☘ - Nineteen

17.8K 782 19
                                    


"Seseorang yang tidak bisa menghargaimu, tidak pantas disebut sebagai orang yang spesial. Tapi jika memang dia bisa menghargaimu, sudah pasti dia akan memperlakukanmu dengan spesial."
-unknow

~×~

      Sinar matahari yang menembus celah jendela kamar membuat cowok yang saat ini masih terbaring di ranjangnya, mengeryitkan dahinya. Mata Varo kemudian perlahan terbuka. Dan yang pertama kali dilihat oleh cowok itu adalah langit-langit kamar yang berwarna cokelat muda.

      "Selamat pagi." Sapaan ceria yang berasal dari suara di sampingnya membuat Varo cepat menoleh, dan menemukan Rena tengah menatapnya dengan tersenyum lebar.

      Varo menghembuskan napasnya berat. Terlalu malas untuk melihat wajah Rena di pagi hari ini.

      Dilihatnya jam dinding yang menunjukan pukul delapan pagi lewat lima menit. Tumbenan sekali karena pagi ini Varo bangun siang. Padahal biasanya Varo selalu bangun pagi, setidaknya pukul setengah lima. Meskipun hari ini bukan hari sekolah, tapi cowo itu tetap akan bangun pukul setengah enam untuk melaksanakan ibadah solat subuh. Tapi mungkin karena efek kelelahan jadi Varo harus bangun siang hari ini.

      "Var, hari ini kan hari sabtu, biasanya kalo hari libur gue suka bete. Gimana kalo kita jalan-jalan keluar."

      Varo kembali menatap Rena yang masih menatapnya dengan senyum lebar miliknya. Posisi cewek itu tengah duduk di sampingnya dengan tubuh yang dicodongkan ke arah Varo. Dan tanpa merespon ucapan cewek itu, Varo langsung beranjak dan berjalan keluar kamar.

      "Eh, Varo mau ke mana?" Rena segera berjalan untuk menyusul Varo.

      Sesampainya di ruang tamu, langkah Varo langsung terhenti dan terperangah dengan keadaan ruang tamunya. Cowok itu melihat barang-barang yang tadinya berserakan akibat ulah Thala dan Aldi karena kemarin mereka mampir ke apartemen Varo untuk menginap, namun sekarang barang-barang itu telah tertata rapih kembali ke tempatnya masing-masing. Varo mengeryit. Dalam hati dia bertanya, siapa yang telah merapihkan ruang tamunya?

      "Gimana? Rapih kan. Hehe ... siapa dulu yang rapihin?" Rena berkata dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

      Varo menoleh ke arah Rena. "Lo yang rapihin?" tanya Varo seraya menunjuk ruang tamunya.

      "Iya dong." Rena kembali menatap Varo dengan senyum lebarnya. "Karena semalem lo udah nolongin gue, jadi gue berterima kasih sama lo dengan cara ngerapihin apartemen lo. Lo suka, kan?"

      Varo mengernyit, bingung dengan perubahan Rena pada pagi hari ini. Semalam Rena terlihat sedih dan ketakutan tapi sekarang cewek itu bahkan sudah kembali tersenyum dan seakan kejadian semalam tidak membuatnya trauma.

      Padahal Varo tadinya mengira karena kejadian yang hampir membuat Rena kehilangan keperawanannya, akan membuat cewek itu terus mengingatnya sampai berhari-hari. Namun dia salah. Hanya dengan waktu semalaman mampu membuat cewek itu melupakan kejadian yang dianggap menyeramkan oleh cewek itu.

      "Btw, lo emangnya nggak bete apa kalo libur nggak ke mana-mana? Gue sih bete. Apalagi kalo harus seharian di dalem apartemen. Bisa sumpek yang ada," kata Rena yang malah nyerocos di hadapan Varo.

      "Itu sih lo. Bukan gue," jawab Varo seraya memutar bola matanya malas.

      "Ya tapi kan sama aja."

      "Beda lah. Gue sama lo itu beda," kata Varo. "Eh, lo udah baikan kan sekarang. Sana gih pulang ke rumah lo. Punya duit buat naik taxi kan," usir Varo seraya menghedikan dagunya ke arah pintu.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang