sekarang kita pulang dan aku rasa kau butuh istirahat sekarang " Wulan mengangguk dan mengikuti Reza masuk kedalam mobi. Didalam mobil diisi dengan keheningan.

Reza yang sibuk mengendarai, sedangkan Wulan yang sudah terlelap sejak tadi.

" aku tak tahu masalah apa yang menimpahmu Wulan, tapi aku berharap kau selalu tegar dan bisa bahagia kelak " lirih Reza saat memandang wajah damai Wulan saat tertidur.

Entah kenapa saat melihat Wulan begitu direndahkan ada perasaan tidak rela dan ingin menampar begitu keras mulut wanita tua tadi. Namun tidak mungkin Reza melakukan itu, karena dia berpendidikan dan orang yang berpendidikan tidak menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah, tapi menggunakan otak.

.

.

.

Salam kenal untuk pembaca baru yang baru bergabung dan salam sayang untuk pembaca setiaku yang mungkin membaca ulang cerita ini. Semoga masih suka dengan ceritaku!! Jangan lupa tinggalkan jejak dengan klik bintang di pojok kiri bawah dan tinggalkan komentar yang membangun.

Jangan kasih vote di awal doang ya! Aku tahu loh!!

Status = belum revisi

Publish = 1/4/17

Republish = 21/2/20

BLACK WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang