🌲 STALKER [12]

2K 141 3
                                    

Ketika sampai di pintu kelas, Elda langsung disambut oleh teriakan dari Meisya dan Ira bersamaan.

"ELDAAAA!!" Teriak mereka.

Sedangkan semua murid di X IPA-2 itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ira dan Meisya itu.

Elda duduk di bangkunya dan memutar tubuhnya 180° menghadap ke Nara dan Meisya yang memang duduk dibelakangnya.

"Budek gue anjir" Nara mengusap-usap kedua telinganya dengan tangannya.

"B.A" Teriak Ira dan Meisya lagi.

"Apaan tuh B.A?" Tanya nara.

"Bodo Amat!"

"Kalian berdua dari tadi ngomongnya barengan aja deh, jangan-jangan kalian.." Nara menggantungkan kalimatnya.

"Apa?" Ira dan meisya barengan lagi.

"Tuh kan barengan lagii"

"Jangan-jangan gue sama Meisya apa?"

"Au tuh, Nara Bego!"

"Jangan-jangan kalian kembar yang tak serupa" Kata Nara menunjuk muka Ira dan Maisya. "Hahahaha" tawanya kemudian.

"Lah emang beneran bego dia" Ucap Meisya.

"Ehhhh,iya gue sampe lupa gara-gara si Nara bego, gue mau ngomong sama si Elda" Ucap Meisya lagi, lalu kini matanya menuju ke arah Elda.

"Mampus aku!" Batin Elda.

Elda mulai panik, ia menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Apa yang ia pikirkan semalam benar-benar terjadi.

"Gue kemarin liat lo sama--" Ucapan Maisya Terpotong.

"Pagi anak-anak!" Ucap bu yuni yang mulai memasuki kelas dengan membawa buku-buku PKN yang super tebal. Mungkin ia akan berceloteh lagi seperti yang kemarin kemarin.

Untuk pertama kalinya Elda bersyukur dengan kedatangan bu yuni.

"Nanti aja deh El, gue pas istirahat ngomongnya" Bisik Meisya kepada Elda.

Elda dan Ira pun mulai memutar kembali badannya 180° menghadap ke papan tulis dan mengeluarkan buku mapel hari ini.

Setidaknya Elda bisa memikirkan nanti apa yang akan ia ucapkan ketika Meisya bertanya.

🌲

'Kringggggg..!'

Bel istirahat berbunyi nyaring. Elda menghembuskan nafasnya gusar. Mengapa jika seseorang menginginkan waktu berjalan lama malah waktu menjadi berjalan semakin cepat. Sedangkan jika ingin waktu berjalan cepat malah menjadi semakin lama.

"Oke, aku harus siap. Aku gak boleh gugup. Jika aku gugup, maka aku akan ketahuan jika berbohong'

"Kantin koy!" Teriak Ira.

Kenapa sih ira selalu teriak-teriak saja. Memang pita suaranya nggak rusak apa? Mungkin ia ditakdirkan seperti itu ya.

Elda, Ira, Meisya, dan Nara menuju kantin bersama. Kebetulan, hari ini Elda tidak membawa bekal --Eh? Kebetulan atau sengaja ya?--

Mereka mengobrol ria sambil berjalan menuju kantin.

"Hai kak Alle" Sapa Meisya ketika mereka tak sengaja bertemu dengan Alle, Putra, dan Elang. Tapi yang meisya sapa cuma Alle.

Elda pun mengalihkan pandangannya menatap seseorang -yang juga sedang ditatap meisya- dan ternyata kak Alle melihat Elda kemudian ternyum singkat.

Elda yang memang posisinya berada disamping Meisya, membuat meisya ke-ge'er-an.

"Anjir demi apah kak Alle senyum kek guee!??" Ucap Meisya histeris.

Nara dan Ira memutar kedua bola matanya malas. Sedangkan Elda hanya terseyum hambar.

Mereka telah sampai dikantin, "pesen apa kalian?" Tanya Ira.

"Gue NasGor, minumnya jus Apel" Ucap Nara.

"Gue samain aja" Ucap Meisya yang kini sudah fokus bermain game dalam ponselnya.

"Aku juga" Kalian taukan siapa yang ngomong gini.

Kemudian Ira pergi memesan makanan dan minuman yang mereka pesan.

"El, gue denger-denger lo ikut band ya?" Tanya Nara.

"Iya" Elda sudah tak se-gugup kemarin.

"Lo tau kak Putra kan?" kini Nara mulai menatap serius ke-arah Elda.

Elda mengangguk, "tau, yang tadi sama kak Alle itukan?"

"Iya, BTW kak Putra megang piano kan?" Tanya Nara 'lagi. Elda seperti menjadi narasumber saja. Oh ya ngomong-ngomong Nara ini suka dengan kak Putra.

Elda mengangguk, mengiyakan ucapan Nara.

Kemudian Ira datang dan duduk disamping Elda "woii" Ucap Ira.

"Mana pesenan gue?" Tiba-tiba Meisya menghentikan gane di handphonenya dan menatap Ira.

"Ituuuu" Tunjuk ira ke penjual NasGor.

"Gue tau kali, tapi mana nasi gorengnya?"

"Ya masih disana lah, yakali gue bawa semuanya" Jawab Ira.

"Ntar lagi kesini kok pesenan lo" Lanjut Ira lagi.

"Eh, tadi katanya lo mau ngomong ke Elda sya? Ngomong apaan sih?" Nara membuka suara. Sumpah demi apapun Elda ingin menelenggamkan nara di samudra atlantik sekarang juga. Seandainya ia bisa.

'Mampus aku, aku gak tau mau jawab apa nanti. Pokoknya aku harus biasa-biasa aja, jangan gugup okey, nanti meisya akan curiga' Elda menyemangati dirinya sendiri.

"Nggak jadi deh, mungkin gue salah liat"

Elda menghembuskan nafasnya lega. Entah siapapun yang telah merubah pikiran meisya, Elda berterimakasih kepada orang itu.

'Aku nggak mau nanti pertemanan yang baru aku jalani ini, hidup baruku ini, harus hancur hanya karna satu orang cowok. Akupun juga tak rela, jika kak Alle dimiliki oleh siapapun. Termasuk meisya. Yah! Aku tahu aku bukan siapa-siapanya. Tap, bolehkah aku berharap lebih?'

🌲

STALKER [END] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang