🌲 STALKER [9]

2.4K 161 8
                                    

"Oke, pelajaran pertama. Biasanya manusia normal atau manusia yang terbuka itu memulai hidup dengan berinteraksi dengan orang lain. Contohnya lo kayak gue yang omong-omongan. Tapi lo harus terbuka, jangan ngomong singkat-singkat" Ira menjelaskan dengan duduk berhadapan dengan Elda di bangkunya sendiri. Karena Elda meminta Ira untuk menjelaskan bagaimana caranya besosialisasi.

Elda ingin mempunyai teman. Ia ingin mengubah hidupnya yang monoton dengan kehadiran teman. Elda juga ingin mempunyai sahabat seperti teman temannya yang lain.

"Jadi, aku harus ngapain?" tanya Elda menopang dagunya.

"Bisa nggak sih lo itu ngomomong-nya pake gue Elo, bukan aku-kamu kek anak SD tau El" Ucap Ira yang melenceng dari pembicaraan.

"Nggak!" Jawab Elda singkat, padat, jelas dan tidak baku.

"Terserah lo deh, okay back ke topik. Pertama lo harus ceritain tentang keluarga lo ke gue, anggep aja gue orang terdekat lo."

"Walaupun masih calon orang terdekat sih" Batin Ira.

"Keluarga aku.. Ya gitu-gitu aja sih, nggak ada yang spesial" Ucap Elda singkat.

"Maksud gue, lo anak ke berapa? Apa pekerjaan ortu lo dan tingkah laku saudara lo yg lain, atau apalah terserah lo"

"Aku anak pertama, ayah aku karyawan kantor 'GRAND MJ', ibu aku nggak kerja, rumah aku di jalan Merak no.45, tante aku namanya rianti, om aku namanya Rizal dia nggak punya anak, tante rianti pernah cerai dengan suaminya 15 tahun yang la—"

Belum sempat Elda menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong dengan ira, "STOPPP!" teriak Ira lantang.

Elda mengerutkan dahi, bukannya tadi ira menyuruhnya menjelaskan tentang keluarganya, tapi mengapa ia menyuruh Elda untuk berhenti?

Sadar akan kerutan di dahi Elda, ira pun menghembuskan nafas, "kenapa lo jadi jelasin tentang tante sama om lo?" kata ira.

"Katanya tadi suruh jelasin tentang keluarga aku?" Tanya Elda pada akhirnya yang belum juga paham akan maksud ira.

"Maksud gue... Cuma keluarga kecil lo aja, bukan keluarga besar juga yang harus lo jelasin se-detail itu kaliii," Ira memutar bola matanya malas.

"Ohh, gituu" Elda mangut-mangut sambil senyum menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oke, lanjutkan"

"Apanya yang dilanjutkan?" Tanya Elda.

"Ya ceritain keluarga Lo lah begooo!" Ira memukul kepala Elda dengan buku tulis yang ia gulung.

"Oh iya lupa" Elda cengesan.

"Gak usah deh, lanjut aja nanti! Tuh si tiga serangakai udah dateng" Ucap Ira menunjuk ke arah Ifan, Tomi dan Dio.

"Okey"

🌲

"Ayoo El kita ke kantinn!!" Ucap Ira menarik-narik lengan Elda yang berjalan tergopoh-gopoh di belakangnya.

"Iya-iya Ir, aku juga udah bawa bekal dari rumah, masa nggak aku makan?" Kata Elda yang sudah berada di samping Ira.

"Ck! Itu bekal bisa lo makan saat istirahat ke dua Elda..." Ira memutar bola matanya malas.

"Oh iya ya?" Tanya Elda Entah pada siapa (mungkin pada dirinya sendiri [?])

"Katanya Lo mau bersosialisasi. Nah ini juga sebagian cara dari bersosialisasi." Ucap Ira.

Mereka kini sudah sampai di kantin, dimana tempat paling disukai oleh banyak siswa maupun siswi. Tapi tidak bagi Elda. Ia harus mulai terbiasa dengan hidup berdampingan dengan orang lain. Dan juga ia harus terbiasa berada di tempat-tempat ramai seperti ini.

"Lo lihat itu kan?" Tanya Ira menunjuk beberapa siswa kelas X IPA 2. Ya, kelas mereka sendiri.

"Nara sama keisya?" Tanya Elda mencoba mengingat-ingat teman sekelasnya yang beberapa belum ia hafal.

"Itu bokan keisya lolot, itu meisya," Ira menempelkan jari telunjukan ke jidat Elda dan mendorongnya pelan.

"Oh.. Iya-iya, aku inget mereka kan kembar. Apa bedanya coba?" Tanya Elda menatap Ira.

"Mereka nggak kembar, cuma namanya aja yang agak sama"

Elda manggut-manggut

"Oke, lo samperin mereka berdua. Lo ngomong kalau lo pengen duduk di depan mereka. Gue mau beli makanan buat gue dan Elo." Lanjut ira kemudian pergi ke staff makanan dan meninggalkan Elda yang kebingungan.

"Aku harus ngomong apa ya sama mereka?" batin Elda.

Elda pun menghampiri Nara dan Meisya. Ia berdiri disamping mereka, tapi karna Nara dan Meisya ayik mengobrol mereka tak mengetahui keberadaan Elda.

"Nara.. Meisya.." Ucap Elda disamping mereka.

"Eh? Tumben ngantin El?" Tanya Meisya.

"Ya masak orang ke kantin nggak boleh" Nara menjitak kepala meisya.

"Ya boleh lah, kok tumben gitu Elda ke kantin?" Meisya mencondongkan badanya mendekatkan mulutnya ke telinga Nara "ngomong sama kita lagi," Lanjut Meisya dalam bisikan.

Kini giliran Nara yang menjitak kepala Meisya, "Tolol emang, masa orang ngomong nggak boleh!"

Elda yang tak mengetahui arah pembicaraan mereka pun menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Kemudian Ira datang membawa 2 Mangkuk baso. "Heh!? Kok lo nggak ngomong sama mereka kalau lo mau duduk didepan mereka?" Tanya Ira pada Elda yang dapat di dengar Oleh Nara dan Meisya.

"Ohhhhh jadi Elda mau duduk disini. Silahkan.. Silahkan" Ucap Nara pada akhirnya.

"Dasar lu ya, ngomong gitu aja nggak berani!" Kata Ira yang sudah duduk di depan Nara dan Meisya.

"Nggak gitu tadi it--"

"alasan!" Potong Ira cepat sebelum Elda menyelesaikan kalimatnya.

"Ra, masa Elda mau ngomong dia mau duduk disini aja malu, tinggal ngo--"

Kini giliran omongan Ira yang dipotong Oleh meisya "Kak Alle!?" Tunjuk Meisya kepada seseorang yang duduk tak jauh dari mereka.

"Yee dasar Lo Sya, iya-iya gue tahu itu doi lo. Kagak usah motong omongan gue napa" Kata Ira sambil memakan basonya.

Sementara Elda terdiam termenung ditempat.

"... Iya-iya gue tahu itu doi lo.. " kalimat Ira terngiang-ngiang ditelinga Elda.

Elda tertegun.

STALKER [END] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang