☘ - Thirty Four

19.1K 791 43
                                    


      Aldi, Thala, dan Dina telah sampai di rumah sakit. Mereka bertiga berlarian di lorong rumah sakit menuju ruang ICU yang katanya sedang menangani pasien bernama Rena, setelah sebelumnya mereka bertanya kepada mba Receptionist.

      Dari kejauhan Aldi dapat melihat Varo yang berdiri di depan pintu ruang ICU, sementara Velisia dan Tata tengah duduk di bangku panjang seraya berangkulan bersama.

      "Var, gimana keadaan Rena?" tanya Aldi ketika dirinya sudah berdiri tepat di belakang Varo.

      Varo berbalik. Menampakan wajahnya yang terlihat gelisah. "Dokternya belum keluar," katanya pelan.

      Aldi menatap Varo iba dan menepuk bahunya menenangkan. "Ya udah, mending lo duduk dulu. Jangan mondar-mandir aja. Lo juga butuh istirahat."

      "Gimana gue mau istirahat, kalo gue masih kepikiran sama Rena." Varo mengacak rambutnya frustasi.

      Melihat itu, Dina melangkah pelan menghampiri Varo dan menyentuh lengannya. "Kak, apa yang dibilang sama kak Aldi itu bener. Kakak mending istirahat deh, supaya nanti pas dokter keluar dan ngasih tau tentang keadaan kak Rena, Kakak tinggal masuk dan ketemu kak Rena."

      "Iya, Var. Bener kata Dina sama Aldi," timpal Thala. Dia lalu maju dan merangkul bahu Varo, hendak menuntunnya untuk duduk di bangku panjang yang ditempati Velisia dan Tata. Namun belum sempat Varo mendaratkan bokongnya di sana, pintu ruang ICU langsung terbuka dan menampilkan seorang pria yang sudah beruban dengan seragam dokternya.

      "Keluarga pasien Rena Oktaviani?" kata dokter tersebut.

      Varo yang melihat langsung menghampiri dokter itu. "Saya dokter."

      "Bagaimana keadaan Rena, Dok?" lanjut Varo sambil menatap cemas sang dokter.

      "Pasien baik-baik saja, hanya saja banyak sekali luka yang ada di beberapa bagian tubuhnya. Untungnya sebelum infeksi luka itu sudah kami obati. Dan sekarang pasien sedang tidur, karena tadi Pasien sempat mengeluh kalau kepalanya terasa sakit," jelas dokter itu.

      "Memangnya ada apa dengan kepalanya, Dok? Kenapa Rena bisa merasakan seperti itu?" tanya Varo lagi.

      "Setelah kami periksa, ternyata penyebab kepala pasien terasa sakit karena adanya sebuah hantaman yang keras mengenai tengkorak kepalanya. Meskipun tidak luka, tapi karena hantaman itu membuat kepalanya akan terasa sakit sewaktu-waktu. Jadi saat ini pasien harus beristirahat dengan total. Kami akan datang ke sini lagi untuk memeriksa keadaannya."

      Mendengar penjelasan sang dokter, Varo tak kuasa untuk tidak mengepal kedua tangannya. Seketika emosinya kembali hadir ketika mendengar karena sebuah hantaman yang keras membuat kepala Rena akan terasa sakit sewaktu-waktu. Memangnya apa saja yang sudah dilakukan oleh Raka kepada Rena? Dan mengapa Raka tega melakukan itu kepada Rena yang notabanenya adalah sepupunya sendiri? Lalu apa alasannya?

      Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala Varo. Hingga tanpa sadar, Varo telah berlari masuk ke ruang ICU sebelum sempat meminta izin kepada sang dokter yang masih berdiri di depan pintu ruang ICU.

      Di dalam Varo menatap Rena yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus yang tertancap di punggung tangannya, serta selang bantuan pernapasan yang menempel di hidungnya. Matanya terpejam dengan hembusan napas yang teratur.

      Varo melangkah mendekat, memperhatikan wajah Rena yang terlihat damai dengan tidurnya. Varo tersenyum getir. Mengingat kejadian tadi saat dirinya membawa Rena ke rumah sakit.

      Tadi tepat saat sampai parkiran, Varo langsung menggendong Rena tanpa sempat mematikan mesin mobil, dan berujung Tata lah yang melakukannya. Ketika tubuh Rena terbaring di atas ranjang beroda yang akan membawanya ke ruang ICU, saat itu Rena langsung tidak sadarkan diri, yang membuat Varo semakin cemas. Terlebih, dari mulut dan hidung Rena mengeluarkan darah. Yang mana membuat Varo langsung kalang kabut, takut akan terjadi hal yang buruk pada Rena.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang